Rencana Penyelamatan

16 2 0
                                    

Selama sepuluh menit aku terus memikirkan rencana, tapi yang ada aku semakin panik saat mengingat jumlah mereka yang begitu banyak.

Mau rencana apapun, akan percuma apabila kami tidak bisa menyeimbangi kekuatan mereka

Aku tidak tau, sebesar apa kekuatan Ray dan yang lain, aku tidak bisa memperhitungkannya karena aku masih belum terlalu lama mengenal mereka.

Ditambah, mereka juga tidak terlalu dekat denganku dalam waktu lama.

"Masih lama kah?" Tanya Elly yang sepertinya mulai sedikit jengkel

"Mau rencana sebagus dan se-sempurna apapun, hasilnya akan tetap sama apabila kita kekurangan informasi" balasku

"Apa kau tidak bisa memperkirakan kekuatan si pengendali itu?" tanya Elly

"Tidak, aku belum pernah melawan Vampir sebelumnya, dalam artian yang berbeda"

"Sudah kuduga kabur adalah pilihan paling tepat" ujar Elly lagi

"Kau akan meninggalkan yang lainnya begitu saja? Membiarkan mereka diperlakukan seenaknya?!" Tanyaku dengan nada sedikit membentak

"Mau sekeras apapun kita berusaha, kita tetaplah lemah Exie, apalagi kau yang notabennya adalah manusia"

Aku menundukkan wajahku. "Rasanya aneh jika aku melarikan diri dan tidak membalas hutang budiku pada lainnya"

"Kalau kau tidak memiliki rencana, sebaiknya kita mundur terlebih dahulu" Elly menepuk nepuk pundakku.

Aku terdiam, menatap denah yang kubuat diatas tanah.

Apa yang dikatakan Elly memang masuk akal. Saat ini, aku sedang dalam kondisi lemah, aku tidak bisa melihat dengan jelas, bisa bisa aku salah langkah karena penglihatan ku

"Sebelum kita melarikan diri, ada satu hal yang ingin kulakukan" ujarku dengan penuh keyakinan.

Elly menghela nafas dan tersenyum. "Selama itu tidak mengancam nyawa siapapun, akan kuturuti"

Aku tersenyum lebar mendengarnya. "Kalau begitu, kita kembali ke markas kita!"

♪♪♪

Ray POV

"Ini sangat memalukan... Bisa bisanya kita tertangkap" Sean berbicara dengan suara kecil disertai emosi

"Jangan mengeluh, Sean. Kita memang tidak mampu melawan mereka. Yang lebih penting, kakiku mulai mati rasa" ujar Dio dengan nada berbisik

"Kalian tau? Kita adalah pria sejati" ujarku dengan senyuman lebar.

Dio dan Sean menatapku secara langsung dengan kebingungan.

"Kita berhasil melindungi gadis gadis polos itu" aku tersenyum dengan lebar.

Sean berdecak kesal. "Aku tidak peduli dengan gadis manusia itu, dia hanyalah pengganggu"

"Sean, mau sampai kapan kau membencinya? Aku tau bahwa wajahnya mirip seperti ibumu, tapi dia orang yang sangat baik" Dio membujuk Sean.

"Siapa bilang aku membencinya? Aku hanya tidak suka dengannya"

Tanpa sengaja, aku mendengarkan ucapan hatinya.

"Aku rasa tidak suka dengan membenci itu tidak jauh beda" timpal ku

"Ray, bisa kau tidak membaca pikiranku?" Pinta Sean dengan lembut

"Tergantung" balasku disertai dengan senyuman lebar

"Jujur saja, terkadang aku membenci senyumanmu" ujar Sean terus terang

"Terimakasih" balasku

"Ray, itu bukan pujian" balas Dio.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang