Audelia Valera

41 2 0
                                    

"Terkadang, seseorang tidak mengatakan isi hatinya bukan karena ia tidak percaya. Namun karena ia takut ia akan dibenci atau dijauhi"

-Audelia-

—X—


Audel melawan Vampir yang berbahaya itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Gerakannya terlihat sangat lincah dan lihai seolah dirinya sudah terbiasa bertarung.

Warna matanya yang merah menyala dengan tatapan tajam yang seolah mengintimidasi lawannya.

Bagian dari dirinya yang tidak kuketahui sama sekali. Aku merasa gagal sebagai sahabat.

Tiba tiba aku tersadar dari lamunanku karena menatap Audel terlalu lama.

Kulihat, pertarungan diakhiri dengan Audel yang memegang kepala Vampir tersebut.

Wajah dan pakaiannya terlihat berlumuran oleh darah, tapi, wajahnya tetap memasang ekspresi datar.

Bahkan, Audel terlihat menatap kearahku dengan tatapan yang dingin.

"Kau melihatku ya, Alexa" ujar Audel dengan suaranya yang terdengar sangat lembut, berbeda dari sebelumnya saat penampilannya seperti biasa

"Aku khawatir kau akan kenapa napa" ujarku sambil memalingkan wajahku.

Kini suasananya seakan terasa canggung, aku tidak tau harus bagaimana terhadap Audel dengan wujudnya yang 'baru' bagiku.

"Kau takut kepadaku?"

"Tidak juga sih"

Aku mencoba kembali melihat kearah Audel. Kulihat rambut hitam panjangnya sudah berubah menjadi rambut pirang sebahu.

Mata merah menyala seperti darah yang tajam itu sudah berubah menjadi mata hijau daun yang lembut.

"Apa setelah ini kau akan menjauhiku?" tanya Audel lagi

"Tentu saja tidak. Kau sahabatku satu satunya, mana mungkin aku meninggalkanmu"

Audel berjalan kearahku dan tersenyum, senyumannya terlihat misterius.

"Ada yang ingin kubicarakan. Lebih baik kukatakan sambil berjalan saja"

♪♪♪

Selama perjalanan pulang, aku tidak berbicara kepada Audel sama sekali dan membuat suasananya menjadi canggung.

Audel juga terlihat canggung untuk berbicara kepadaku.

"Aku bingung harus memulainya dari mana" ujar Audel memecahkan suasana.

Aku tersenyum kecil kearahnya. "Santai saja, aku juga tidak memaksamu untuk mengatakan semuanya"

"Tapi Audel, kalau kau mengizinkanku untuk bertanya, apakah boleh?" tanyaku dengan sangat hati-hati

"Aku akan menjawabnya sebisaku"

"Aku sebenarnya mengirimkan mu alamat lokasi dengan harapan kau akan datang dengan polisi, karena aku tau, kau mengerti diriku.

"Tapi, yang kulihat justru wujud 'baru' mu. Sebenarnya ada apa denganmu?"

Seketika itu juga Audel menghentikan langkahnya dan terdiam. Aku ikut menghentikan langkahku dan melihat kearah Audel.

"Kalau boleh jujur, aku ingin mengatakan semuanya kepadamu. Namun aku terlalu takut mengatakannya, aku takut kau akan membenciku"

Kutatap wajah Audel yang menunduk dengan lekat.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang