XIX

862 46 0
                                    

Aula utama menjadi ramai karena diskusi mengenai pernikahan Xavero dan Kinara. Tuan Stevenson sedang merencanakan penyelenggaraannya bersama Vazo dan Xavero.

“Zila...beberapa menit lalu ibu mendapat surat perintah dari Kepala kelompok medis”, Nyonya Stevenson berkata kepada Zila sambil menyerahkan sebuah sampul surat berwarna putih dengan cap lilin biru. Zila segera membukanya dan membaca isinya.

“Surat ini berisi surat permintaan bahan, beberapa dibeli di pasar kerajaan”, ucap Zila setelah membaca kertas tersebut.

“Jadi pesanan ini harus diambil sekarang?”, tanya Kinara tiba-tiba.

“ya, Nyonya Clarion bukanlah orang yang tidak tepat waktu.”

“kalau gitu, kalian berdua urus saja”, Vazo menimpali.

“tapi...perencanaan pernika-“

“Aku dan Vero yang akan mengurusnya, fokuslah pada kewajibanmu”, Vazo memotong perkataan Zila. Zila yang mendengar itu mengangguk dan memberi salam sebelum meninggalkan aula utama bersama Kinara yang mengekor.

###

Di perjalanan menuju pasar, Zila dan Kinara banyak berbincang dan juga tertawa. Mereka juga sempat mampir ke toko bunga dan souvenir.

“oh ya Kina, apa kalian saling mencintai satu sama lain?”, tanya Zila.

“Tentu...”, jawab Kinara sambil tersenyum malu.

“Itu bagus! Tapi aku katakan suatu hal, Vero adalah patung yang ga punya perasaan, hobinya cuman pasang wajah datar kaya patung yang ada di istana!”

“apa-apaan, mana ada kaya gitu, hahaha”, Kinara membalas sambil tertawa.

“Sungguh! Aku tiap hari berdebat deng- aw!”

Kalimat Zila terganti dengan rintihan sakit. Seseorang telah menabraknya dengan keras.

“m-maaf...aku tidak sengaja!”, ucap orang itu dan berusaha membantu Zila bangkit.

“ah, tidak apa, saya yang tidak melihat, maafkan saya”, Zila membalas sambil berusaha berdiri dan mengambil barang-barang yang jatuh.

Orang itu mengulurkan tangan dan disambut oleh Zila. Saat tangan mereka bersentuhan, Zila merasakan hawa dingin menerpa tulang rusuknya. Aura tajam dari orang itu membuat dadanya terasa sesak dan ingin menangis. Segera setelah itu, Zila terbangun dari lamunannya karena tepukan di pundak.

“Zila? Kamu gapapa kan?”, ucap Kinara yang berjongkok menyamai tingginya dengan Zila yang masih terduduk.

“eh? Gapapa kok”, Zila berdiri dan segera mengambil barang-barangnya.

“Siapa itu tadi?”, tanya Zila.

“Huh? Itu hanyalah seorang nenek yang menabrakmu”, balas Kinara.

“....nenek?”

‘Tapi yang kulihat adalah seorang wanita muda dengan aura hitam yang pekat!’, batin Zila.

“Zila? Kenapa?”, Kinara berkata sambil melambaikan tangannya didepan pandangan Zila.

“oh, tidak apa, ayo kembali.”

Mereka pun kembali ke istana dan menuju ruangan Nyonya Clarion.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan dari pintu raksasa penuh ukiran disana. Segera setelahnya, pintu itu terbuka menghasilkan suara berderit namun terdengar halus.

“salam Nyonya Clarion”, Zila dan Kinara berkata sambil membungkuk memberi hormat.

“Ya”, sahut suara yang lebih dewasa.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang