XLVIII

563 38 0
                                    

3 hari berlalu semenjak perang terjadi. Nyonya Stevenson sudah mengetahui jika Azila terluka parah dan sekarang sedang berjuang untuk hidupnya. Vazo dan lainnya tidak menceritakan apapun mengenai Azila karena Azila sudah berjanji untuk menceritakannya sendiri dan itulah yang mereka yakini, Azila akan kembali.

Azila sudah lama terbaring di ranjang nya tanpa makan dan minum, hanya bergantung pada kelompok medis yang terus bergantian untuk menyalurkan serat makanan kedalam tubuhnya agar kesehatannya tetap terjaga.

“Ibu, makanlah dulu, ayah sudah menunggu”, Vazo menepuk pundak Nyonya Stevenson yang duduk disamping kasur Azila sambil menggenggam tangan Azila.

“kalian makanlah dulu, ibu mau menemani Azila.”

“bu, yang Azila mau bukanlah ibu yang sering meninggalkan jam makannya seperti ini.”

“Hah...baiklah”, Nyonya Stevenson beranjak.

“Zila, ibu dan yang lainnya mau makan dulu, cepat bangun sayang”, Nyonya Stevenson mencium kepala Azila.

Mereka berdua keluar dari kamar dan pintu kembali tertutup. Menampakkan Azila yang terbaring sendirian.
Vazo serta Tuan dan Nyonya Stevenson makan dalam diam. Setelahnya, Xavero dan Kinara menemui mereka.

“kalian ingin mengunjungi Zila? Kesana duluan saja”, ucap Vazo.

“Baik”, balas mereka.

Xavero dan Kinara berjalan menuju koridor dalam istana dan menghilang di belokan.

“Alpha, berapa lama lagi Zila harus terbaring...?”, Nyonya Stevenson menatap kosong kearah Vazo.

“Ibu, jangan berkata seperti itu dan sabarlah, Zila sedang berjuang disana”, Vazo menatap sendu kearahnya.

Mereka kembali diam dan suasana menjadi hening.

“Aku pergi dulu.”

Vazo berdiri dari duduknya dan melangkah kedalam istana.
Melewati koridor dan sampai di taman belakang istana. Ia menatap sendu kearah ayunan itu dan duduk disana. Menyisakan ruang kosong di sebelahnya sambil terus menatapnya.

“Aku bohong...”

Vazo mengusap ruang kosong di ayunan itu.

“Maafkan aku Zila, aku bohong padamu...”

“Aku bohong untuk tetap kuat menunggumu”, Vazo menutup wajahnya dengan tangan lainnya dan terisak kecil.

Moon goddess, kumohon, berikan aku kesempatan untuk menjaganya lagi...Berikan aku kesempatan untuk melihat senyum dan tawanya lagi...Beri aku kesempatan untuk mendengar suara nya..”
Vazo menatap langit dengan air mata yang terus mengalir.

“Aku bohong! Aku sangat...merindukannya”, suaranya mengecil diakhir kalimat seiring kepalanya tertunduk lesu.

“tidak tidak, aku tidak boleh seperti ini”, dengan cepat ia menghapus air matanya.

“Zila sedang berjuang untuk hidupnya, aku juga harus berjuang untuknya”, Vazo beranjak dan melangkah keluar taman.

###

Cklekk

Vazo masuk ke kamar Azila dan menemukan Shelila yang duduk di samping Azila terbaring dan Zefian yang berdiri disampingnya.

“Kalian sudah disini?”, tanya Vazo.

“Ya. Kami ada waktu luang, jadi kami kesini”, balas Zefian.

“Bagaimana keadaannya?”

Shelila menatap Vazo sendu lalu menggelengkan kepalanya.

“hari ini juga belum ya...?”

“Baiklah, kita hanya perlu menunggunya. Apa Nyonya Clarion sudah kesini?”, lanjut Vazo.

“Tadi sudah datang saat Beta mu disini”, balas Zefian.

“Makasih udah jagain Zila.”

“Jangan gitu, Vazo. Zila juga teman kami.”

Vazo tersenyum menanggapi.

“kalian makan dulu, aku akan menjaganya.”

Setelahnya, Zefian dan Shelila keluar dan meninggalkan Vazo bersama Azila. Vazo duduk disamping Azila dan menggenggam tangannya.

“Tanganmu dingin sekali, kuharap ini akan menghangatkanmu.”

Vazo menggenggam tangan Azila dengan kedua tangannya. Dari telapak tangannya muncul sihir berwarna biru yang membungkus tangan mereka. Tangan Azila kembali menghangat setelahnya dan suhu tubuhnya menjadi normal kembali.

“Zila, maaf, aku berulang kali ingin menyerah untuk menunggumu..”

“Tapi aku tau, kau jauh lebih lelah dan sabar dalam berjuang untuk jiwamu.”

“Maafkan aku, ya? Aku akan menunggumu lagi.”

“Tapi kumohon...cepatlah bangun, aku sangat rindu padamu.”

Vazo tersenyum sendu kearah Azila yang masih setia menutup matanya.

Tak lama, Tuan dan Nyonya Stevenson masuk ke ruangan. Mereka bergantian dengan Vazo yang akan mengurus kerjaannya sebagai Alpha. Karena bagaimanapun juga, Vazo tahu jika Azila tidak akan suka melihatnya menelantarkan kewajibannya hanya demi dia. Begitulah rutinitas mereka yang bergantian menjaga dan merawat Azila setelah ia ‘tertidur’ waktu itu.

________________________
TBC,
Jangan lupa voment<3

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang