Beberapa menit kemudian ....
Semua murid masuk menuju kelas masing-masing setelah mendengar lonceng. Gadis di depan tempat duduk Juna menoleh dengan tatapan cemas. Clara siap menceritakan tragedi pada tanggal satu September kepada Juna.
Sudah tentu jantungnya berdegup lebih kencang, tetapi Clara harus menceritakannya sebelum Juna mengetahui kronologi kecelakaan dari orang lain. Pertama, Clara menarik pergelangan tangan Juna. Wajahnya amat memelas hingga membuat Juna penasaran.
"Kerasukan, ya?" tanya Juna sambil menempelkan telapak tangan di kening Clara.
"Jun, gue mau ngomong sesuatu," jawabnya.
"Mau ngapain? Mau terkam gue? Hish, daging gue pahit!" kelakar Juna.
Clara menggeleng sambil berujar, "Nanti lo temui gue di rooftop! Gue mau ngomong penting."
"Kita satu kelas, Ra. Tempat duduk pun saling berhadapan. Emang mau ngomong apa?"
"Ini penting, Juna!"
"Oh, jadi, lo udah mulai mencintai gue? Lo mau kita pacaran, 'kan?"
"Bukan itu!"
"Ah, jangan pacaran dulu, Ra. Kita masih belum bisa kerja. Nanti gue ke rumah lo buat ngelamar, gimana?"
"Heh, ngaco!"
"Haha ... iya, nanti gue ke sana. Lo harus belajar dulu!"
Juna mengacak rambut Clara dengan perasaan gemas. Gadis yang biasanya marah karena rambut kesayangannya diacak-acak mendadak adem ayem bagaikan anak ayam yang dicekik Pak Gento. Juna menjadi sedikit heran, tetapi dirinya memilih untuk bungkam.
"Tumben enggak marah pas rambut lo diacak-acak? Hm? Udah mulai suka sama gue, ya?" tanya Juna sambil tersenyum nakal.
"Sok-sokan menggoda anak gadis. Dasar, kebiasaan!" ejek seorang guru yang datang ke dalam kelas.
Juna menoleh, ternyata Bu Hana sudah berada di dekat pintu. Laki-laki humoris ini langsung cengengesan bak kancil yang tertangkap mencuri. Ibu Hana hanya menggelang, Juna memang selalu begitu.
Setiap pergi ke sekolah, Ibu Hana pasti melihat Juna sedang memberi gombalan garing pada siswi lainnya. Setelah melihat kedatangan Bu Hana, semua murid segera duduk di kursi masing-masing.
"Dasar, Juna! Dari kemarin, kamu enggak bosan buat gombalin Clara." Bu Hana merapikan beberapa buku paket. "Clara, jangan mau sama Juna. Dia itu play boy Legantara! Kemarin Ibu lihat dia lagi gombalin alat pel di toilet."
Semua murid di kelas akhirnya tertawa terbahak-bahak. Si pelawak Juna memang selalu bertingkah aneh. Kemarin, Juna cosplay menjadi Elsa Frozen dan memakai taplak meja untuk menutupi dosa di wajahnya. Aneh sekali bukan? Sekarang, Ibu Hana membuat semua murid kembali geleng-geleng karena menceritakan tingkah abstrak Juna.
"Haha ... dasar, menggelikan!"
"Juna benar-benar sinting!"
"Haduh, Juna itu ngakak banget."
"Kemarin, saya juga lihat Juna lagi ngobrol sama pohon cabe. Dia bilang, mau melamar Clara setelah lulus."
"Melamar pake apa, tuh?"
"Pakai seperangkat alat pel, haha ...."
"Bah, halu tingkat dewa."
Clara berusaha keras menahan tawa padahal seisi kelas sedang menatap dirinya dan juga menatap Juna. Malu sekali, tetapi gadis culas ini tidak protes seperti hari-hari biasa. Setelah beberapa menit bercanda, Ibu Hana pun menuliskan materi yang hendak disampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA AG ( TAMAT )
Ficção AdolescenteTAMAT - PART MASIH LENGKAP. ✅ 'Playboy jahil itu siap mengubah suasana kelas seperti neraka!' Tragedi 30 September menciptakan trauma bagi keluarga korban. Murid cerdas sekaligus humoris bernama Juna AG berusaha setengah mati untuk menutupi luka. Ma...