XVI

858 51 0
                                    

Sebulan telah berlalu. Kini, Xavero dan Kinara semakin dekat. Zila semakin mahir dalam pertarungan. Ia juga bertugas sebagai kelompok medis utama dengan sangat baik, bahkan hingga mendapat kesempatan menjadi kandidat pemilihan asisten Kepala kelompok medis kerajaan. Zila baru mengetahui bahwa Kinara berada di kelompok medis bantuan setelah ia bertugas dalam beberapa hari. Zila jadi semakin mengenal para warga dan sering berbaur dengan mereka.

Permainan saling menguntungkan antara Zila dan Xavero juga berjalan lancar.
Kini, Zila sedang berjalan menuju keluar pusat pelatihan bersama Raven. Semakin kesini, Raven semakin dekat dengan Zila. Jika ditanya, Raven pasti menjawab, ‘Karena Zila mengizinkanku untuk mengisi hidupnya dan dia belum menemukan pasangan hidupnya’.

“Zila, apakah kau tidak ingin hidup bersama ku saja? Kita sudah saling mengenal lama dan kau juga mengizinkanku untuk dekat denganmu”, Raven berkata sambil berusaha mengenggam tangan Zila.

“Apa maksudmu?”

“Menikah.”

“ya?”, Zila berhenti berjalan dan dengan linglung menatap Raven.

“kau bilang kita saling mencintai bukan?”

“....”

“Siapa yang mencintai siapa?”, tiba-tiba suara seseorang menginterupsi. Zila yang merasa familier segera mencari keberadaan orang itu.

“VAZO!”, Zila berteriak setelah menemukan Vazo tak jauh dari pusat pelatihan. Wajahnya muram penuh aura yang menekan.

“A-alpha..salam”, Raven segera berlutut.

“beri aku penjelasan.”

“emm...hamba yang mencintai nya”, Raven menjelaskan tanpa takut.

“oh? Lalu?”

“kami saling mencintai”, lanjutnya. Mendengar itu, tatapan mata Vazo jatuh ke arah Zila. Ia menatapnya penuh tanya yang mendesak. Tatapan tajam yang akan mengiris siapapun yang melihatnya berhasil ditangkap oleh penglihatan Zila. Zila hanya terdiam tidak mengerti.

“benarkah begitu, Zila?”, Vazo menekankan namanya diakhir kata.

“Raven mengatakan iya....?”, Zila menjawab sambil kebingungan.

Jujur ia bingung apa yang dimaksud Raven dengan mencintai apalagi menikahinya.
Aura disekitar Vazo menghitam. Ia terlalu banyak mengeluarkan aura kemarahannya. Melihat itu, Raven buru-buru melarikan diri.

“Maaf Alpha, kami akan pergi”, ucap Raven sambil menarik tangan Zila.

pergi?”, Raven merasakan bahwa Zila menarik tangannya. Ternyata Zila ditahan oleh Vazo.

“Apa maksudnya ini Alpha?”

“dia.tinggal.bersamaku.”

Mendengar itu, Raven terkejut dan melepaskan genggamannya.

“Zila, apa kau tinggal bersama Alpha?”

“Ya, benar, ada apa?”

“Tapi kau tidak pernah bilang jika kau adalah miliknya?!”, Raven berkata dengan panik.

“hah? Milik siapa apa nya?”, Zila semakin bingung dibuatnya.

“pergi”, Vazo mengatakannya kepada Raven dan membawa Zila dalam gendongannya. Ia lalu melompat melewati rumah-rumah dan sampai pada istana. Mereka berjalan menuju aula utama. Disana, sudah ada Xavero dan juga Kinara. Zila yang melihatnya pun panik.

“Vero? Kina?! Kalian ngapain ada disini?”, Zila buru-buru menghampiri mereka yang duduk di sofa seberang.

“Vero, jelaskan mengapa kau sering keluar istana dan meninggalkan pekerjaanmu”, Vazo duduk di sofa seberang mereka bertiga dengan wajah datar yang mengintimidasi.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang