Stella Cornelia

13 1 0
                                    

Akhirnya, setelah empat hari aku tinggal di rumah Audel, demamku sudah turun sepenuhnya.

Aku tidak ingin membuat Audel sedih, jadi aku memutuskan untuk pergi malam ini.

Dan sekarang, aku sudah siap dengan segalanya.

Aku diam diam pergi melalui pintu depan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Terimakasih atas segalanya, Audel, aku pamit dulu ya

Kututup pintu dengan perlahan dan berlari tanpa menimbulkan suara.

Seluruh dataran yang terlihat tertutupi oleh salju, benar benar pemandangan yang indah.

Dengan rasa berat hati, aku meninggalkan rumah Audel dengan membawa diriku, tas ransel, serta kenangan kami bersama.

Aku terus berjalan mengikuti arahan peta, aku sudah mengumpulkan rencana untuk memotong jalur dan memilih jalan tercepat.

Kalau aku masih tidak menemukan informasi mengenai siAlan, itu artinya aku akan mengecek ke desa lain.

Belum terlalu jauh aku pergi dari rumah Audel, tiba tiba di depanku muncul peniru diriku, seolah ingin menghentikan langkahku.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyaku dengan begitu datar

"Aku hanya ingin berterus terang, tidak baik meninggalkan sahabatmu" jawabnya

"Itu bukan urusanmu, ini adalah urusanku"

"Sedari awal, aku tidak berniat jahat, aku hanya ingin mencari perlindungan saja"

"Untuk apa kau mencari perlindungan? Toh palingan juga kau itu Vampir, kau bisa gunakan kekuatanmu untuk melindungi diri sendiri"

"Kekuatanku adalah Perubahan Wujud. Aku bisa mengubah wujud apapun yang pernah kulihat sebelumnya.

"Bahkan, aku bisa memiliki sifat dan ingatan dari orang yang kutiru" jelasnya

"Mau sampai kapan pun, aku tidak akan mempercayai Vampir sepertimu, aku benar benar membenci Vampir" aku mengerutkan alisku

"Seperti yang kubilang tadi, aku bisa memiliki sifat dan ingatan dari orang yang kutiru, artinya, aku memiliki ingatanmu. Aku mengetahui semuanya, Alexandra Exie.

"Kau memiliki tujuan untuk menemukan kakakmu Alexander Exie dan menyelesaikan apa yang harus di selesaikan"

Dia perlahan lahan berjalan mendekatiku. Seiring langkahnya mendekatiku, perlahan lahan wujudnya mulai berubah.

"Terkadang, kekuatanku membuatku lupa pada ingatanku maupun sifatku yang sebenarnya sehingga aku lebih mirip seperti boneka hidup"

Dia semakin dekat dan semakin dekat. Rambutnya perlahan lahan berubah warna menjadi perak keputihan.

"Aku hanya ingin memberimu saran. Sahabatmu tadi, dia sedang menderita. Karena sikapnya yang terlalu polos, ia tidak bisa menerima kejamnya dunia"

Begitu dia tepat berada di hadapanku, mata merah darahnya bertatapan langsung dengan mataku.

Saat dilihat lebih jelas lagi, wajahnya begitu cantik benar benar seperti boneka.

"Kau harus membalas budinya dengan mengajaknya pergi bersamamu, atau setidaknya kau harus tinggal bersama dengannya selamanya"

"Hah? Kau ingin aku mengajak Audel? Plis deh! Perjalanan yang kulalui bukanlah sebuah jalan jalan mengelilingi dunia sambil menikmati kuliner lezat. Ini perjalanan berat, aku tidak bisa membawanya hanya untuk menyakitinya!" Aku menolak degan keras sarannya

"Aku tau itu, aku sudah melihat jauh kedalam ingatanmu. Aku melihat semuanya, Alexandra.

"Bukalah kedua matamu, kau lebih memilih melindungi fisiknya dibandingkan mental dan jiwanya. Itu sama saj aku menyakitinya dari dalam secara perlahan"

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang