23 • Are u hot?

11 0 0
                                    

~Efemeral Series~

"Aku hanya menginginkan keadilan."

✯✯✯

Wajah mungil Terra terlihat muram. Tak sangka dirinya akan disuruh ikut bersama orang-orang ini. Dia masih setia melipat kedua tangannya di depan dada sambil memasang raut masam. Selesai sudah urusan mereka dengan suku batu, kini mereka menuju gunung yang terlihat dari tempat mereka berjalan, yang tertutup awan gelap dan aura suram yang menyelimutinya.

Satu hari telah berlalu, mereka sempat beristirahat di tempat suku batu berada. Ayah Terra beserta para pelayan dan pengawalnya memperlakukan mereka dengan sangat baik. Orion merasa sangat nyaman begitu berada di sana, dia ingin mengunjungi suku batu jika dia memiliki kesempatan.

“Apa kita tidak bisa terbang saja?” rengek Terra yang dari tadi terus saja melontarkan protesnya kepada Orion dan lainnya. Lalu dia melakukan sesuatu terhadap tanah yang dia pijak, tanah itu membelah hingga terbentuk sebuah bola batu dengan permukaan datar di atasnya sehingga Terra bisa berdiri di sana.

“Di atas sana sedang badai hebat,” tukas Azaela sesekali melirik ke atas langit yang tertutup awan mendung yang gelap. “Kita tidak bisa terbang untuk sementara.”

Ucapan gadis itu membuat Terra memutar bola matanya tidak senang, dia tetap memutuskan mengendalikan batu yang dia gunakan sebagai alat terbangnya melayang ke tempat yang lebih tinggi. “Aku duluan ya, semangat semua!”

“Tapi Terra ..., awas ada pe—“

Petir langsung menyambar dengan cepat, kilat mengamuk seolah alam sedang tidak menyetujui tindakan seseorang. Perempuan pirang itu terhempas dari ketinggian tinggi disertai batu-batu kecil yang jatuh bersamanya. Setelah melihatnya Orion bersama yang lain berlari menyusul ke tempat Terra terjatuh. Perempuan malang itu terkapar dengan beberapa bekas terbakar di kaos hitamnya, sepertinya tidak ada luka serius.

“Dia kesambar?!” tanya Orion panik, baru kali ini dia melihat seseorang disambar petir. Melihat wajah Azaela dan Folan yang terlihat biasa saja, Orion menjadi bingung.

“Tidak apa Orion, dia hanya pingsan sebentar.” Azaela menghela napas gusar. “Perempuan ini sangat keras kepala, dia tidak berhenti merengek.”

“Kenapa dia disuruh ikut dengan kita? Kenapa ayahnya nggak beri aja kalungnya ke kita?” Orion bertanya yang sedari tadi membuatnya kebingungan. Azaela mengulum senyum, “Selama ini kau nggak paham, ya?”

Pertanyaan gadis itu seperti merendahkannya, Orion melipat kedua tangannya sembari menatap tidak senang Azaela. “Well, gue udah berusaha.”

“Orion, bukan itu intinya.”

“Maksudnya?” tanya cowok vegen bingung.

“Hei, lihat!” celetuk Folan sambil menunjuk sesuatu dari gunung tinggi yang mereka tuju. “Gunungnya akan meletus.”

Dan benar saja, suara gemuruh terdengar dari tempat mereka. Orion dapat melihat lelehan lahar tampak keluar dari puncak gunung itu. Kepulan awan gelap semakin mencekam, juga getaran tanah yang sedikit mengguncang keseimbangan mereka. Orion memanggil Nilam, roh pendampingnya yang bisa merasakan energi sihir dari jarak jauh.

“Apa yang lo rasakan?” Orion membatin.

Tuan, saya merasakan sihir yang sangat teramat kuat. Sepertinya suku api sedang diserang oleh sekelompok penyihir gelap!” jelas Nilam.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang