Eu dan Arvel memang sangat sering sekali bertengkar, kadang Arvel bisa babak belur jika mereka sudah berdebat. Namun kali ini sepertinya ada yang berbeda. Mereka benar-benar 'tak saling bertukar bicara sejak kemarin.
—Ardey
✖✖✖
Fuzihara Naomi Present
Black Card FANFICTION
Araam Marvin Wilhelm x Eucily Aralea Punica
©TPL
2021
You Are The Only One✖✖✖
Suasana sarapan di rumah tadi pagi cukup berbeda karena Arvel absen makan bersama dan memilih untuk pergi ke sekolah lebih dulu. Eu tampak tidak bersemangat dengan makananya, padahal Lucce sengaja membuat menu yang Eu sukai, karena Ardey bilang semalam kedua adiknya itu bertengkar hebat.
Livia memandangi sorot mata Eu yang memancar kesedihan dan kesal.
"Aku berangkat."
Eu turun dari kursinya, meraih tas lalu berjalan ke luar untuk pergi ke sekolah. Masih ada tiga puluh menit sebelum jam pelajaran di mulai, Ia masih sempat jika pergi berjalan kaki. Rasanya cukup untuk berpikir tentang apa saja yang terjadi padanya dan Arvel semalam.
Eu melihat sebuah toko roti yang baru saja buka setelah satu bulan tidak beroperasi. Ia ingat bahwa toko itu adalah favorirnya setiap pulang sekolah bersama Arvel. Toko yang di desain mungkin mengusung tema klasik namun gagal karena tidak begitu diminati.
Tapi semua makanan yang tersaji di sana sangatlah lezat. Kadang Eu bingung kenapa orang-orang hanya memerhatikan sesuatu dari luarnya saja. Apa konsep seperti itu bisa membuat manusia tahu yang mana yang benar dan salah?
Sampai di sekolah, Ia cukup dikejutkan dengan banyaknya ornamen dan hiasan khas festival. Mengusung tema bunkasai seperti sekolah-sekolah di Jepang memang cukup eksentrik untuk sekolah yang tidak berlokasi di Asia seperti sekolahnya ini.
Sebuah festival budaya modern yang dikombinasi dengan kultur-kultur lokal. Ada banyak stands berjejer untuk menawarkan makanan-makanan lokal baik yang masih banyak dijajakan banyak toko makanan, maupun yang sudah dilupakan karena tertelan masa.
Segurat senyuman menghiasi wajah cantik Eu, namun 'tak berselang lama karena pudar begitu saja. Acara seperti ini memang selalu dinantikan oleh Eu, namun sekarang terasa hampa karena Ia akan menikmati semuanya seorang diri.
"Ya, jangan salahkan aku. Aku sudah bilang padamu untuk—"
Eu menepuk pipinya sendiri ketika perkataan Arvel kembali terngiang di benaknya. Ia tidak suka Arvel membentaknya seperti itu. Meskipun memang Ia sendiri tidak mau mendengar penjelasan si pemuda yang sekarang entah sedang apa.
Musim gugur seperti ini, siswa kelas tiga memang sedang menyiapkan banyak hal untuk ujian masuk universitas, yang berarti siswa kelas dua akan mengambil alih takhta dari mereka yang berkuasa di organisasi maupun ekstrakulikuler.
Eu menghela napas, belakangan ini Arvel sangat sibuk mengurusi ini dan itu. Mereka tidak lagi menghabiskan banyak waktu bersama seperti yang biasa dilakukan.
Eu sampai di depan ruang kelasnya tepat saat bel tanda masuk kelas berdering. Ia membuka pintu lalu memasuki ruangan yang sudah penuh oleh murid-murid yang siap belajar.
Menyebalkan, Eu sedang tidak mood melakukan apapun dan sialnya mata pelajaran pertama adalah matematika. Bukan hanya karena Ia bermusuhan dengan hitungan, tapi guru mata pelajaran ini juga selalu membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naoland!
Short StoryHello, selamat datang di Naomaret selamat belanja~ Intinya,Ini sekedar kumpulan script gak mutu yang lewat di otak saya akibat kesalpokan ketika ngegarap story yang on going. Hanya up ketika mau. Warning: Mengandung kenistaan dan kerecehan ya...