42 • Let's End This Battle

2 1 0
                                    

~Efemeral Series 2~

"Kapan ini berakhir?"

✷✷✷

Ini tidak akan berakhir cepat.


Dengan napas tersengal, pakaian kotor bercampur sisa pasir yang menempel dan wajah sudah tidak sebersih sebelumnya. Orion bersama-sama dengan yang lain masih berdiri tersungut dengan raksasa yang kini sedang mengamuk. Rauman menggelegar di penjuru langit, seakan bisa saja terbelah akibatnya.

“Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Bella menutup kedua kupingnya erat-erat, menahan nyaringnya Zulix yang tiba-tiba meraum.

Orion melihat Rigel, menunggu strategi baru dari roh satu itu. “Kita tidak bisa menyerang langsung, tidak bahkan tidak dapat menyentuhnya secara langsung sekarang.” Gerahamnya gemeretak, tatapan tajam tertuju di depan mereka.

Orion meminta Nilam untuk mencari keberadaan Carmine, namun wanita itu tidak dapat dideteksi. Orion menjadi gelisah, khawatir dengan keadaan Carmine yang sihirnya tidak bisa dirasakan.

Jangan-jangan...

Orion menggeleng, menepis pikiran aneh jauh-jauh. Pasti wanita itu baik-baik saja, dia bukan penyihir biasa. Sekarang Orion harus fokus, dia harus bertindak secepat mungkin. Monster-monster yang dipanggil Carmine lenyap dalam sekejap setelah rauman itu. Di tengah situasi ini, Orion tidak sengaja menyentuh salah satu saku celananya dan merasakan yang janggal.

Cepat-cepat Orion merogohnya dan menemukan lonceng emas yang sangat kecil. Kedua matanya melebar, senyumnya menyeringai karena berhasil menemukan bantuan besar.

Ting.

Orion menggerakkannya ke kanan-kiri sehingga mengeluarkan bunyi suara dentingan lembut yang membuat keempat roh di sampingnya menoleh. Kemudian lonceng tersebut bersinar, perlahan-lahan bagian lonceng itu terkikis sampai lepas dari genggaman penyihir bintang itu bagai kelopak bunga yang berguguran di musim gugur.

“Apa itu barusan?” Alis Nilam mengernyit.

Orion masih menyeringai, mendongakkan kepalanya menatap awan hitam di atasnya yang baru saja membelah diri dan keluar sinar putih dari sana.

“Teman-teman ...,” Keempat roh itu ikut mendongak. “Bantuan besar baru saja tiba.”

Suara deru napas kuda terdengar, awan yang membelah barusan memunculkan kereta kuda dengan empat kuda putih bersayap yang membawanya. Ornamen itu tampak mengilap dari bawah, berhasil mencuri kekaguman bagi siapapun yang melihatnya.

“Para penyihir angin,” tukas Rigel, senyumnya ikut mengembang begitu sadar apa yang tuannya panggil.

“Hei! Sebelah sini!”

Orion terkejut saat yang datang bukan hanya kereta kuda dengan kuda-kudanya yang tampak gagah, namun juga para penyihir angin lainnya terbang mengikuti kereta kuda tersebut. Terusan putih menjadi ciri khas para penyihir angin, dengan rambut mereka yang tergerai panjang berkibas lembut seperti dewi yang menguasai penjuru langit.

Decak kagum tak berhenti keluar dari mulutnya, Orion berdiri bersiap untuk bertemu dengan salah satu petinggi elemen angin.  

“Caryl, senang bertemu denganmu,” sapa Orion ramah. Auranya masih berpencar di tengah situasi genting seperti ini, namun ekspresinya tidak terlihat senang. Dia kesal.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang