29 • Last Hope

6 1 0
                                    

~Efemeral Series~

"Mungkin saja, ini cara satu-satunya."

✿✿✿

Dada Azaela serasa ditekan sesuatu yang sangat besar. Kedua matanya gemetar dan mulutnya tak mampu lagi untuk mengeluarkan suara. Tubuhnya yang masih penuh dengan lendir freax kini mulai dia bisa kendalikan, meskipun begitu dia tetap saja tidak bisa bergerak. Dia belum mempercayai apa yang dia lihat sekarang.

Cowok yang sedang membelakanginya itu merentangkan kedua tangannya dengan tombak yang telah menghunus ke dadanya.

"Orion!" pekik gadis itu. Para petinggi lainnya buru-buru menyusulnya setelah menyingkirkan musuh dari hadapannya. Azaela duduk menyamai posisinya dengan tubuh Orion yang telah terbujur lemas. Dengan terbata-bata, Azaela merapalkan mantra untuk menghentikan darah yang terus mengalir dari tusukan tombak itu.

Orion kembali telentang setelah tombaknya berhasil dikeluarkan dari tubuhnya itu. Azaela bukanlah penyihir penyembuh, dia tidak bisa melakukan sihir untuk menutup atau menyembuhkan luka cowok di depannya. Air mata tidak bisa ditahan lagi, tangannya memegang kedua bahu Orion.

"Hei," lirihan itu membuat mata Azaela yang sembab melebar tak percaya. "Jangan nangis, mukamu jadi jelek," ujar Orion yang bisa-bisanya tersenyum.

"Ayo bawa dia ke kuil," pinta Terra dengan raut khawatir.

Folan ikut duduk di samping Orion, kini posisinya saling berhadapan dengan Azaela. "Kamu harus dibawa ke bibi Herb sekarang," ucap laki-laki bermata safir itu seraya melepaskan kedua sayap di punggungnya.

Pasukan prajurit Carmine tidak ada satupun yang menyerang bahkan berpindah dari posisinya. Mereka hanya melihat para penyihir remaja itu berkumpul mengelilingi satu orang yang terbaring lemah. Itu karena tujuan mereka berhasil, membunuh penyihir bintang.

"Nggak usah repot-repot, aku udah nggak bisa bergerak lagi," titah Orion. "Sorry aku nggak bisa melanjutkan petualangan yang seru ini, tapi aku yakin kalian bisa menghentikan ritualnya dan menyelamatkan banyak orang."

Orion menutup kedua matanya, dadanya perlahan-lahan mulai berhenti kempas-kempis. Napasnya tidak lagi terdengar, jantungnya telah berhenti berdetak.

Orion telah mati.

Awan-awan bergemuruh hebat, suara petir menggelegar menyeru rasa kesedihan yang mendalam. Langit tidak lagi terlihat, hanya ada kumpulan awan hitam yang tampak marah. Para pasukan Carmine melihat ke arah langit dengan rasa cemas, khawatir, dan takut.

Pemimpin freax yang telah membunuh penyihir bintang menyerukan pasukannya agar mundur dan kembali ke markas mereka.

Namun tiba-tiba saja sebuah tanaman merambat yang sangat besar saling melilit dan terus tumbuh ke atas sampai membentuk sebuah pagar besar yang menghalangi para prajurit beserta freax.

Folan yang melihat itu langsung memegang kedua bahu gadis di depannya. Tetapi terlambat, kedua bola mata Azaela dipenuhi dengan warna hitam. Memandang kosong ke depan, tanpa ekspresi apa pun.

"Azaela!" Folan memanggil-manggil gadis itu saat tubuhnya melayang. Azaela melayang mendekat ke arah prajurit Carmine berkumpul.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang