35. Aku pergi, Ma.

14 6 6
                                    

Gadis kesayangannya sudah tidak ada di rumah ini. Semangat dalam hati menjadi sedikit memudar. Sejak awal, seharusnya dia tidak berharap lebih. Toh, takdir akan mencekik seseorang yang terlalu berharap pada manusia.

Sudahlah, takdir memang berpihak pada orang-orang tertentu. Juna sendiri bingung harus mengutuk takdir atau menyalahkan dia sendiri. Dua tindakan tadi sama-sama tidak ada gunanya. Laki-laki humoris yang sempat termenung langsung menatap pekarangan rumah dengan tatapan sayu.

"Asallamualaikum!" ucap Juna ketika sudah berada di depan pintu rumah.

Tidak ada jawaban, tetapi Juna tidak memedulikan karena sudah terbiasa. 

"Mama, Juna bawa banyak makanan buat kita. Wih, lezat banget!" lanjutnya saat memasuki ruang tengah.

Matanya melotot kaget saat melihat kasur di ruang tengah malah tidak diisi oleh siapa pun. Untuk ke sekian kali, Ibu Hesti malah tidak ada di tempat. Jantungnya mendadak berdetak lebih kencang dari biasa. Tangannya gemetar dan tidak sanggup untuk menggenggam apapun. Makanan yang dibawa pun jatuh ke lantai. Untungnya, makanan itu dibalut oleh kresek putih.

"Mama! Juna pulang! Mama ke mana? Juna pulang, Ma!" teriak Juna sambil berjalan menuju kamar, tetapi tidak menemukan Ibu Hesti, "Juna punya dosa apa, sih, Ma? Kurang berbakti sama Mama? Enggak, 'kan? Juna kurang menyayangi Mama? Enggak, 'kan? Juna salah apa? Kenapa Mama pergi terus?"

Suaranya menggema sampai terdengar ke luar rumah. Namun, tidak ada satu pun jawaban. Dengan perasaan panik, Juna segera berjalan mendekati pintu supaya bisa bertamu di rumah Danu. Semua dilakukan demi mencari Ibu Hesti. Mungkin OSIS menyebalkan itu mengetahui sesuatu. Nomor HP Clara yang sangat rahasia saja diketahui, masa wanita paling disayangi oleh Juna tidak tahu.

"Uhuk!"

Ketika sudah berada di pintu rumah, Juna tidak sengaja mendengarkan suara orang sedang batuk. Dirinya berusaha mencari tahu asal suara itu, ternyata berasal dari arah dapur.

"Apa-apaan ini?" desis Juna ketika sudah berada di dapur.

Di sana, Juna melihat seorang wanita sedang berdiri membelakangi dirinya sambil membawa alat menggoreng.  Juna tidak sungkan untuk mendekat. Wajah Juna terlihat merah padam, mungkin karena dia tidak berhasil menemukan Ibu Hesti dan malah bertemu orang asing di rumahnya sendiri.

"Kamu sudah pulang? Hm?" tanya wanita berambut indah ini.

"Anda siapa? Ngapain ada di rumah saya?"

"Coba tebak siapa, Jun?"

"Hey, jangan main-main! Ibu saya lagi hilang, jangan membuat saya tambah marah!" sergah Juna dengan nada tegas.

"Hehe ... dasar!"

Bukannya berbalik badan, wanita aneh malah tertawa kecil. Suara ini sudah tidak asing lagi di telinga Juna. Namun, dia masih belum mengenali wanita tersebut. Lagi-lagi, Juna tidak mampu menguasai emosi. Yah. Dia sangat lemah kalau sudah berurusan dengan Ibu Hesti.

"Payah banget kamu!" ledek wanita itu sambil tertawa tanpa henti.

Setelah emosinya memuncak, Juna langsung mendekat dan berusaha memegangi pergelangan tangan wanita aneh. Namun, sebelum dia melakukannya, wanita ini mulai berbalik badan serta memperlihatkan wajahnya.

"I-ini?"

"Benar Juna."

"Gak, gak mungkin!"

"Nak?" gumam wanita ini, "ini Mama."

Perlahan, air mata jatuh menuju pipi. Ini adalah momen paling epic dalam hidupnya. Juna pun berjongkok di hadapan sang Ibu sambil menangis tersedu-sedu.

JUNA AG ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang