10. Juna sudah terluka, Ma.

24 11 20
                                    

Juna sedang berjalan menuju gang kecil yang mengarah langsung pada rumahnya. Di tengah jalan, dia tidak sengaja menatap seorang laki-laki sedang berdiri tegap sambil melipat kedua tangan di depan laki-laki. Juna langsung memutar mata, malas kalau harus berhadapan dengan salah satu anggota OSIS yang paling menguras emosi bernama Danu.

"Baru mau pulang lo, Tong? Habis ke mana aja, nih?"

"Habis pacaran sama janda," balas Juna sambil mengeratkan tali tasnya.

Ujian terberat untuk Juna adalah pulang sekolah lalu melewati gang rumah Danu. Sial! Laki-laki itu malah pindah ke depan rumahnya. Hari-hari Juna pasti tidak akan baik lagi. Danu mendekat lalu tersenyum meledek. Pantas saja Juna selalu punya banyak uang. Apakah laki-laki tampan ini memang berprofesi sebagai simpanan tante-tante?

"Pantesan kelakuannya naudzubillah, temannya aja janda semua," ledeknya sambil menepuk-nepuk pundak Juna secara kasar.

"Nama janda yang udah pacaran sama gue adalah Song Hye Kyo," balas Juna sambil mundur beberapa langkah.

"Ngapain lo bercanda tentang idola gue!" sergah Danu sambil menunjuk wajah Juna dengan wajah memerah.

"Salah lo sendiri pindah ke depan rumah gue. Siap-siap emosi setiap hari, cuy!"

Awalnya, Danu ingin memancing emosi Juna supaya terkena kasus di Legantara High School, tetapi dia lupa bahwa Juna adalah murid paling menyebalkan sampai membuat para guru menyerah kalau harus mengajar kelas Juna. Wajah Danu sudah tidak bisa menyembunyikan amarah, tetapi berusaha keras untuk bersikap sok tenang. Juna akan sangat bahagia kalau bisa memancing emosi Danu. Saat melihat Danu menunjuk wajahnya saja, Juna sudah terkekeh geli.

"Lo udah ajak Clara Cek-In ke hotel dulu, ya?" goda Danu sambil berjalan mendekat kemudian menepuk pundak Juna dengan begitu kencang.

"Iya, gue udah pergi ke hotel sama Clara ... buat jadi OB," balas Juna dengan begitu santai.

Danu bingung harus menjawab apa. Juna selalu menjawab ocehannya menggunakan kalimat nyeleneh. Dia tidak berhasil memancing emosi Juna, tetapi laki-laki humoris itu berhasil memancing emosinya. Setelah emosi memuncak, Danu pun langsung mencengkeram kerah baju Juna, sekuat tenaga.

Juna hanya bisa terkekeh geli seperti sedang menertawakan kemampuan berkelahi Danu yang masih pemula dan tidak membalas kekerasan ini. Tidak lama kemudian, Juna langsung dibanting menuju tanah sampai merintih kesakitan.

Siapa yang menyangka kalau Danu sudah belajar bela diri supaya bisa menjatuhkan tubuh Juna? Laki-laki humoris itu segera bangkit kemudian mengusap-usap baju yang kotor.

Juna sempat melirik Danu sambil berkata, "Kata Pak Guru Karate, ilmu kayak lo masih kurang baik, belum sebanding kalo harus melawan gue. Kata Bapak Pengajar Silat, orang kayak lo akan selalu bersikap paling benar karena ilmunya masih cetek. Belajar ilmu bela diri dulu yang betul, baru ngelawan gue!"

Laki-laki di hadapannya cuma bisa tersentak. Bagaimana tidak? Dia sudah melakukan aksi berbahaya, yaitu teknik membanting sampai mampu membuat orang lain jadi patah tulang, tetapi kenapa Juna malah tidak kesakitan?

Juna hanya tersenyum kecil dan meledek tindakannya dengan gerakan lemah gemulai. Benar. Di saat Danu sedang bengong dan memikirkan keadaan Juna, Juna malah sempat menirukan gerakan what it's love yang dinyanyikan oleh girl group Twice. Laki-laki itu terlihat bagaikan orang kuat yang sedang terkena virus zombie.

Juna mengangkat tangan ke udara lalu menggoyangkan tarian yang lainnya. Danu sudah terlanjur emosi sampai memutuskan untuk melepas sepatu kanan lalu melemparkannya. Namun, Juna berhasil menghindar lalu berlari terbirit-birit ke dalam rumah.

Setelah berada di dalam rumah, Juna langsung melakukan peregangan karena tubuhnya merasa kesakitan setelah dibanting dengan kencang. Dia hanya pura-pura tidak kesakitan. Aslinya, tubuh Juna benar-benar terluka. Danu pasti sudah belajar banyak di bidang ilmu bela diri, tetapi malah menggunakannya untuk hal-hal tidak baik.

"Seharusnya, ilmu bela diri digunakan untuk menjaga diri sendiri dan juga orang lain, tapi orang-orang sinting sering menyalahgunakannya. Contohnya adalah si Danu, masa dia mau patahkan leher gue? Emang dia pikir, leher gue bisa diganti pake pipa paralon kali. Aduh, sakit banget, sih? Kayaknya, leher gue harus dipermak pake rumah nanasnya Spongebob," ujar Juna sambil berjalan menuju ruang tengah.

Di ruang tengah, Juna tersenyum manis ketika melihat sang Ibu sedang terlelap. Wajah Ibu Hesti cukup mirip dengan Clara. Fakta itu selalu muncul di saat dirinya sedang emosi sampai membuat emosinya luluh dan sedikit bersabar. Juna berjalan menuju kamarnya lalu mengambil selimut paling hangat. Tanpa selimut itu, dirinya tidak bisa tidur pulas. Namun, Juna tidak sungkan memberikannya untuk sang Ibu. Setelah menyelimuti ibunya, Juna pun berbalik badan karena ingin beristirahat.

Dia berhenti melangkah saat melihat secangkir teh tumpah di sela-sela kakinya, ternyata sang ibu sudah bangun dan sekarang sedang melotot tajam ke arahnya. Juna tidak emosi karena sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Laki-laki itu sudah faham harus melakukan apa.

Setelah meraih cangkir itu, Juna pun berkata, "Juna tahu, Mama pasti gak mau minum teh tawar karena pahit, enggak ada rasanya, dan bikin Mama pengen muntah. Mama harus tahu, orang stroke sebaiknya jangan terlalu sering makan makanan tinggi lemak jenuh dan trans kayak gorengan, keju, daging sapi, kuning telur, mentega, susu, kulit ayam, keripik, kerupuk, biskuit, sampai es krim. Lebih baik, Mama minum teh tawar ini! Juna belum ada uang lebih buat beliin Mama minuman-minuman yang enak, tapi Juna janji akan beliin Mama banyak es krim kalo bisa sembuh total. Mangkanya itu, cepat sembuh, dong, Ma!"

"Saya mau mati aja!" ungkap Ibu Hesti sambil memalingkan wajahnya.

Juna segera menyeka air mata di pipi lalu menghampiri sang ibu sambil berkata, "Juna salah apa, sih, Ma? Juna selalu berusaha menjadi anak terbaik untuk Mama. Juna selalu berusaha sabar, tapi kenapa Juna diperlakukan lebih buruk daripada hewan? Apa Mama pengen lihat Juna mati? Oke!"

Juna segera berjalan ke dalam kamar kemudian mengambil sebuah cutter. Dia berdiri tegap di dekat Ibu Hesti kemudian menyilet tangannya sendiri sampai membuat darah keluar deras dari sela-sela pergelangan tangannya. Laki-laki humoris itu tidak bunuh diri karena tidak menyilet urat nadinya, tetapi dia sudah melakukan tindakan bodoh di depan wanita paruh baya yang sudah tidak memedulikan apakah anaknya akan hidup lagi atau tidak. Laki-laki itu sudah terlanjur lemas karena tidak memakan sesuap nasi. Dia hanya memakan makanan gratis yang diberikan oleh sahabat terbaik, yaitu Arjun.

Setelah menyilet tangan sendiri, Juna segera duduk di samping Ibu Hesti lalu bertanya, "Ini yang Mama mau, 'kan? Mama sakit karena ditinggalkan ayah dan melampiaskannya ke Juna. Meskipun Mama enggak pukul Juna, hati Juna sakit karena disamakan kayak hewan!"

JUNA AG ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang