43 • Kembali Bersinar

3 2 9
                                    

~Efemeral Series 2~

"Terima kasih untuk segalanya, aku akan merindukanmu."

✯✿✯

L “Nanti Orion kalau sudah dewasa mau jadi apa?”

Sebaris kalimat sederhana berhasil membuat bocah tujuh tahun itu berhenti menggerakkan mobil mainan yang dibelikan ayahnya saat mereka jalan sore waktu itu. Dia menoleh, menatap polos kedua manik ayahnya.

“Orion belum tahu ayah,” jawabnya.

Ayahnya hanya tersenyum, mengelus pucuk kepala putra semata wayangnya. “Apa Orion mau jadi dokter? Biar bisa menyembuhkan banyak orang.” Ayahnya masih dengan senyumnya yang teduh merekomendasikan cita-cita yang mungkin Orion tertarik.

“Dokter?” Alis bocah itu menyatu. “Orion nggak suka bau rumah sakit.” Dia menggeleng pelan, tidak tertarik dengan rekomendasi dari ayahnya.

“Bagaimana kalau polisi? Orion bisa melawan kejahatan dan melindungi orang-orang,” tawar ayahnya masih setia tersenyum.

Namun putranya kembali menggeleng. “Orion nggak mau punya perut besar,” sergahnya. Wajahnya menunjukkan dia menolak mentah-mentah rekomendasi yang satu itu. Lantas jawabannya juga membuat ayahnya terpingkal.

“Orion kok mikir begitu, nak?”

“Orion lihat sendiri di jalan yah, mereka memang seperti itu.” Bocah itu berusaha meyakinkan ayahnya bahwa apa yang dia katakan adalah benar.

Lalu ayahnya menggeleng, mengelus kembali rambut putranya yang sangat lembut dan memiliki aroma sampo yang menenangkan. “Orion, tidak semua polisi seperti itu ya, juga besar kecil perut mereka kembali lagi ke orangnya masing-masing. Bukan berarti apapun yang namanya polisi pasti memiliki perut besar.”

Kedua alis tebalnya bergerak ke atas, menunjukkan informasi baru diterima kepalanya. “Jadi tidak semua polisi seperti itu?” tanyanya yang dijawab gelengan pelan dari ayahnya.

“Tapi Orion tetap nggak mau jadi polisi.”

“Ya sudah, ayah tidak akan memaksa Orion untuk memilih cita-cita secepatnya. Orion bisa memikirkannya lagi, tapi kalau kamu sudah menentukannya langsung kasih tahu ayah,” pinta ayahnya.

“Oke, yah.” Anggukan dari kepalanya membuat ayahnya langsung mendekapnya dalam pelukan sejenak. Kemudian ayahnya izin keluar rumah sebentar, ingin membeli sesuatu katanya.

Kini Orion sendirian di rumah. Dia berbeda dengan anak-anak lainnya, takut ditinggal sendirian dan menangis sambil merengek supaya diikutkan oleh orang tua mereka. Orion sudah terbiasa dengan hal itu, selalu ditinggal sebentar oleh ayahnya. Walaupun ayahnya pernah menawarkan padanya untuk tinggal dengan tetangga mereka yang sangat menyambut jika Orion mau. Namun dia menolak, tidak begitu suka berada di orang-orang yang tidak dia kenali. Oleh karena itu ayahnya meminta tolong kepada tetangganya untuk sesekali memeriksa keadaannya di rumahnya, sendirian.

Saat dia sudah bosan dengan mainannya, Orion mengembalikan ke tempat dia biasa menaruhnya saat tidak dimainkan. Melangkahkan kakinya ke kamar tidurnya.

Orion mengambil kamera kecil yang ayahnya belikan untuknya sebagai hadiah ulang tahunnya yang kelima tahun. Hadiah yang tidak sesuai dengan usianya saat itu. Namun apa, Orion amat sangat menyukainya.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang