Gerhana Bulan Merah

17 3 0
                                    

Hatchu...

Suara bersin barusan adalah suaraku.

Mungkin karena sekarang udara semakin dingin dan aku belum juga mencuri pakaian hangat, beginilah nasibku.

Sedang dilanda flu berat disertai demam, api unggun bahkan tidak bisa membuatku hangat.

Seluruh tubuhku gemetar kedinginan, cuaca saat ini benar benar dingin, bahkan aku bisa melihat mulai ada sedikit salju yang turun.

Desa terdekat juga lokasinya masih jauh, aku tidak bisa melanjutkan perjalanan kalau kondisiku saja sedang lemah.

Kutambah kayu bakar untuk membuat apinya tetap menyala dan memberikan kehangatan padaku.

Tanganku terasa seperti mati rasa karena kedinginan, kedua kakiku juga malah kesemutan.

"Aku harus cepat mencuri baju hangat sebelum nyawaku yang dicuri"

Begitulah yang kukatakan, tapi tubuhku saja terus gemetaran setengah mati. Kedua kaki dan tanganku juga sangat sulit di gerakkan.

"Mungkin aku akan tidur sebentar untuk menghangatkan diri"

Aku menidurkan diri diatas tanah yang dimana sudah kuberikan dedaunan sebagai alas untukku.

Kupejamkan kedua mataku hingga akhirnya aku tertidur pulas.

Saat tertidur, aku bermimpi. Aku berada di tengah tengah hamparan bunga dandelion.

Saat itu aku mengenakan gaun berwarna merah terang yang menutupi hingga sampai lututku saja.

Dan disitu, warna rambutku putih, dan warna mataku merah.

Aku berdiri sambil melihat kearah sebuah acara pesta yang terlihat begitu mewah dan berkelas.

Sampai akhirnya, aku terbangun dari mimpiku karena mendengar suara tangisan seorang anak kecil.

Aku langsung membuka kedua mataku dan melihat sekitar.

Tidak ada siapapun kecuali aku, yang ada hanya suara kayu yang dibakar serta gemercik air dari kejauhan.

Sekarang aku berharap akan ada orang yang datang dan membantuku

Dalam hati, aku terus berharap akan ada orang yang datang dan menolongku.

Walau memang tidak mungkin akan ada yang menolongku, setidaknya aku tetap berusaha berharap.

Udaranya begitu dingin, seperti tatapan Alan ketika membunuh ibu dengan begitu mudah

Aku hanya menatap api unggun dengan tatapan kosong, tanpa ada pikiran apapun sama sekali.

"Berhentilah mengeluh diriku, aku harus segera bangkit dan mencari kayu bakar lagi"

Aku memaksakan kedua kakiku untuk berdiri dan mulai berjalan mencari kayu bakar.

Sebagian besar kayunya mulai membeku karena udara yang begitu dingin, jadi agak sulit mencari kayu yang masih kering.

Kepalaku mulai terasa berat, penglihatan ku juga mulai buram perlahan lahan.

Dingin banget, ingin sekali aku tidur di kasur yang empuk dan hangat

Selama sepuluh menit berkeliling, aku baru menemukan beberapa ranting kayu yang masih kering, kupikir itu sudah cukup untuk setengah jam kedepan.

Saat ingin kembali, dari kejauhan, aku melihat sepasang bola mata berwarna merah menyala.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang