27 • Luka

4 0 0
                                    

~Efemeral Series~

"Kau sudah diperingatkan."

✯✿✯

Cantik.

Satu kata yang menggambarkan semua yang Orion lihat sekarang. Dia pikir, bangunan di atas awan hanya cerita dongeng untuk anak-anak sebelum tidur. Namun sekarang, Orion berada di sana, sebuah kuil besar nan megah berdiri di tengah rimbunan awan-awan. Langit biru seolah berada di sampingnya, Orion juga menginjak awan seperti dia memijak tanah. Keindahan ini tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

“Kita sudah sampai,” ucap Azaela.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kuil yang besar itu. Orion dan lainnya hanya mengikutinya dari belakang. Sampai mereka berhenti di depan kuil itu, seorang kakek tua dengan kepala yang bersih dari rambut dan janggutnya yang panjang hingga ke dada. Mengenakan pakaian terusan putih, persis seperti pendeta setempat yang Orion pernah lihat di bumi.

“Salam.” Azaela menyatukan kedua telapak tangannya sembari membungkuk dan diikuti petinggi sihir lainnya. Melihat itu, Orion langsung ikut melakukannya.

“Sudah dimulai ... ya?” tanya kakek itu. Matanya yang sipit dengan kulitnya yang mengendur, terlihat dia sudah sangat lama hidup di sini. Kakek itu kemudian berjalan ke dalam yang diikuti Azaela dan lainnya.

“Di mana petingginya?” bisik Orion pada Azaela. Namun gadis itu malah menyuruhnya untuk tidak berisik. “Sst ..., jangan ribut!”

Ternyata isi kuil lebih luas dari kelihatannya. Banyak sekali pilar-pilar emas berdiri sejajar ditemani dengan tanaman-tanaman hijau di sampingnya. Banyak sekali lukisan-lukisan yang Orion yakini memiliki makna yang dalam juga berbeda. Patung-patung yang sangat artistik bersusun di setiap sudut, Orion tidak berhenti berdecap kagum.

Setelah melewati aula yang luas tadi, kini mereka memasuki lorong yang di mana sepanjang lorong berisikan lukisan-lukisan seperti gambar yang memiliki cerita secara berurutan terpampang rapi di dinding.

“Sudah ratusan tahun aku menunggu ini,” sahut kakek itu setelah beberapa lama keheningan panjang. “Akhirnya penderitaanku berakhir sampai sini.”

Orion tidak mengerti sama sekali maksud dari kakek itu, namun lukisan-lukisan yang dia lihat sepanjang lorong, dia dapat melihat monster dan para penyihir yang saling bertarung. Entah apa maksud dari itu semua, namun yang pasti Orion akan mencari kebenarannya.

Hingga mereka keluar dari lorong tadi dan kembali bertemu aula yang luas namun berbeda. Di ujung aula, sudah tidak ada lagi jalan. Namun ada beberapa perempuan tampak seperti sedang berdoa kepada patung-patung besar di depannya.

Mata Orion membelalak tak percaya, saat melihat ketiga patung itu. Patung paling kanan berbentuk seperti pria berjanggut dengan rambutnya yang disisir ke belakang dengan posisi tangan membendung seperti berdoa. Patung sebelah kiri berwujud perempuan dengan rambut yang panjang berwarna putih sedang memeluk sebuah bola kaca. Terakhir, Orion menatap patung yang berada di tengah di antara dua patung tadi berwujud seperti dirinya.

Dengan jubah yang persis dengannya, berpose yang dimana masing-masing tangannya memegang semacam pusaran  satu berwarna gelap dan satu lagi berwarna putih.

Para Penyihir tertinggi.

“Woah,” decap Vall. “Patung itu mirip denganmu.” Laki-laki itu berbicara tentangnya. Para perempuan yang tampak terganggu dengan kehadiran mereka langsung pergi meninggalkan aula tersebut kecuali satu orang.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang