XLIX

566 38 0
                                    

“Dimana aku?”

Kedua kelopak matanya membuka perlahan, memperlihatkan sekitar yang hanya berlapis warna putih tanpa apapun. Ia bangkit dan berjalan kesana kemari mencari jalan keluar.

“Kenapa tak berujung? Apakah aku melayang?”

Ia melihat kakinya sendiri yang berjalan tanpa pijakan di ruangan tak terbatas itu.

“Dimana semua orang?”

“....siapa aku?”

Ia terlihat kebingungan dan meraba wajahnya sendiri. Tiba-tiba muncul sebuah cahaya putih yang terbang kearahnya.

“kau sudah bangun?”, ucap cahaya itu.

“siapa kau?”

“Aku adalah penuntunmu sekaligus penjaga jiwa mu.”

“dimana ini?”

“ini adalah dimensi pemulihan jiwa.”

“Kenapa aku disini? Siapa aku?”

“Kau terluka parah beberapa waktu lalu, tidakkah kau mengingat namamu?”

“Aku...”, orang itu berpikir keras.

“Aku akan memberimu kehangatan”, cahaya itu menyentuh dahi orang itu. Seketika dia terkejut dan matanya membelalak.

“Aku bangun!”, seru orang itu.

“jadi, sudah ingat siapa dirimu?”

“ya, aku adalah Azila Ravel Rosemarie. Aku terluka parah beberapa saat yang lalu karena pedang berbahan perak.”

“sekarang, kau sedang melakukan penyembuhan jiwa dan kau sudah bangun.”

“apa yang harus kulakukan? Aku tidak tau beberapa saat yang lalu aku dimana dan kenapa...ini terasa aneh.”

“Tenang saja, itu adalah efek saat jiwa mu kembali pulih, kau akan memulai semuanya dari awal dan kau terombang-ambing di ruangan hampa ini, itu maklum jika kau lupa segalanya atau tak merasakan apapun.”

“Ruangan ini tak berujung, bagaimana aku bisa keluar dari sini?”

“ingatlah hal yang paling penting di hidupmu, maka itu akan menyadarkanmu.”

“apa itu?”

“Aku tidak tahu, dirimu lah yang mengetahuinya. Aku akan berikan sisa jiwamu yang sudah pulih dan cepat kembalilah, orang-orang menunggumu”, cahaya putih itu masuk kedalam diri Azila dan Azila menjadi semakin segar.

“Terimakasih..”

Azila menikirkan cara untuk keluar dari sana. Ia memikirkan berbagai hal.

“Apakah itu orang yang berharga dihidupku?”, Azila bermonolog.

“ayah dan ibu ku”, Azila berucap sambil melihat sekitar.

“Hmm...tidak ada yang berubah, jawabannya bukan itu.”

Setelah cukup lama berpikir, ia mencoba kembali.

“hal yang paling penting dihidupku adalah jangan ada dendam didalam hati. Aku akan menghilangkan dendam didalam hatiku dan menyucikannya kembali.”

Setelah mengatakan itu, ruangan putih itu runtuh dan pandangan matanya menggelap.
Azila tersadar jika ia sedang menutup kedua matanya. Ia mendengar suara banyak orang disekitarnya yang memanggil namanya.

“zila...bangun..”

“zila..”

“Bangunlah, kumohon..”

Berbagai suara yang samar memenuhi indera pendengarannya. Lalu ia mencoba merasakan tangannya dan menggerakkannya. Itu terasa berat, seperti ia tidak memiliki kekuatan sama sekali. Tapi setelahnya, ia merasakan kain dibawah tangannya dan telapak tangannya menggeser kain itu.

‘Aku menyentuh kain yang lembut, apa aku dikasur?’

Lalu, terdengar suara ricuh di pendengarannya.

Zila bergerak! Tangannya bergerak!”

“Panggil ketua kelompok medis sekarang!”

“Zila sudah bangun?”

“Zila..Zila?”

Azila merasa pundaknya diguncang pelan. Ia merasakan genggaman tangan itu kian menguat dan hangat. Tubuhnya tak lagi merasa kesepian dan kedinginan.

‘Benar, aku harus segera bangun, mereka menungguku...’

Setelahnya, ia membuka kelopak matanya perlahan. Kelopak matanya terasa sangat berat. Pandangannya buram tapi ia tahu bahwa orang-orang disekitarnya saat itu terkejut dan menahan tangis.

###

“Zila?”, Vazo berucap dengan suara bergetar.

Azila membuka matanya sepenuhnya dan melihat sekeliling. Ia berada di kamarnya. Xavero, Kinara, Vazo, Zefian dan Shelila ada disana mengelilinginya. Ia ingin berbicara tapi membuka mulut sangatlah susah, jadi dia memutuskan untuk kembali diam.

“Zila...kau benar-benar kembali”, Kinara mulai meneteskan air matanya dan menggenggam tangan Azila.

Shelila mulai menangis disamping Azila. Zefian dan Vero bernafas lega lalu menyunggingkan senyum. Azila menatap Vazo yang masih membeku melihatnya. Ia bergumam sesuatu tanpa suara. Vazo mengangguk dan menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Terlihat setetes air mata yang jatuh melalui pipinya tapi dia tersenyum. Walau tidak bersuara, tapi Vazo tahu betul jika ia mengatakan hal itu untuk semua orang, ‘Aku kembali.’

Ketua kelompok medis yaitu Nyonya Clarion, datang bersama Tuan dan Nyonya Stevenson. Ia memeriksa keadaan Azila, sedangkan Nyonya Stevenson masih terpaku melihat Azila terbangun.

“dia sudah pulih sepenuhnya, kekuatannya kembali. Tapi butuh beberapa waktu untuk tubuhnya bergerak kembali karena tubuhnya telah tertidur untuk beberapa hari ini”, ucap Nyonya Clarion.

“baiklah, terimakasih”, Vazo membungkuk kepada Nyonya Clarion.

“Tak perlu, Alpha. Ini kewajiban saya. Saya izin undur diri.”

Setelah kepergian Nyonya Clarion, Nyonya Stevenson menjadi kalut.

“Zila, dengar suara ibu? Zila baik-baik saja? Sudah tidak ada yang sakit?”, ucapnya bertubi-tubi dengan air mata yang deras menuruni pipinya.

Azila mengangguk dan tersenyum. Hal itu membuat semua orang disana terharu dan merasa lega. Mereka tak bisa menahan tangisnya. Seperti habis kehilangan matahari dan akan selamanya melihat malam. Menjadi sangat takut menghadap takdir tanpa adanya Azila disana. Di waktu itu juga, semua orang disana berterimakasih kepada Moon Goddess yang masih memberi Azila kesempatan dan keberkahan untuk menjalankan takdirnya.

###

Notes :
Perbaikan jiwa adalah usaha yang dilakukan agar dirinya tidak kembali ke alam penentuan untuk menunggu reinkarnasi berikutnya. Bahasa mudahnya adalah usaha yang dilakukan agar nyawa nya terjaga.

_______________________
TBC,
Jangan lupa voment<3

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang