2

452 52 31
                                    

Menikahi kakak kelas yang paling di incar satu sekolah?
Rasanya tidak mungkin bukan?

Tapi siapa sangka dia yang diidamkan hampir seluruh perempuan di sekolah meminangku dengan setangkai bunga kertas di bawah pohon maple yang sedang berguguran September lalu.

"Kau mau menikah dengan ku 'kan, Minarin?"

"Hah?"

✖✖✖
변백현's FANFICTION
©Fuzihara Naomi, 2020
변백현 ©S.M. ENT
oh, and of course, his parents.
Marry You!

Suara ketukan pintu berulang-ulang kali membuat telingaku sakit, entah sengaja atau tidak, namun suara bisingnya membuat tidurku terganggu. Aku berusaha untuk kembali terlelap, menutupi kepalaku dengan bantal namun sama sekali tidak membantu.

Dengan gusar aku turun dari tempat tidur, melangkahkan kaki mendekati pintu untuk membuka pintunya.

"Apa?"

"Selamat pagi, Pingu."

Aku memutar bola mataku malas, ternyata dia mengetuk pintu seperti seorang penagih utang dipagi-pagi buta seperti ini hanya untuk mengucapkan selamat pagi.

Pingu adalah sebutan darinya untukku. Menurutnya aku seperti seekor penguin yang lucu dan menggemaskan. Dia mulai memanggilku seperti itu semenjak kami menikah. Dan dia mendapatkan panggilan seperti itu dari teman kuliahnya yang berada di Jepang.

Iya, Jepang. Negara tempatku dilahirkan.

Aku memang seorang anak dari orang tua yang berkewarganegaraan Jepang. Ayahku bekerja di Korea Selatan sehingga kami satu keluarga harus pindah ke sana. Dan hari itulah aku bertemu dengannya.

Seorang anak yang tiga tahun lebih tua dari ku. Yang sedang tertidur di rerumputan dengan seragam Aikido-nya. Menikmati cerahnya matahari di bulan Juni.

"Byun Baekhyun. Kau siapa?"

Aku tersentak dari lamunanku ketika lelaki itu menjetikkan jarinya. Ia nampak sebal karena aku tidak mendengarkan ucapannya selama aku melamun tadi.

"Baekhyunie, hari ini kita pergi ke Incheon. Kau ingat 'kan?"

Pertanyaanku membuatnya terdiam mematung. Sudah kuduga dia pasti lupa. Padahal dia sendiri yang mengundang temannya dari Jepang untuk datang kemari saat berlibur dan karena kebetulan calon istri temannya itu pun memiliki tempat tinggal di Incheon. Aku melihatnya berjalan menuju sofa ruang keluarga lalu menghempaskan tubuhnya di sana.

Aku berjalan menuju dapur yang memang hanya tersekat oleh sebuah lemari kaca, sehingga lelaki itu bisa melihat apa yang sedang aku lakukan. Aku sedikit merasa bersalah kepada lelaki itu. Sudah menjelang satu tahun kami menikah, namun aku menolaknya untuk tidur bersama sehingga momen malam pertama yang diimpikan oleh seluruh pasangan di dunia pun harus terlewatkan begitu saja.

Namun dia tidak pernah menolak, Ia juga tidak menuntut apapun dariku.

"Kau masak apa, Pingu?"

Dari sofa sana aku dapat mendengarnya berbicara. Aku memilih untuk tidak menjawab dan meneruskan kegiatanku memasak sarapan. Aku tahu dia akan menyukainya, bahkan pernah berkata bahwa Ia rindu menu masakan Jepang. Untuk itu, pagi ini aku akan membuatkannya hidangan sarapan seperti yang sering dibuatkan oleh ibuku ketika kami kecil dulu.

"Pingu telingamu hilang ya?"

Aku hanya menoleh memandangnya yang sekarang mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk lalu kembali fokus pada masakanku.

Naoland!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang