Fisa Adistya berhenti berjalan ketika berpapasan dengan Juna di lorong kelas, dekat ruangan OSIS. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan sibuk mengagumi laki-laki tersebut. Semua orang pasti akan menjauh saat mengetahui sifat asli yang dimiliki oleh Juna, tetapi Fisa malah berbeda. Dia terlanjur mencintai Juna secara diam-diam.
Juna terus berjalan dan menganggap Fisa sebagai makhluk tidak kasat mata. Dia tahu bahwa gadis itu tidak kalah gila karena mampu melakukan apapun dan tidak mau mendengarkan nasihat siapa pun. Setelah kepergian Juna, Fisa langsung berdecak kesal karena tidak pernah ditanggapi bak gadis tanpa harga diri.
Setelah sampai di kelas, Juna segera memicingkan matanya karena Clara masih merebahkan tubuh. Ternyata gadis itu masih belum bangun. Dia segera mendekat sambil tersenyum simpul. Sulit sekali memiliki gadis tersebut, bahkan Juna sampai harus berlari-lari, berjalan, bersalto, dan lainnya.
"Clara! Kenapa masih belum bangun? Habis bergadang, ya?"
Clara memegangi keningnya sendiri kemudian menjawab, "Jam lima pagi, Bu Hana."
"Ya, ampun!" Juna terkekeh pelan karena Clara menganggap dirinya sebagai Bu Hana. "Mulai sekarang, jangan bergadang lagi, ya! Seorang remaja yang bergadang dapat terkena bahaya. Memiliki waktu tidur yang cukup dapat bermanfaat bagi proses berpikir dan belajar. Kurangnya waktu tidur dapat menurunkan kewaspadaan, konsentrasi, nalar serta kemampuan memecahkan masalah."
"Bu Hana, tolong beri saya waktu untuk Istirahat!" pinta Clara sambil meraih headset hasil razia dari para murid kemudian memakainya.
Mendengarkan orang lain ceramah tidak ada masalahnya. Clara pun tahu kalau bergadang demi hal-hal tidak bermanfaat bisa mendatangkan bahaya untuk kesehatan. Namun, dirinya sudah mengantuk berat sampai tidak mampu membuka mata selama tiga detik saja. Beberapa hari ke belakang, gadis itu memang dituntut untuk belajar lebih keras.
"Pak, Clara capek. Belajarnya nanti lagi, ya? Ja-jangan pukul Clara lagi, Pak! Berhenti! Clara pengen tidur sebentar. Tolong izinkan adik tidur dulu, Pak!" sergah Clara padahal matanya masih tertutup.
Juna tersentak saat mendengarkan celotehan tersebut. Entah mimpi ajaib seperti apa sampai berhasil membuat gadis yang suka memarahi murid lain menjadi begitu kalem. Dia tidak ingin membangunkannya lalu memutuskan untuk mengusap pundak Clara secara perlahan.
Clara memaksakan diri untuk bangun karena laki-laki rese terus menepuk pundaknya dengan gerakan gemulai. Dia memberikan tatapan sinis saat tahu bahwa orang tersebut adalah Juna. Musuh bebuyutannya memang selalu memperburuk suasana.
"Berhenti mengganggu gue, kampret!"
Clara segera melemparkan buku pada wajah Juna dengan ekspresi murka."Ya Gusti, Ya Malik, Ya Kudus. Kenapa lo selalu bikin gue kaget, wahai roh halus?" dumel Juna sambil berkacak pinggang kemudian menghindari lemparan itu.
"Anak setan! Manusia kayak lo emang harus dibasmi sampai ke akarnya!"
"Gue bukan pohon, ngapain harus dibasmi? Mending sayangi gue, minum kalkun setiap hari," celoteh Juna sambil mengangkat kedua tangan menuju udara dan terlihat bagaikan balerina.
"Kalkun untuk dimakan, bukan diminum. Dasar, ngeselin!" sergah Clara dengan ekspresi memerah.
Gadis itu kesal kalau dibangunkan oleh dedemit bernama Juna. Tidak ada hari yang indah kalau Juna terus mengganggu hidupnya. Andai Juna adalah barang antik, maka gadis itu akan membuang Juna menuju pasar loak. Dia segera berjalan mendekat kemudian menjambak rambut Juna dengan perasaan gemas. Semua orang yang berpapasan dengan laki-laki ini pasti akan bertingkah seperti orang kurang waras.
"Eeeehhhh ... jangan jambak rambut gue, Ra! Gimana kalau nanti kepala gue copot dari tempatnya?"
"Gue enggak peduli! Enyah dari hadapan gue sebelum gue nekat mematahkan leher lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA AG ( TAMAT )
Dla nastolatkówTAMAT - PART MASIH LENGKAP. ✅ 'Playboy jahil itu siap mengubah suasana kelas seperti neraka!' Tragedi 30 September menciptakan trauma bagi keluarga korban. Murid cerdas sekaligus humoris bernama Juna AG berusaha setengah mati untuk menutupi luka. Ma...