20. Manusia Misterius

11 6 12
                                    

Makanan sudah disiapkan dengan rapi di atas meja, tetapi sekarang ada perbedaan signifikan. Laki-laki humoris tersenyum lebar karena Ibu Hesti tidak menolak makanan yang tersaji. Ibunya memakan semua lauk dengan apa adanya.

Semua sayur dilahap tanpa banyak mengatakan kalimat sarkas lagi. Ini adalah situasi langka. Juna sampai tercengang kaget dan tidak berhenti bercanda supaya Ibu ikut tersenyum. Sayangnya, Bu Hesti sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi riang.

"Beli kertas, membeli batik.
Pergi ke pasar untuk beli unta.
Hari ini, Mama cantik banget, ya."

Juna terkekeh karena sadar kalau pantun itu tidak nyambung.

"He, he, pantun Juna nggak nyambung banget. Maaf, Juna banyak bicara. Hari ini, Mama emang cantik."

Entah seberapa banyak sarkas dan juga amarah yang diterima oleh dirinya, tetapi juna tidak pernah membenci seorang ibu. Bagi Juna, amarah ibunya belum seberapa dibanding pengorbanan yang sudah diberikan.

"Juna mau berangkat dulu, Ma. Jangan kemana-mana lagi, ya? Juna janji akan pulang tepat waktu."

Juna meletakkan sisir setelah merapikan rambut Ibu Hesti, kemudian berjalan ke arah pintu. Dirinya berhenti melangkah saat melihat seseorang sedang melirik keadaan rumah menggunakan topi, masker, serta jaket serba hitam.

Hatinya sempat merasa curiga, tetapi Juna cuma bisa menaikkan kedua pundak sambil bergumam, "Mungkin cuma Ninja Hatori yang diusir dari Konoha."

Wajahnya kembali menatap pada Ibu Hesti selama beberapa menit. Tunggu! Jangan sampai ada orang asing yang masuk ke dalam rumah! Laki-laki humoris segera mendekat, kemudian mencium kening Ibu dengan ekspresi panik.

"Mah, Juna punya firasat kurang enak. Tadi, Juna lihat manusia misterius di depan rumah kita. Dia pake pakaian serba hitam, sama persis kayak Guru Sungokong setelah masuk got. Nanti Mama kunci pintunya! Jangan dibuka sebelum ada suara teriakan dari laki-laki ganteng bernama Juna!"

Juna kembali melirik manusia aneh yang sudah tidak ada di posisi semula, kemudian berujar, "Mama yang cantik kayak Rapunzel enggak boleh kenapa-kenapa lagi!"

***

Juna berkacak pinggang saat melihat gadis cantik sedang berada di dekat tembok sekolah. Mungkin, dua remaja ini kembali telat berangkat sekolah. Ini sudah kesekian kali Juna melihat Natasha telat. Memang tidak terlalu sering telat, tetapi Juna sudah bosan.

Bukan hanya Natasha, ternyata hari ini mereka sedang beruntung karena kedatangan teman yang telat masuk, yaitu Areska. Tumben sekali laki-laki ini telat berangkat. Juna menggeleng lalu tersenyum meledek. Kalau semua murid seperti ini, maka Legantara High School akan Wasallam.

"Kenapa kalian suka telat berangkat?" tanya Juna sambil menepuk pundak Areska.

Laki-laki yang diajak bicara tidak mau menoleh karena menghafal suara ini. "Gue baru telat berangkat, Juna! Hari ini lo enggak boleh memancing emosi gue, ya. Lagi sangar banget gue ini," ujar Areska sambil menghela nafas.

"Hm. Gue tahu, alasan kalian telat," balas Juna tanpa memedulikan jawaban lawan bicara, "karena selalu ngobrol sama kipas angin dulu, ya?"

Natasha menoleh dengan ekspresi tidak percaya. Ada-ada saja jawaban dari manusia ini. Wajar kalau semua orang menjadi kesal sekaligus greget. "Gue enggak mengajak kipas angin buat ngobrol, udah Nari Jaipong doang sama Nenek Moyang lo, Jun," balas Natasha dengan ekspresi merah padam.

"Istigfar! Kalau lo Nari Jaipong di depan manusia tampan kayak gue, ntar bisa viral," Juna melipat kedua tangan dan terlihat sedikit bangga.

"Bisa viral kalau gue lempar bunga ke wajah lo, sekalian sama potnya," balas Areska dengan nada ketus sambil melirik tembok belakang sekolah.

JUNA AG ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang