Perasaan Cemas

9 1 0
                                    

Ketika pagi datang, Sean pergi berlatih pedang bersama seorang pria dewasa yang pastinya adalah manusia.

Semuanya terlihat sibuk pada kesibukan masing masing, sedangkan aku hanya bermain bersama para anak kecil.

"Su~it"

Aku sedang bermain suit bersama anak kecil yang lain, yang kalah maka harus menyelesaikan soal yang kuberikan.

Ini lumayan menyenangkan. Menyenangkan yang kumaksudkan adalah ketika melihat wajah anak kecil itu yang kesulitan saat menjawab soal yang kuberikan.

Aku tidak bermaksud kejam, ini memang menyenangkan.

Tapi, sedari tadi ada yang mengangguk. Yaitu seorang anak yang sepertinya berusia sekitar 12 tahun sedari tadi berdiri di pojokan sambil melihatku yang bermain bersama anak lainnya.

Memang tidak menyeramkan, hanya saj aku merasa tidak nyaman, terus menerus di lihat seperti itu.

Aku menghampiri anak tersebut.

"Hei, mau ikut bermain? Kau boleh request permainan apapun" ajakku.

Menjawab pun tidak, anak itu justru mengacuhkan ku dan pergi begitu saja.

Aku hanya bisa tersenyum, melihat diriku yang seolah tidak memiliki harga diri sama sekali.

♪♪♪

Siang hari, aku sedang makan siang bersama para pengungsi lainnya yang memang manusia.

Sementara teman temanku memisahkan diri saat makan siang agar tidak menakuti siapapun.

Makanan disini benar benar enak, aku menyukainya. Semuanya mengingatkanku akan rumah.

Tapi, aku tau, tidak semua kebahagiaan akan berlangsung lama, masih ada yang harus kulakukan sebelum merasakan kebahagiaan seutuhnya.

Aku terus memikirkannya, alasan mengapa dia menangkap kami, tapi aku belum mendapatkan jawabannya.

Mika mengatakan, yang dia ingat hanya dia melawan beberapa orang saja saat di penginapan waktu itu, dan setelahnya tidak ingat.

Aku juga tidak ingat sekarang bulan apa atau jam berapa. Aku tidak bisa membaca matahari atau bintang dan semacamnya, aku bukanlah ahli astronomi atau mempelajari hal seperti itu.

Seluruh manusia langsung menghilang tepat sebelum aku lulus.

Yang penting kau makan dan tidur dengan teratur sudah cukup bagiku.

Setelah selesai makan, aku membereskan piringku dan langsung mencucinya.

"Alexa"

Aku menoleh kearah suara yang baru saja memanggilku.

"Ada apa, Stella?" Tanyaku

"Apa kau yakin akan kembali ke ibukota?" Tanya Stella

"Ya, keputusanku sudah bulat, aku akan mengakhiri semuanya dan mengembalikan peradaban manusia"

"Lalu, bagaimana soal kakakmu?"

Aku langsung berhenti mencuci piring dan beralih melihat kearah Stella.

"Soal dia, aku sudah memikirkannya. Aku akan menyelesaikannya bersamaan dengan mengembalikan peradaban manusia" jawabku

"Tapi, dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Dia Vampir Putih, Vampir yang begitu kuat, sedangkan kau hanyalah manusia biasa yang bisa mati kapan saja"

Aku tersenyum dan menepuk pundak Stella. "Hanya karena Vampir bisa beregenerasi dan berumur panjang, bukan berarti mereka abadi. Aku pasti akan menyelesaikan semuanya"

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang