19. Gajah Di Balik Batu.

12 8 9
                                    

Siapkan kopi atau susu hangat di dekatmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapkan kopi atau susu hangat di dekatmu. Part ini akan mengandung amanat yang sulit untuk dilupakan.

~ SELAMAT MEMBACA.

***

Juna berjalan menuju koridor rumah sakit dengan wajah memelas, bahkan tetesan mata sempat turun dari ujung matanya. Danu menepuk pundaknya dan memberi isyarat supaya berhenti menangis. Laki-laki humoris cuma mengangguk lalu tersenyum tipis. Musuhnya seperti menemukan pintu tobat. Hatinya bersyukur karena Danu tidak sejahat yang dipikirkan.

Kedua remaja mempercepat langkah setelah melihat papan bertuliskan 'Ruang Melati'. Setelah melihat Ibu Hesti sedang menghirup udara lewat selang oksigen, Juna tidak mampu menahan sesak sampai memutuskan untuk mendekati ibunya kemudian memberikan pelukan terbaik.

"Mama, maafin Juna! Juna enggak berniat meninggalkan Mama dalam keadaan lapar dan enggak tahu kejadiannya akan kayak gini. Juna janji enggak akan kayak gini lagi! Mama pernah minta Juna untuk beli ketoprak? Eh, ketoprak atau gado-gado, sih? Maaf, Juna udah lupa Mama pernah minta apa soalnya kapasitas otak enggak cukup untuk memikirkan banyak hal. Sangkuriang aja suka kesel kalo tahu Juna adalah perjaka yang suka lupa-lupaan. Juna cuma bisa memikirkan kesehatan Mama aja. Maaf, Juna baru beli makanannya sekarang karena baru dapat uang gaji. Ma, jangan pingsan terlalu lama!" pinta Juna sambil mengecup telapak kaki Bu Hesti secara lemah lembut.

Matanya semakin sembap dan Juna sudah tidak memedulikan kehadiran Danu. Dia akan menangis sepuas hati pertanda menyesali perbuatannya, yaitu meninggalkan sang ibu dalam keadaan lapar. Juna mengutuk diri sendiri karena sudah bertingkah seenaknya.

Danu yang sedang berada di dekat tubuh Juna langsung menjaga jarak kemudian berlari keluar ruangan. Di luar ruangan, dia mengingat masa lampau. Dahulu, dirinya juga sering melawan pada orang tua apalagi pada seorang Ibu. Ibunya memang bawel, tetapi tidak seharusnya anak-anak membangkang pada orang yang sudah mencintai mereka.

"Gue juga punya Ibu, Jun. Sayangnya, gue terlalu dimanja sampai enggak bisa bersyukur. Ibu bawel karena sayang, tapi gue amat kesal saat beliau marah, sementara lo sama sekali enggak marah saat Bu Hesti udah bawel karena membenci anak kandungnya sendiri. Lo kuat banget, sih?" rutuk Danu sambil memukul tembok rumah sakit kemudian duduk dengan kondisi lemas.

"Mangkanya, kalau manja, jangan kelewatan!"

Danu menoleh pada sumber suara. Juna sedang melipat kedua tangan dan wajahnya sangat menyebalkan. Kalau tidak sadar kalau mereka masih di rumah sakit, maka Danu tidak sungkan untuk menceburkan Juna pada lautan lava.

"Menjadi orang tua itu emang serba salah. Kalau terlalu lembek sama anak, anaknya bisa ngelunjak atau susah hidup tanpa kedua orang tua. Suatu hari nanti, anak yang manja sama orang tuanya pasti akan repot sendiri. Kalau terlalu keras sama anak, anak itu akan tumbuh menjadi pembangkang atau mental anak itu akan lemah," lanjutnya dengan wajah memelas, "gue adalah contoh anak yang mendapat kekerasan, dididik di lingkungan keras, dan juga ekonomi yang sering mencekik. Gue tumbuh menjadi anak pembangkang, tapi mentalnya sedikit koyak. Ha, ha, ha, takdir memang lucu, Brother! Kita akan terus kelelahan sebelum bertemu kematian. Kalau kita udah enggak hidup lagi, pasti enggak akan capek lagi. Paling juga, harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama di dunia. Kebetulan, lo adalah laki-laki rese. Semoga Tuhan enggak menaruh lo di neraka jahanam. Aamiin."

JUNA AG ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang