"Pernah enggak kalian mikir kalau orang humoris juga bisa lelah?" tanya Arjun sambil menarik kursi, "enggak pernah? Wah, kalian terbuat dari apa? Hati manusia diciptakan supaya bisa merasakan kasih serta empat. Kalau hati kalian sudah mati rasa, untuk apa masih memiliki hati? Lebih baik hati kalian dijual pada play boy seperti Juna."
"Juna pernah gendong Clara sampai puluhan meter, tapi gak kelelahan, tuh. Terbuat dari batu bara dia mah," celetuk Areska.
"Berisik!" sela Valter sambil membuka lembaran buku lainnya.
Arjun menghela nafas panjang. "Juna itu bukan terbuat dari batu bara, tapi terbuat dari api asmara—"
"Api asmara yang dahulu pernah membara. Semakin hangat bagai ciuman yang pertama. Detak jantungku seakan ikut irama. Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut."
Bukannya ikut campur dalam suasana serius, Juna malah langsung berdiri tegap. Kedua tangannya segera menirukan gerakan tari jaipong dan membuat seisi kantin menjadi sedikit berisik. Beberapa orang yang lewat sempat menoleh, tetapi tidak bisa menegur karena Juna akan semakin gila kalau dilarang sesuatu.
"Berisik! Mau gue getok kepalanya? Hm?" ujar Valter dengan nada tenang, tetapi wajahnya terlihat memerah.
"Hobah! Digoyang, ser!"
Areska menggebrak meja dan cosplay menjadi tukang gendang dadakan. Tangan kirinya berani memotong coklat milik Natasha. Ratu Sanggara pun langsung melirik sinis.
"Kebiasaan! Kalau mau coklat, beli! Ini punya gue," rengek Natasha sambil menjauhkan coklat dari Areska.
"Gue sayang sama uangnya, males beli juga," terang Areska sambil menarik makanan milik Juna.
Dalam segi makanan, geng Sanggara memang irit, kecuali Arjun. Makanan mereka adalah traktiran dari sang ATM berjalan. Kalau hasil traktiran direbut oleh seseorang, mereka mau makan apa? Daun singkong?
Tangan kanan Juna bergegas menarik makanan supaya tidak dimakan lagi oleh Areska. Ini sudah ke lima kali makanannya dicomot seperti itu.
Juna langsung memberikan tatapan tajam, kemudian berujar, "Mau gue sentil ginjalnya? Boleh! Maju lo!"
"Berisik banget. Gue gak bisa fokus baca buku, nih!" protes Valter untuk ke sekian kalinya, tetapi mereka tetap melanjutkan proses debat ini.
"Hehe, emosi amat. Gue lagi mencoba irit," kata Areska sambil menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal.
"Bukan irit, tapi pelit," sambung Juna sambil memasukan semua makanan ke dalam mulutnya.
"Juna, pelan-pelan makannya, nanti lo tersedak!" tegur Natasha.
"Gak bakal!" timpal Juna sambil memakan makanan yang tersisa.
"Piringnya jangan lupa dimakan!" usul Areska sambil menyodorkan piring milik Valter.
"Heh, piring gue!" protes Valter dengan tatapan dingin.
Mulutnya sudah dipenuhi makanan, tetapi Juna masih terus mengunyah dan masih sempat memakan bakso milik Arjun. Hari ini, Juna memang terlihat rakus. Setiap hari, laki-laki humoris tersebut memang sering makan lebih cepat dibandingkan teman-temannya. Lapar serta banyak pikiran membuat nafsu makan menjadi bertambah.
"Uhuk! Uhuk!"
Firasat Natasha terbukti benar. Juna akhirnya tersedak karena memakan bakso milik Arjun. Laki-laki humoris ini sampai mengap-mengap karena kesulitan bernafas.
"Tuh, kan, udah dibilangin juga! Ngeteng banget jadi orang! Air, cepat kasih Juna air!" teriak Natasha sambil beranjak dari bangku.
Areska menarik pergelangan tangan Natasha sambil berujar, "lo mau ke mana, Sha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA AG ( TAMAT )
Ficção AdolescenteTAMAT - PART MASIH LENGKAP. ✅ 'Playboy jahil itu siap mengubah suasana kelas seperti neraka!' Tragedi 30 September menciptakan trauma bagi keluarga korban. Murid cerdas sekaligus humoris bernama Juna AG berusaha setengah mati untuk menutupi luka. Ma...