33.

36.8K 3.9K 72
                                    

"Kepentingan ku bisa belakangan, asal anaknya berhasil ku jaga."
— Hanum Kharismaniyah

"— Hanum Kharismaniyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤

"BUNDAAAAA!!!!" teriak Faiz yang sangat kencang membuat semua orang terkejut.

Meira menoleh ke belakang, kakinya otomatis turun dan Hanum berontak sehingga kaki Meira tidak terkena perutnya.

Faiz berlari ke arah Hanum, ia melihat bundanya duduk dibawah sambil memegangi perutnya. Anak kecil itu mendekati bundanya lalu memeluknya dengan erat.

Hanum menatap Faiz, ia merentangkan tangannya dan Faiz memeluknya. Hanum mengusap punggung putranya dengan lembut, takut mereka semua menyakiti Faiz.

"Kamu nggak apa sayang?" tanya Hanum.

"Nggak bunda," jawab Faiz.

Meira dan Hira mendelik kesal, rencana mereka adalag menangkap Hanum dan Faiz tetapi di pisahkan, bukan bersatu seperti ini. Meira mengode kepada suruhannya agar menarik Faiz untuk dibawa ke ruangan lain.

Seseorang itu mengangguk, ia hendak mendekati Faiz namun tangannya ditahan oleh Hira. Hira menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, biarin mereka berdua disini, nggak akan ada yang tahu ini."

Hanum masih setia memeluk dan mengusap punggung Faiz, sekarang ia menutup kuping Faiz karna Meira dan Hira bertengkar pendapat didekat mereka. Hanum tidak mau Faiz mendengar bahasa yang tidak bagus dan ia takut anak itu mengikuti bahasanya.

Sampai akhirnya mereka semua keluar dan meninggalkan Hanum bersama Faiz di ruangan yang remang-remang itu. Tempat yang kotor, tidak ada sirkulasi udara, hanya ada lampu yang sudsh redup, dan tidak ada kipas angin.

"Bunda," ucap Faiz.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit? Bilang sama bunda," ucap Hanum sembari mengusap pipi Faiz.

Faiz menggelengkan kepalanya, ia melepaskan pelukannya dan duduk bersama bundanya dibawah. "Bunda kenapa kesini? Sama ayah?"

"Bunda kesini sendiri, nggak sama siapa-siapa nak. Maaf ya bunda nggak bisa bikin kamu keluar dari sini,"

"Bunda," lirih Faiz.

Hanum hanya bisa tersenyum, ia mengusap rambut Faiz dan mengecup puncak kepalanya. Tidak tahu Hanum harus bagaimana lagi selain menunggu Zayn membaca surat itu.

*****

Dirumah Umi Dinda, Zayn baru saja mengantarkan putrinya yang terus menangis karena bundanya juga tidak ada. Zayn sedang berbicara dengan Abi Angga tentang Hanum dan surat diatas nakas yang belum ia baca.

"Kenapa kamu nggak baca?" tanya Abi Angga.

"Hanya takut bi," jawab Zaynz

Abi Angga menggelengkan kepalanya, ia mengambil surat itu dari tangan putranya. Pria paruh baya itu memakai kacamatanya lalu membuka suratnya dan membacanya.

Z A Y N (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang