XXIV

713 46 0
                                    

Langkah kuda milik Vazo melambat, begitu juga ketiga kuda lainnya. Tak jauh didepan mereka terdengar suara gemericik air yang menyegarkan semangat.

“Kita sampai”, ucap Vazo lalu turun dari kudanya dan mengaitkan tali kendali ke kayu disana.

“Woahh! Ini indah sekali!”, Zila turun dari kudanya dan berjalan menuju sungai yang tak terlalu dangkal didepannya.

Vazo mengambil alih kuda Zila dan mengikatnya di kayu. Xavero dan Kinara mengikat kudanya di kayu lalu menyusul mereka.

“Alpha, apa terakhir kali saat kau keluar, kau menemukan tempat ini?”, tanya Xavero.

“ya, aku menemukannya baru-baru ini, dan kayu itu adalah buatanku.”

Vazo menunjuk kayu yang tertancap di tanah, yang mereka gunakan untuk mengikat kuda mereka.

“Kina kemarii, lihatlah, airnya terkena pantulan cahaya bulan!”, Zila menarik Kinara untuk mendekat kearah tepi sungai.

“Wahh, iya! Cantik banget..”

“ayo buat api unggun dan susun tempat untuk tidur malam ini di gua itu”, Vazo mengarahkan telunjuk nya ke salah satu gua disana. Lalu mereka berbagi tugas. Xavero dan Kinara membuat api unggun, sedangkan Vazo dan Zila memasuki gua.

“Vazo, gua mata air itu kau yang memberinya nama?”, tanya Zila saat mereka sudah berada di bibir gua.

“bukan, itu hanyalah sebutan, karena sungai disini termasuk salah satu hilir dari pusat mata air yang ada di hutan ini, atau bisa dibilang, masih milik Saphire Moon.”

“aku baru tau jika ada mata air di hutan ini?”

“Tentu saja, kau kan tidak pergi lebih jauh dari markas 3 ku selama hidup di hutan, mata air disini letaknya jauh dari markas itu.”

Ternyata di dalam gua itu sudah ada beberapa jerami yang ditumpuk menjadi sebuah alas tebal yang terlihat empuk.

“apa ini juga peninggalanmu?”, tanya Zila sambil merapikan bagian jerami tersebut.

“bisakah kau tidak menyebutnya peninggalan? Itu terkesan jika aku sudah mati”, Vazo membalas sambil bergidik.

“eh- hehe, maaf maaf, maksudku, ini adalah jerami yang pernah kau pakai saat perjalanan itu?”

“ya, beberapa prajurit ku mengumpulkannya dan sengaja kutinggal disini.”

“Oh? Alpha yang baik, membiarkan penjelajah lain beristirahat disini”, Zila menjawab sambil terkekeh.

“jangan mengejekku.”

Zila membalas dengan membungkuk hormat sambil mempertahankan wajah datarnya yang terlihat menggelikan.

Mereka membagi jerami itu menjadi 2 alas dan meletakkannya di masing-masing sisi gua. Saat Zila sedang menata alas jerami, ia membagi jerami itu menjadi 2 lagi, dan meletakkannya bersebelahan. Lalu, ia mengisinya dengan tas dan juga jubahnya dan pergi keluar gua mendahului Vazo. Sedangkan Vazo yang sudah selesai dengan jerami satunya, ia menatap jerami milik Zila dan tersenyum pahit, lalu menyusul keluar gua.

Diluar gua, api unggun sudah dinyalakan. Suara kayu yang beradu dengan api terdengar jelas di suasana yang sepi itu. Xavero duduk didepan nya, sedangkan Kinara mengecek isi tasnya.

“Kina, kita akan membuat apa untuk makan malam?”, tanya Zila menghampiri Kinara.

“Aku membawa beberapa jamur mentah”, Kinara mengeluarkan bungkusan berisi jamur yang ada di tasnya.

“Mm! Sempurna! Aku menyisakan buah di kantung dan membawa bumbu.”

“Kenapa ga berburu aja?”, Vazo mendekat lalu duduk di seberang Xavero.

[✔] HEALER WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang