VI

1.2K 83 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu. Xavero dan Zila sudah menjadi teman dekat karena sering bertukar cerita. Luka di tubuh Zila juga sudah mulai baikan. Dia juga sudah dapat berjalan lagi seperti biasa. Kini Zila sedang duduk di tempat tidur nya sambil membaca buku tebal dengan gambar bulan sabit ditengahnya yang pernah ia temukan di salah satu ruangan di rumahnya dulu.

“Buku ini menceritakan kisah seorang dewi dengan takdirnya yang begitu panjang. Apa ini salah satu legenda terkenal? Tapi buku ini terlihat sedikit tua”, Zila bermonolog.

Tak lama setelah itu, terdengar suara ketukan di pintu.

Tok tok tok

“Zila?”

Zila mendengar suara seseorang yang sangat familier. Suara itu adalah suara milik seseorang yang lama tak bertemu dengannya. Dengan segera, dia berlari ke pintu dan membuka knop pintu.

Cklekk

“gimana harimu?”, ujar seseorang di depannya sambil tersenyum.

Orang itu berambut putih perak, dengan mata sebiru batu saphire biru. Berdiri dengan gagah didepannya, menggunakan jubah kebesarannya, dan juga mahkota kerajaan.

“v-vazo?!”

“Lama ga ketemu”, Vazo berkata sambil nyengir kuda.
Zila membalas tersenyum dan mempersilahkan Vazo masuk.

“Luka mu udah sembuh?”

“Mn! Udah, aku udah bisa jalan juga."

“syukurlah! Ah ya, Vero memperlakukanmu dengan manusiawi kan?”

“Apanya yang dimaksud manusiawi? Vero ga seburuk itu, hahaha”, Zila mengerti bahwa diantara Vazo dan Xavero, mereka adalah sahabat dekat.

“yah, kau tau, dia mirip patung gak berperasaan.”

“Untuk beberapa alasan, aku setuju, pft-“

“Jadi gimana tinggal disini?”, Vazo menatap Zila dengan senyum.

“aku merasa aman dan nyaman, ini hebat! Apalagi pemandangan di balkon ini, sempurna”, Zila menatap pemandangan di luar balkon. Ia tidak menyadari bahwa orang lainnya sedang menatapnya dengan penuh puja dan kagum.

“oh ya, Vazo, apa aku boleh mengunjungi perpustakaan disini?”, Zila menghadap Vazo dan seketika pandangan mereka terkunci satu sama lain. Vazo yang ketahuan memperhatikan pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah pedesaan.

“tentu, ingin kesana?”

“iya, bisa tunjukkan arahnya?”

“ayo kesana bersama”, Vazo berdiri terlebih dulu lalu mengulurkan tangannya ke Zila. Zila tersenyum dan menerima uluran tangan tersebut. Mereka keluar ruangan dan berjalan bersama menuju perpustakaan dengan jari yang saling bertaut.

###

Sesampainya di perpustakaan, Zila langsung menyusuri rak-rak buku disana.

“Zila, kau ingin mengetahui sesuatu?”, tanya Vazo yang mengekor.

“aku pikir aku ingin mengetahui tentang werewolf, apa kau mau membantu?”

dia berinisiatif untuk mengetahui werewolf, ini adalah langkah pertama untuk membantu zila terbiasa tentang werewolf dan juga langkah pertama pendekatanku!’, Vazo membatin sambil tertegun.

“Vazo? Haloo? Vazo disana?”, Zila melambaikan tangannya didepan Vazo yang melamun.

“Ayo, tanyakan apa saja yang ingin kau tau, aku akan menjawabnya!”, tiba-tiba Vazo menatap serius ke arah Zila.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang