29.Who am I?

99 10 0
                                    


"...Jawab aku, wahai Putra Marcosias."

Seketika itu juga aku yakin wajahku berubah pucat seperti Raven dan mungkin secara tidak sadar aku melepaskan sihir penyamaran yang aku gunakan. Membuat rambut dan mata hitamku kembali ke warna asli mereka,rambut perak dan mata emas.

Aku tidak tahu apa yang aku harus lakukan.Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan. Melihat kearah Raven,dia tidak lebih baik dariku. Bahkan dia terlihat sedang tidak berada ditubuhnya, seolah-olah jiwa dan raganya terpisah.

Dan tiba-tiba saja Raven bersuara. Menggelengkan kepalanya sebelum melihat kearah kami dengan senyum kaku yang tentu saja bukan miliknya.

"Ah , maaf atas ketidaknyamanannya. Tapi saat ini Raven sedang tidak dalam kondisi untuk menjawab pertanyaan kalian."

Apa yang dikatakannya membuat semua orang di ruangan itu menjadi siaga. Kecuali aku tentu saja.

"Kenapa kau berbicara dalam sudut pandang orang ketiga?"

". . . ." Senyum diwajahnya runtuh, tergantikan oleh ekspresi netral.

Dia mengangkat kedua telapak tangannya keatas, mengisyaratkan bahwa ia juga tidak tahu.

"Tertekan, kewalahan mungkin? Saat ini Raven sedang tidak dalam kontrol penuh."

"Apa maksudmu kau sedang tidak dalam kontrol penuh?"

". . . ."

Dia hanya diam, tidak bereaksi sedikitpun.

"Rave?" Kali ini Tora yang memanggilnya dan dia melihat kearahnya. Sekilas aku melihat ekspresi terkejut diwajahnya, namun menghilang secepat itu muncul.

"Blanc..." Huh? Apa yang barusan dia katakan?

Raven kembali mengalihkan pandangannya kelantai. Menggumamkan sesuatu dalam bahasa yang tidak pernah kudengar.

=================

Ini benar-benar menyebalkan.

"Kau sudah mengatakan itu sebanyak lima kali."  Dia menatapku datar, seolah-olah apa yang dia katakan adalah hal yang paling benar sedunia.

"Argh! Aku tau itu! Dan kau juga tidak membantu!" Aku membanting pelan kepalaku kebelakang. Frustasi akan apa yang tubuhku lakukan dengan sendirinya.

"Aku tidak memiliki kontrol disini. Ini adalah tubuhmu, bukan milikku."

"Tapi secara teknis aku adalah kau!" Akh! Ini adalah momen dimana aku benar-benar membutuhkan tanganku untuk menarik rambutku.

"Dan itu tidak menjamin aku memiliki kontrol atas dirimu. Ya, aku dapat menarikmu kemari dan mengontrol tubuhmu sejenak, tapi itu kalau aku yang menarikmu. Dalam kasus ini kau sendiri yang kemari, jadi aku tidak memiliki kontrol."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?! " Aku setengah berteriak padanya. Dia diam. Masih menatapku datar. Namun saat aku akan membuka mulutku, tiba-tiba aku merasa ada yang memanggil.

'Rave...'

Dia mengalihkan pandangannya dariku dan berganti menatap layar di depanku. Dan untuk sesaat aku merasa kendali berada ditangannya.

Untuk sesaat aku merasakan emosinya keluar, namun hilang dari permukaan secepat itu datang.

"Blanc..."

Aku mendengarnya, dan aku merasakannya. Emosi yang beragam dan begitu kuat yang dirasakannya ketika menyebut nama itu. Rasa bersalah sekaligus rindu, rasa sedih sekaligus senang.

Kurasa... Dia melihat temannya yang telah tiada dalam diri Tora....

Dia lalu kembali melihat kearah ku, dan aku menyadari satu hal. Dia menangis.

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang