XXII

770 43 0
                                    

4 hari berlalu, namun Galaxy Pest tidak juga menampakkan jejaknya. Vazo, Xavero dan Tuan Stevenson berada di aula utama sedang memutar otak mereka.

“Ayah, apa kita bisa menganggap ini aman?”, tanya Vazo.

“Ini sudah lewat dari 3 hari”, balas Tuan Stevenson.

“Maka kita akan menganggap bahwa Galaxy Pest hanya bermain-main dengan ketakutan kita.”

“Apakah tidak ada tanda-tanda?”

“Aku sudah mengerahkan beberapa prajurit di hutan dekat Galaxy Pest, hasilnya mereka tidak melihat pergerakan pasukan disana.”

“Hah...baiklah, kita bisa bernafas lega.”

“tapi Alpha, bukankah ini terlalu tidak masuk akal? Memangnya Galaxy Pest memiliki hobi menakuti pack lain?”, sergah Xavero.

“Siapa tau. Mereka sudah berganti tahta, mungkin itu salah satu hobi Alpha mereka”, Vazo membalas sambil berdecak.
Walaupun kalimat Vazo terkesan menggelikan, tapi tak ada satupun yang tertawa disana, mereka menganggap itu adalah hal serius.

“Oh ya ayah, apa ayah ingat mengenai benda yang diberi Moon Goddess pada penatua Saphire Moon?”

“Ada apa?”, Tuan Stevenson menjawab.

“waktu lalu, aku melihat sebuah kalung dengan liontin berbentuk lambang Saphire Moon yang berada di leher Zila.”

Mendengar itu, Tuan Stevenson terkejut dan bingung.

“Sebenarnya, ada 3 benda yang diberikan oleh beliau. Namun yang diturunkan kepada tahta Saphire Moon hanyalah 1. Kedua benda yang lain adalah pedang kehidupan dan juga bola sihir padat. Diceritakan bahwa bola sihir padat dihancurkan sendiri olehnya untuk bahan kekuatannya. Sedangkan pedang kehidupan berada di tangan Dewi Serigala.”

“lalu, benda yang mana yang diturunkan ke tahta kita?”, tanya Vazo.

“.....”

“Benda apa ayah? Tolong jawab Vazo!”

“benda yang kau lihat...”

“b-bagaimana bisa?!”, Vazo berdiam membeku penuh tanya.

“Ayah juga terkejut, itu adalah salah satu benda yang ayah kenal dengan baik. Tidak ada orang di dunia ini yang bisa menduplikat nya. Liontin itu ditempa oleh penatua sendiri dan memiliki batu di tengahnya yang bersinar biru, bukankah begitu?”

Vazo semakin terkejut karena benda yang dideskripsikan Tuan Stevenson sama dengan liontin milik Zila.

“apakah Zila adalah keturunan penatua?”, timpal Xavero.

“Tidak mungkin! Penatua tidak menikah seumur hidupnya, dia juga orang yang kelewat suci untuk mendapat anak diluar nikah..”, balas Tuan Stevenson.

“lalu..darimana...”, ucapan Vazo menggantung.

“seharusnya liontin itu ada di tangan seorang tetua yang berada di seberang samudra”, jelas Tuan Stevenson.

“kenapa beliau?”, Vazo menjadi semakin bingung.

“ayah adalah orang pertama yang mengenal liontin itu, lalu ayah mempercayakannya kepada sang tetua karena suatu....kekhawatiran”, suara Tuan Stevenson kian mengecil.

“begitukah...jadi semua jawaban ada pada nya.”

“ayah, Zila ingin melakukan sebuah perjalanan kesana untuk menemukan kebenarannya, Vazo mohon izin untuk nya dan ikut bersamanya”, tiba-tiba Vazo mengubaj topik lalu membungkuk dalam ke arah Tuan Stevenson.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang