XXXVII

610 39 0
                                    

Mereka sudah cukup jauh dari kelompok elf. Zila berjalan dibarisan paling belakang diantara mereka. Hal itu membuat ketiga orang lainnya curiga.

“Zila, kau kenapa? Apa kau lelah? Ingin istirahat sebentar?”, tanya Vazo.

“Eh- emm- tidak kok! Ayo lanjut”, Zila mendahului mereka.

“Oh ya, Zila. Apa yang terjadi di ruanganmu waktu itu?”, tanya Kinara.

Zila lalu menceritakan kejadian penyerangan kacang polong di ruangannya. Ketiga orang lainnya menjadi bingung ingin menangis atau tertawa.

“Tunggu...bukankah kacang polong terlalu lucu? Pft-“, Kinara menahan tawa nya.

“Aku...setuju”, Xavero memalingkan wajahnya menahan tawanya.
Sedangkan Vazo hanya menunduk sambil menutupi mulutnya.

“h-hei! Tapi kacang polong itu bisa jadi menyakitkan, dan lagi jumlah nya ribuan! Aku seperti melihat hujan panen kacang polong- hahh...”, Zila kesal.

“baiklah baik, kami minta maaf”, Kinara tersenyum.

“Syukurlah kalian tidak ikutan diserang”, ucap Zila.

“Mungkin yang mulia ingin menguji mu? Beliau terlihat tertarik denganmu”, balas Vazo.

“Mungkin..”

Mereka lanjut berjalan. Kemudian, mereka menemukan cahaya di depan. Tempat itu tak ada pohon sama sekali. Mereka berlari dengan cepat. Hingga mereka menemukan samudera biru yang amat luas didepannya. Mereka berada di atas tebing dan bawahnya adalah samudera yang mereka ungkit selama ini. Namun, mereka lebih terkejut karena menemukan bahwa tak jauh, di beberapa pohon, ada kuda mereka yang terikat disana.

“itu kuda kita!”, seru Kinara.
Keempat orang itu bergegas menuju kuda mereka dan menaiki nya.

“apa para elf yang membawanya kesini?”, tanya Zila yang masih berada di atas tanah.

“Mungkin. Mereka memberi kita banyak keberkahan”, balas Xavero.

Lalu, Zila mengambil kunci yang diberikan oleh Athenciyya. Menancapkannya ke tanah dan memutar nya seperti kunci pada sebuah pintu.

“Tujuan kami adalah tempat Tetua Rodier berada, mohon bantuannya”, ucap Zila kemudian.

Sebuah portal berwarna emas muncul didepannya. Mengapung di udara tepat di tepi tebing itu. Zila mencabut kunci itu, memasukkannya dalam tas dan menaiki kuda putihnya.

“semoga saja kalimatku benar...”, Zila berucap ragu saat ingin melangkahkan kaki kudanya menuju portal.

“Aku akan duluan”, balas Vazo yang kemudian langsung berjalan memasuki portal. Zila mengikutinya lalu disusul Kinara dan Xavero. Portal itu menghilang saat mereka semua berhasil masuk.

Mereka melewati dimensi waktu dengan dinding berwarna coklat yang terbuat dari pusaran asap. Hingga terlihat setitik cahaya yang semakin melebar didepan. Mereka berjalan cepat menuju cahaya itu dan sampai pada sebuah gua didepan mereka.

“gua apa ini?”, tanya Xavero.

“apa ini tempat yang benar?”, tanya Kinara.

“....entahlah...”, balas Vazo.

Mereka bertiga berbalik dan terkejut. Mereka berada di sebuah pulau yang dikelilingi samudera luas.

“ini...ditengah samudera?”, Kinara menatap kagum pada pemandangan didepannya.

“semuanya, lihatlah, jauh didepan sana seperti ada sebuah pulau besar, apa mungkin itu adalah tempat kita masuk tadi? Tebing yang diawal?”, Vazo menunjuk kearah depan.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang