Pembohong yang Licik

44 3 0
                                    

"Terkadang, sedikit egois untuk mengetahui sesuatu tidaklah salah"

-Alexa-

—X—

Orang itu perlahan semakin mendekat kearahku dan mendekat.

Cara jalannya begitu sempoyongan asal suara mengerikan itu berasal darinya.

Kulepaskan tas ranselku dan menggantinya memasang di depan. Dengan segenap keberanian aku akan menerobos nya lalu pulang.

Aku sudah mulai bersiaga dan menghitung mundur dari dalam hatiku.

Begitu hitungan mencapai angka tiga, aku langsung berlari ke depan terus maju.

Abaikan keberadaannya, anggap tidak ada

Sejujurnya aku sangatlah takut, bahkan kedua kakiku saja sulit untuk di gerakkan.

Namun, aku harus memberanikan diriku, bisa saja orang itu melakukan hal yang tidak tidak.

Ini bentuk pertahanan diri.

Begitu aku semakin dekat dengannya, orang itu terlihat semakin marah dan berlari kearahku.

Kok marah? Apa aku melakukan sesuatu?

Di dalam kegelapan, matanya yang berwarna merah seperti darah menyala.

Seketika itu juga kedua kakiku mati rasa dan aku pun terjatuh ke tanah.

Matanya serem banget. Ya ampun. Kumohon, aku hanya ingin pulang, aku tidak pernah menganggu siapapun

Tanpa kusadari, tiba tiba saja orang itu berada tepat di hadapanku.

Sosoknya dapat dengan jelas kulihat dari sini.

Badannya yang tinggi, matanya berwarna merah seperti darah yang menyala dan menatap tajam kearahku.

Suara nafasnya yang terdengar berat, dan bajunya yang berantakan.

"A-anu... Paman, a-aku ingin pulang, rumahku tidak jauh dari sini kok. Kalau memang ada urusan, di bicarakan baik baik yuk" aku berusaha berbicara kepada orang di hadapanku.

Namun sepertinya ia tidak mendengarkan ucapanku dan semakin menatapku dengan tajam, seakan aku ini adalah santapan paling nikmat.

Aku langsung melepaskan tas ranselku dan melemparnya tepat di wajahnya.

Dengan tenaga yang tersisa, aku langsung berlari menjauh darinya.

Orang itu berteriak dengan keras, dapat kupastikan bahwa ia marah.

Kucoba untuk menengok ke belakang. Bukannya jalanan yang kulihat, namun wajah seseorang yang terlihat sangat lapar dan nafsu.

Kupejamkan kedua mataku secara erat lalu mengepalkan tanganku sekuat mungkin dan melayangkan tinju ke wajahnya.

Bukannya wajah yang kurasakan, namun tanganku seakan di cengkram dengan sangat kuat.

Aku kembali membuka kedua mataku dan berusaha melepaskan cengkeramannya sekuat tenaga.

Akan tetapi cengkeramannya semakin kencang hingga membuat kulitku lecet.

"Maumu apa sih?! Aku cuma pengen pulang! Kalau ada urusan kan bisa dibicarakan baik baik!" Aku mulai membentak dengan nada tinggi sangking jengkelnya.

Orang tersebut malah menunjukkan senyumannya yang terlihat mengerikan, benar benar mengerikan.

Dari senyumannya yang lebar itu dapat kulihat, terdapat sepasang gigi taring di mulutnya.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang