XXXIII

616 44 0
                                    

Mereka terus berlari hingga senja. Memutuskan untuk tidak beristirahat karena hutan elf sudah dekat.

“Aku penasaran, Ranoz mengatakan bahwa kita harus menjadi seperti mereka, apa maksudnya?”, Zila memulai topik.

“Entahlah, dia berhasil menemukan fakta itu tapi berhasil keluar”, balas Vazo.

“Atau mungkin dia mengorbankan seseorang untuk menyelidiki dan memasang pendeteksi di orang itu. Jadi dia tau apa yang terjadi”, Xavero menebak-nebak.

“Pendeteksi seperti apa?”, tanya Zila.

“Ular Galaxy Pest.”

“Apa ular itu juga bisa menjadi pengawas?”

“ular mereka bisa merekam suara dan digunakan untuk ber komunikasi”, jelas Vazo.

“Itu hal yang hebat sekaligus mengerikan”, Zila menanggapi.
Ketiga orang lainnya mengangguk setuju.

“Aku teringat, semua yang dilakukan Ranoz memanglah kebohongan..”

“semuanya bohong, ranoz sangatlah setia dan bukan sosok yang meremehkan cinta terhadap mate nya”, lanjut Zila.

Ketiga orang lainnya hanya terdiam dan merenung. Mereka kembali fokus pada perjalanan. Hingga akhirnya, Sang Merpati tembus pandang berhenti. Mereka turun dari kuda dan berjalan maju.

“Disini ada formasi sihir”, Xavero mengangkat tangannya untuk mencoba masuk.

“Tapi kita bisa memasukinya, tanpa kuda”, jelas Vazo.

“Benar, ikat kuda disini saja”, Zila mengambil alih semua kuda dan mengikatnya pada beberapa pohon disana.

“ayo masuk.”

Mereka berjalan menembus tembok formasi sihir. Tempat itu adalah sebuah hutan yang dipenuhi oleh aura sihir alam yang pekat. Mereka terus berjalan tanpa takut.

“Kenapa aku merasa kita sedang diawasi oleh ribuan mata”, Zila begidik.

“tenanglah, para elf merasakan keberadaan kita”, bisik Vazo.
Setelah itu, dari atas pohon tinggi disana, para elf menyerbu mereka.

“Penyusup!”

Keempat orang itu segera bersiaga dan melindungi diri.

“jangan bunuh mereka! Cukup lindungi diri saja!”, seru Vazo.

“Baik!”

Sringg! Klang! Srett-

Bunyi besi beradu terdengar jelas dan tajam. Para elf tidak menggunakan pedang atau anak panah, mereka hanya terus menerus mencoba untuk mencakar menggunakan kukunya yang tajam seperti ujung kayu. Badannya mungil seukuran anak usia 5 tahun, mirip seperti troll dan kulitnya sekeras batu, sampai-sampai bisa menahan pedang dan menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga.

“Kami- ughh, ingin meminta bantuan! Tidak- ingin memulai pertumpahan darah!”, Zila berkata di sela-sela pertarungannya.

“lalu, apa yang kau inginkan?”, sebuah suara tanpa raga menyahut. Seketika itu, para elf berhenti menyerang dan mundur.
Keempat orang disana berdiri melingkar dengan waspada. Mereka terengah-engah karena jumlah elf yang berkali-kali lipat banyaknya.

“kami ingin melewati hutan ini tanpa pertumpahan darah. Ada hal yang sangat penting yang ingin kami lakukan”, jelas Zila.

Setelahnya, cahaya putih terang datang dari langit yang semakin gelap. Seorang wanita turun dari sana. Terbang di udara dengan anggunnya, diliputi cahaya hijau muda beserta burung-burung yang mengelilinginya. Ia menapakkan kaki nya di tanah dan berjalan.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang