XX

827 50 0
                                    

Pagi itu, di altar kerajaan, semua orang tampak sibuk. Berbagai hiasan berwarna putih terpasang di segala sudut. Beserta bunga lily putih yang melengkapi setiap hiasannya. Di tengah, seorang penatua berdiri disebelah seorang lelaki. Lelaki itu adalah Xavero. Ia berdiri dengan gagah dengan pakaian kehormatan berwarna putih, disertai jubah pendek berwarna senada dengan benik perak yang berkilauan.
Para pengunjung duduk di antara kursi panjang yang ada disana. Mereka menantikan sebuah pernyataan. Suasana di altar sangat sunyi dan mulia. Dengan tenang menunggu mempelai wanita memasuki pintu megah altar tersebut. Hingga pintu ruangan berderit keras. Semua atensi tertuju pada dua sosok disana.

Seorang wanita dengan gaun putih yang mewah disertai kerlap-kerlip perak terlihat seperti kilauan cahaya, membawa buket bunga lily ditangannya yang mungil, ia adalah Kinara. Disebelahnya, seorang wanita lainnya dengan kulit sepucat langit bersalju, memakai gaun putih penuh ukiran di ujung-ujungnya, dengan gelang token di pergelangan tangan kirinya, Zila berdiri menemaninya untuk menemui takdirnya.

Semua pasang mata disana menolak untuk melepaskan tatapan mereka pada dua sosok itu. Seiring mereka berjalan mendekat ke panggung altar, lantunan musik bak orchestra mengalun. Kinara naik keatas altar dan berdiri di samping Xavero.

“Hamba akan mulai.”

Sang penatua membacakan kalimat-kalimat dari catatan yang ia bawa. Lalu ia memberi keberkahan kepada Xavero dan Kinara. Setelah itu, lanjut pada tahap pengucapan janji. Kedua mempelai berhadapan satu sama lain. Dengan penatua tersebut ditengahnya.

“Xavero Seanron, bersediakah anda menerima Kinara Gabrielle sebagai istri sekaligus takdir selamanya, mencintai dan mendukung dalam kesempurnaan maupun tidak, dalam sadar maupun tidak, dengan sepenuh jiwa bahkan jika keberuntungan terputus?”, ucap Penatua.

“Saya Xavero Seanron, bersedia menerima Kinara Gabrielle sebagai istri sekaligus takdir selamanya, akan mencintai dan mendukung dalam kesempurnaan maupun tidak, dalam sadar maupun tidak, dengan sepenuh jiwa saya bahkan jika keberuntungan terputus”, balas Xavero dengan lantang.

“Kinara Gabrielle, bersediakah anda menerima Xavero Seanron sebagai suami sekaligus takdir selamanya, mencintai, menemani, dan mendukung dalam kesempurnaan maupun tidak, dengan sepenuh jiwa bahkan jika takdir terputus?”, lanjut Penatua.

“Saya Kinara Gabrielle, bersedia menerima Xavero Seanron sebagai suami sekaligus takdir selamanya, mencintai, menemani, serta mendukung dalam kesempurnaan maupun tidak, dengan sepenuh jiwa bahkan jika takdir tidak lagi terhubung”, balas Kinara dengan nada lembut.

“Selanjutnya adalah tukar cincin, untuk kedua mempelai, dipersilakan.”

Setelah sang penatua memberi izin, Zila membawakan sebuah kotak dengan sepasang cincin didalamnya dihadapan Xavero dan Kinara. Masing-masing dari mereka mengambil cicin itu lalu memasangkannya di jari satu sama lain. Zila kemudian meletakkan kotak tersebut dan kembali berdiri di sebelah Vazo.

“Dengan ini, mempelai pria dan wanita, resmi menjadi suami-istri dibawah janji suci. Semoga kehidupan kalian mendapat berkah dari Moon Goddess.”

Xavero dan Kinara mendekat satu sama lain dan menyatukan bibir mereka dengan penuh cinta. Melihat itu, semua pengunjung disana bersorak bahagia. Sedangkan Zila menahan tawanya sambil menuntup kedua matanya.

“Kau ini kenapa?”, Vazo menatap Zila heran. Zila mengintip Vazo dari balik jari-jarinya. Ia ingin menjawab namun segera terlena oleh penampilannya.

Vazo menggunakan pakaian formal warna putih dan jubah berwarna putih berukiran emas di pundak kirinya. Tak lupa tali emas yang melilit di pinggangnya membentuk simpul. Setelah memperhatikan pakaiannya, Zila beralih menatap wajah Vazo. Dalam hati ia terus menerus memuja wajah itu, seperti tidak ada noda satupun disana. Wajah itu bersih dan terlihat memikat seperti giok.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang