Seseorang yang pernah Hilang

17 1 0
                                    

Malam masihlah panjang, sambil menunggu, kami bermain kartu yang entah sejak kapan Audel miliki.

Hanya karena kami bermain kartu, bukan berarti kami tidak berjudi.

"Yok pasang taruhan!" Seru ku bersemangat

"Aku akan mempertaruhkan gelas kesayanganku" ujar Audel

"Aku akan merelakan sarung tanganku" ujar Stella

"Kalau begitu, aku akan mempertaruhkan kotak perhiasan ibuku"

"Beneran? Kau kan daritadi kalah terus" Audel berusaha meyakinkan

"Tentu saja, aku yakin!" Ujarku dengan mantap

"Kalau begitu, akan kukocok kartunya" ujar Stella.

Menjadi nakal sesekali tidak masalah, asal jangan sampai terjerumus kedalam kesesatan, itulah motto ku dalam pergaulan.

Ini juga berguna untuk menghibur diri. Dalam kondisi begini, jiwa dan mental tidak boleh sampai tertekan atau tersesat dan kehilangan arah hingga menjadi gila.

Karena itu, melepas stres adalah hal bagus. Semuanya dibuat rileks saja, jangan dibikin pusing.

"Menang!" Stella meneriakkan kemenangannya dengan begitu lantang

"Keberuntungan pemula"

Aku melempar kartu ku ke lantai dengan jengkel dan merelakan kotak perhiasan ibu dipegang oleh Stella.

"Alexa, kau pernah dengar pepatah tentang menyembunyikan kemampuan mu yang sesungguhnya hingga lawan lengah?"

"Halah, nggak perlu sok bijaksana"

"My gelas kesayangan..." Mata Audel berkaca kaca karena tidak bisa merelakan gelasnya untuk pergi.

Stella adalah seorang gadis yang baik dan pintar. Hanya saja, dia kurang bisa bergaul.

Dia pernah bilang, kalau dia kehilangan kepribadiannya karena terlalu banyak menirukan wujud ornag lain.

Bahkan terkadang, ingatannya ikut tercampur dengan ingatan orang yang ia tirukan.

Aku kasihan dengan Stella, bagaimana bisa dia bertahan dengan ingatannya yang tercampur aduk itu? Dan, bagaimana dia bisa hidup tanpa kepribadian?

Benar benar gadis yang membuatku kagum, Stella kuanggap sebagai panutan ku.

"Kenapa belum ada tanda tanda dari penculikan?" Tanya Audel

"Berharap saja kalau sebentar lagi akan ada yang diculik" jawab Stella

"Hei, kenapa terdengar seolah kau berdoa kalau ingin ada orang yang menghilang?"

"Tidak ada salahnya berharap bukan?" Tanya Stella

"Tapi bukan berharap yang seperti itu"

Kami bertiga pun sama sama melihat keluar jendela, kearah langit.

"Kedamaian yang kurindukan" ujar Audel

"Aku juga. Aku rindu melihat langit berbintang seperti malam ini" balasku

"Aku ingin menonton bioskop dan berbelanja, aku rindu memakan makanan manusia" Audel terus berharap sambil menatap langit

"Berharap saja, ketika semua ini sudah selesai, kita akan kembali membangun peradaban manusia dan mewujudkan semua impian kita"

Ngomong ngomong soal berbelanja, aku jadi ingin meminum segelas es teh segar dan bakso.

Aku bosan terus memakan daging dan buah buahan liar terus menerus. Ingin sekali aku memakan mi ayam, bakso, pizza, dan burger.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang