~Efemeral Series~
“Apapun yang terjadi sama gue, gue harap ini segera berakhir.”
✿✿✿
Di tengah hutan gelap yang tersembunyi, di sana terdapat sebuah rumah yang menyatu dengan pohon. Kabut tebal menutupi hutan hingga keberadaan mereka sulit dideteksi. Belum lagi dengan mantra sihir yang dilafalkan agar rumah mereka lebih tersembunyi dalam wujud. Situasi sangat jauh dari kata damai, dunia sangat kacau sekarang.
Luxia.
Gadis bermanik hijau itu sedang membaca mantra milik mendiang ibunya. Azaela terus berlatih dan mencoba banyak mantra. Beberapa bagian ditulis berbeda dengan bab-bab mantra lainnya. Ditulis dengan tinta ungu terang dengan corak-corak aneh di pinggiran setiap halaman. Azaela tidak tahu pasti maksud dari corak-corak tersebut, namun dia sama sekali tidak mempermasalahkan dan tetap mempelajarinya.
“Apa kau sudah siap?” tanya Herb—wanita yang disanggul rambutnya—datang membawa nampan berisi semangkuk sup andalannya. “Masih belum,” jawab gadis itu tanpa melepas pandangannya terhadap sajak demi sajak mantra yang tertulis di sana.
“Zaela, dimakan dulu supnya. Petang nanti kalian harus pergi ke air terjun, dan kita akan bertemu beberapa hari kedepannya.” Herb mendekat, mengusap pucuk kepala gadis di sampingnya. “Apa kau tidak mau berhenti mempelajarinya? Bibi rasa seperti ada yang salah pada buku itu.”
Buku hitam dengan sampul ornamen emas bersimbol kedua tangan tampak mewadahi sebuah bunga dengan mahkota berwarna hitam dan putih, tertutup dengan sendirinya.
“Bibi, aku hanya perlu mempelajarinya untuk menguatkan sihir-sihirku. Lagi pula, dunia ini akan semakin dikuasai kegelapan. Bibi tidak perlu mengkhawatirkanku.” Penyihir muda itu mengadahkan kepalanya ke atas, warna abu-abu mendominasi langit membuat hatinya tergores lagi, untuk sekian kalinya. Sejak kejadian itu, Azaela tidak pernah melihat pemandangan matahari pagi yang terbit dengan damai dan langit biru penghias kebahagiaan setiap dia mengawali hari.
“Dunia ini akan kembali seperti sediakala,” sahut seseorang dari pintu. Itu kakek Wilf, dengan tongkatnya melangkah pelan ke arah mereka berdua duduk di depan teras.
“Tugasmu bersama Folan adalah menjemput Sang Bintang kemari. Tugasmu sangat mempengaruhi nasib Luxia, Azaela,” tutur Wilf.
Suara kepakkan terdengar dari atas sana, sampai kabut di atas yang mulai membelah diri. Seseorang turun dari sana dengan kecepatan yang tinggi. Laki-laki berwajah datar dengan sayap airnya yang melebar. Saat sayap itu seperti terhisap kembali ke punggung pemiliknya, barulah laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekat.
“Aku tidak menemukannya, masih banyak freax di luar sana.”
Azaela menatap laki-laki berwajah datar itu, rahang tegas dengan mata tajam ditemani alisnya yang tebal. Saat laki-laki itu meliriknya, cepat-cepat Azaela mengalihkan pandangannya.
“Apa kita bisa melewati mereka?” tanya Azaela. Walau Azaela dapat melawan monster gemuk bertaring yang bisa terbang dengan sayap kulit yang suka berpatroli di atas langit mengawasi jika ada manusia yang dapat mereka makan. “Aku sudah muak menunggu mereka pergi.”
“Ini bukan hanya masalah freax tapi jika kita terang-terangan keluar seperti itu, kita akan ketahuan oleh Carmine,” pungkas Folan. Azaela mendengar kalimat panjang dari laki-laki itu setelah sekian lama. Tidak berlebihan mengingat Folan adalah laki-laki pendiam.
Mendengar nama wanita itu disebut, kekesalan Azaela bertambah. Wanita yang menyebabkan semua bencana ini, wanita yang hampir menutupi Luxia dengan kegelapan. Setidaknya kalimat terakhir belum terjadi sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)
Fantasy[Disarankan baca setelah revisi selesai!] EHS II ETERNITY ••• Keanehan-keanehan yang mulai muncul pada Orion perlahan mulai menemukan titik terang. Rahasia besar tersimpan oleh orang terdekatnya sendiri, mendiang ibunya. Identitas, eksistensi, supra...