Juna tersenyum manis ketika Clara melampiaskan kekesalan dengan cara mencengkeram kerah bajunya sampai merasakan sesak. Amarah itu sudah tidak terkendali. Ibu Hana sampai turun tangan supaya bisa mencegah tindakan kejam yang dilakukan oleh Clara.
Memang kenapa Juna mendapatkan perlakuan seperti ini? Laki-laki aneh ini memang menyebalkan, tetapi dia masih memiliki perasaan. Gadis yang disayanginya malah memperlakukan Juna bagaikan primitif, tidak jauh berbeda dengan perlakuan Ibu Hesti.
"Clara, sadar, Nak! Jangan bertindak bodoh kayak gini! Kamu adalah gadis baik-baik. Ingat, kamu adalah OSIS, Ra! Ayo, istigfar, Sayang!" perintah Ibh Hesti sambil menepuk pundak Clara dan berusaha melepaskan genggaman tangan Clara dari kerah baju Juna. Namun, akhirnya gagal.
Ibu Hana tidak memiliki pilihan, selain berlari keluar kelas untuk meminta bantuan. Beberapa menit kemudian, Bayu datang dengan langkah secepat kilat dan wajahnya terlihat sedikit memerah. Kabar tentang Clara sudah merebak. Dia takut jabatannya akan terancam kalau tidak becus mengurus kasus sepele seperti ini.
"Clara, jangan lakuin hal bodoh ke orang idiot bernama Juna!" sergah Bayu sambil menarik pergelangan tangan Clara dengan begitu kasar.
Clara langsung melepaskan kerah baju Juna dari genggamannya. Dia terbanting karena ditarik paksa oleh Bayu. Perih, tetapi gadis ini cuma bisa merintih kesakitan. Juna berusaha mengatur nafasnya terlebih dahulu. Clara meremas kerah bajunya dengan begitu kuat sampai membuat Juna sesak nafas.
Bayu mendekati gadis itu kemudian memberikan tatapan tajam sambil berkata, "Lo adalah OSIS! Seorang anggota OSIS harus tahu batasan!"
"Lo menceramahi orang lain padahal diri lo sendiri enggak jauh berbeda dari gue," balas Clara dengan nada setengah berbisik, "kemarin lo hukum Juna secara berlebihan. Seharusnya Juna dihukum tiga keliling lapangan, kenapa lo bilang kalau hukuman untuk Juna adalah sepuluh keliling lapangan? Seharusnya lo juga tahu batasan, bodoh!"
"CLARA!" sergah Ibu Hana dengan ekspresi merah padam karena tidak sanggup menyaksikan kericuhan ini, "jangan pernah mengumpat di kelas lagi!"
Clara menatap sekeliling dengan kondisi hati hancur. Dia bingung harus melampiaskan emosi kepada siapa lagi. Juna sudah terlihat lemas dan laki-laki itu sebenarnya tidak salah apa-apa. Mungkin dirinya memang sudah malas belajar. Setelah lama berpikir, Clara memilih untuk keluar kelas dalam keadaan mata sudah berkaca-kaca. Semua orang yang berpapasan dengannya langsung tersentak kaget karena baru pertama kali melihat Clara menangis seperti itu. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Clara sampai murka seperti itu? Apa cuma karena masalah nilai? Kenapa sebuah nilai mampu mengubah orang lain menjadi monster?
"Clara, tungguin gue! Gue pengap kalau harus menyusul lo!" teriak Juna sambil mengekor di belakang Clara.
Clara menyeka air mata di pipinya dengan begitu kasar kemudian berlari menuju gedung belakang sekolah. Dia sudah terlelap dalam perasaan emosi dan mustahil untuk mengobrol dengan manusia menyebalkan seperti Juna. Namun, laki-laki itu terus mengejarnya sampai berada di gedung belakang sekolah.
Ketika sadar bahwa mereka cuma berdua, Clara langsung berbalik badan lalu memberikan tatapan menusuk kepada Juna. Laki-laki tersebut segera memalingkan wajah menuju arah lain sambil bersiul dan menendang pasir di sepatu seperti orang sinting yang ingin memanggil roh halus.
"Jangan marah lagi, dong! Tatapan lo mirip kanibalisme, gue jadi ngeri," ujar Juna sambil mencuri pandang.
Clara segera menyunggingkan senyuman sinis sambil menjawab, "Bodoh!"
"Iya, gue emang bodoh karena udah membiarkan lo sendirian ke sini. Gue takut lo terjatuh dan enggak bisa bangkit lagi. Ujung-ujungnya, gue juga yang akan membopong lo ke UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA AG ( TAMAT )
Novela JuvenilTAMAT - PART MASIH LENGKAP. ✅ 'Playboy jahil itu siap mengubah suasana kelas seperti neraka!' Tragedi 30 September menciptakan trauma bagi keluarga korban. Murid cerdas sekaligus humoris bernama Juna AG berusaha setengah mati untuk menutupi luka. Ma...