33. Bantuan Danu.

10 4 8
                                    

"Bapak enggak mau tahu, suruh Clara untuk mengerjakan semua tugas yang nilainya masih kosong! Kalau dia gak mau, jangan harap bisa belajar di kelas saat pelajaran Bapak lagi!" pekik Bapak Gento sambil berjalan menuju papan tulis, "sekarang, kalian buka paket halaman seratus enam! Silakan dibaca dulu, jangan keluar kelas! Bapak mau ke kantor dulu."

Tangan kanannya menulis tulisan 'baca buku paket halaman seratus enam!'. Setelah menulis itu, Bapak Gento segera pergi keluar kelas dan membawa seluruh barangnya. Juna sudah mengerti bahwa Bapak Gento tidak akan kembali lagi ke kelas ini, entah untuk mengopi atau membeli bakso aci.

Laki-laki humoris pun beranjak dari bangku, kemudian berjalan menuju kantin. Dia kembali menuju kelas sambil menggapit buku di sela-sela ketiak. Juna duduk di tempat duduk miliknya lalu meraih handphone di dalam saku seragam.

Anda :
Bapak Gento marah karena lo jarang masuk di pelajarannya.

Calon bini, Clara :
Oh.

Anda :

Nilai lo kosong, Ra. Cepat kasih tahu gue, tugas apa aja yang belum lo kerjakan!

Calon bini, Clara :

Tugas halaman sepuluh, enam satu, tiga puluh lima, terus halaman tiga puluh tujuh. Eh, perasaan halaman lima puluh enam belum gue isi. Halaman tujuh puluh empat juga belum. Sanggup kerjakan semuanya?

Jujur, Juna sedikit terkejut terhadap jawaban Clara. Namun, dia tidak bisa memarahi gadis kesayangannya. Juna cuma menjawab 'iya' lalu mematikan handphone. Lebih baik, dia bergegas membantu menjawab semua tugas milik Clara.

Beberapa menit berlalu, Juna sudah selesai mengerjakan beberapa tugas milik Clara. Dia sedikit melakukan peregangan otot tangan karena sudah merasa pegal, kepalanya menjadi sedikit pusing karena memikirkan banyak rumus.

Sepertinya cuma Clara yang berani bermain-main kepada tugas Bapak Gento dan cuma Clara, satu-satunya murid yang mendapatkan banyak maaf dari guru killer tersebut. Saat sedang menuliskan rumus baru, Danu kembali datang menghampirinya.

"Lo lagi mengerjakan semua tugas Clara, 'kan? Lo enggak tahu, sih! Dia itu malas masuk kelas kalau diajar sama Bapak Gento, mangkanya jarang mengerjakan tugas. Anehnya Bapak Gento enggak pernah memarahi Clara. Haha ... lo baru tahu kabar ini, ya? Ya, iyalah! Orang Clara cuma mau curhat ke gue. Mundur aja, deh! Lo enggak usah berharap lagi sama dia," ejek Danu sambil melipat kedua tangannya, "lemah! Disuruh kerjakan tugas Clara kok mau aja. Laki-laki yang gak berani Calon bini, Clara :  cewek itu lemah!"

Awalnya Juna tidak mau mendengar ocehan Danu, tetapi OSIS menyebalkan ini terus memancing emosinya. Laki-laki humoris segera berhenti menulis lalu menatap Danu dengan tatapan tajam.

"Cuma pengecut yang berani sama cewek, apalagi kalau berani memukul tanpa sebab," dumel Juna dengan nafas memburu, "orang yang sering mengalah ke cewek itu punya mental baja, kuat saat menghadapi mood cewek yang selalu berubah. Mood para cewek juga bisa berubah kalau lihat dedemit kayak lo."

Bukannya menjawab, Danu malah merampas buku yang sedang ditulis oleh Juna, kemudian membacanya. Juna langsung berdiri dan bersiap untuk meninju wajah Danu. Sudah meledek, sekarang malah menarik buku tersebut tanpa izin.

"Ngapain sih lo! Jangan ganggu gue! Gue mau membantu Clara, bukan malah ribut sama lo, wartiyem! Sini, buku itu! Jangan main-main sama gue!" sergah Juna sambil berusaha meraih buku yang dipegang. Namun, Danu langsung mengangkatnya ke udara.

Juna yang memiliki postur lebih tinggi dari Danu tentunya dapat menggapai buku itu, semudah membalikkan telapak tangan. Setelahnya, dia pun mendorong pundak Danu sebagai bentuk pelampiasan amarah.

JUNA AG ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang