"Bagaimana pendapat kalian tentang hal ini?"
"Tidak penting."
"Tidak diperlukan."
"Buang-buang tenaga."
Shiro, aku dan juga Al menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kurona. Alasan mengapa dia bertanya demikian adalah kumpulan orang-orang otak otot didepan kami yang mengajukan mock battle dengan kami.
Kurona berpaling dari kami dan menghadap orang-orang itu.
"Maaf, tapi kami sudah lelah dengan tidak tidur semalaman. Jadi kami menolak."
Meski itu hanya kebohongan, tapi orang-orang itu percaya apa yang Kurona katakan. Yah, itu tak sepenuhnya bohong sih. Kami memang lelah, tapi bukan karena tak tidur.
Kami lelah menghadapi para monster yang terus berdatangan kearah kami akibat tertarik dengan keramaian yang kalian ciptakan selama ujian tau!!!.
Saat kami pikir kami berhasil mengelabui orang-orang itu, mereka datang. Para anggota kelompok manusia itu.
Eh? Tunggu. From when I called human as human? Not 'people' like before? Bukankah aku sebelumnya juga manusia? Mengapa sekarang aku merasa agak tidak menyukai mereka? Ah, pikiranku mulai kacau... Lupakan saja.
"Hei kalian. Sebutkan nama kalian." Anak yang seperti pembully itu memerintah kami.
"Untuk apa kami menjawabnya?" Tentu saja aku menolak. Aku tidak suka dengan orang yang sok memerintah sepertinya. Dan sebelum dia meledak (marah), seorang gadis berambut hitam menarik tangannya yang membuat anak laki-laki itu jatuh terjungkal kebelakang.
"Tolong maafkan teman kami. Kami tak bermaksud buruk pada kalian, kami hanya ingin tahu nama kalian, itu saja." Gadis itu meminta maaf sambil membungkuk kepada kami.
"Ah, baiklah, kalau begitu." Aku memalingkan mataku ke kiri bawah. Tak tau harus merespon seperti apa.
"Ah! Raven memalingkan mukanya kekiri! Dia gugup! Poker face miliknya akhirnya runtuh!"
"Shut Up You Stupid Tiger!!!" Aku berteriak dan meluncurkan tendangan berputar kebelakang menggunakan kaki kananku, dimana Shiro berada. Namun dia berhasil menunduk tepat waktu dan terhindar dari tendangan ku.
Orang-orang itu terlihat bingung. Itu wajar. Tak banyak orang yang tau dan mengerti tentang bahasa Terra yang Shiro gunakan ketika mengejekku.
Jika kau tanya bagaimana aku bisa memahami apa yang dikatakan Shiro, itu karena aku mempelajari itu dari Kurona.
"Sebagai pemimpin mereka, sekali lagi aku minta maaf atas kelakuan temanku. Dia sedang kesal karena orang-orang itu berbicara buruk tentang kami." Kali ini sang pemimpin yang meminta maaf, dan yang menghadapinya adalah pemimpin kami.
"Yah tak apa, entah bagaimana aku mengerti perasaannya. Orang-orang memang suka begitu, membicarakan hal buruk tentang seseorang atau suatu kelompok dibelakang."
"Eh? Suara ini... Seorang gadis? Maaf, aku tak menyadarinya."
"Tak apa-apa, itu memang tujuanku agar orang tak tau kalau aku seorang gadis."
"Eh?"
Yup, itu adalah Kurona, pemimpin kami. Sementara mereka bicara, bagaimana kalau aku mencoba skill ku yang satu itu?.
Aku meraih headphone yang tergantung di leherku dan memasangkannya ke telingaku, dibawah tudung yang masih kukenakan di atas kepalaku. Aku memejamkan mata dan mulai mempertajam pendengaranku.
50m, 100m, 300m, 500m!!! Yup, masih sama seperti sebelumnya. Saat aku berpikir demikian, aku lupa dengan sekitarku.
"HEY!!!!”
"GAH!!!"
Tiba-tiba seorang gadis dengan rambut twintail dari kelompok manusia itu berteriak disamping ku. Karena aku sedang menggunakan skill ku, suaranya terdengar lebih keras bagiku hingga dititik aku merasa telingaku bakal berdarah.
Aku seketika melepas headphone ku dan menonaktifkan skill ku. Karena pergerakan yang tiba-tiba, headphone ku jatuh ketanah dan tudung yang kupakai jatuh kebelakang, memperlihatkan rambut ungu milikku.
Aku memegangi kedua telingaku yang terasa sakit dengan kedua tanganku, berjongkok dengan kepala yang menggantung, didepan headphone ku yang jatuh. Perhatian semua orang jadi tertuju padaku sekarang. Shiro yang berada didekat ku langsung menyadari apa yang kulakukan sebelumnya.
"Hei! sudah kubilang kan jangan gunakan [Sharp Hearing] saat diantara banyak orang! Itu bisa menyakiti telingamu ketika ada orang yang berteriak disamping mu!."
"Ah.... Maaf."
Sambil berkata demikian, dia menuangkan air ke atas kepalaku menggunakan sihirnya, dan itu sedikit mengurangi rasa sakitku.
[Sharp Hearing], itu adalah skill milikku yang memungkinkan ku untuk memperkuat pendengaran ku, dan seperti yang Shiro bilang, skill itu adalah pisau sermata dua. Telingaku akan sakit kalau ada suara yang terlalu keras disekitar ku.
"Dan apakah kau tidak ingin meminta maaf padanya?" Shiro bertanya pada gadis berambut pirang yang berteriak disamping ku tadi.
"Apa?!" Gadis itu berteriak bertanya balik pada Shiro, namun Shiro menjawab 'bukan apa-apa' dan mengabaikannya.
"Nee-san, sebaiknya kita kembali ke kota sebelum tengah hari."
"Kita akan kembali setelah kau berhenti menuangkan air ke kepala Raven. Lihat! Itu sudah membuat genangan air dibawah kakinya."
"Shiro... Bisakah kau berhenti? Kepalaku sudah basah kuyup." Aku mengatakan itu sambil menghalangi air yang mengalir ke wajahku dengan tanganku.
"Ah, maaf. Aku lupa."
Melihat hal ini Al hanya bisa menepuk dahinya dan bilang 'Ah, kau ini...' sementara Kurona menghela nafas. Bagaimana kau bisa lupa dengan apa yang sedang kau lakukan Shiro!!! Ah, sudahlah.
Aku mengambil headphone ku, membersihkannya dan memasukkannya kedalam tasku. Sebagai gantinya aku mengambil handuk dari dalam tasku dan mulai mengeringkan rambutku.
"Ada apa?" Saat aku sadar, Al menatapku dengan tatapan heran. Tidak, bukan cuma dia, namun para anggota kelompok keenam itu juga.
"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya penasaran bagaimana bisa rambutmu berubah warna menjadi hitam ketika basah."
"Jika kau tanya tentang itu, aku sendiri tidak tahu mengapa. Kuro-san, aku pinjam sihirmu sebentar."
"Baik."
Kurona-san mendekat padaku dan menggunakan sihir apinya, [Heat] untuk membantuku. Berkat itu dan sihir anginku, rambutku kering lebih cepat, walau tidak benar-benar kering.
"Nah, karena semua sudah siap, bagaimana kalau kita kembali sekarang?." (Alfaro)
Kami semua setuju dan mulai berjalan pergi.
"Baiklah, kami akan pergi dulu." (Kurona)
"Tunggu, bolehkah kami ikut kembali bersama kalian?"
Hah?! Apa kau bercanda???
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no kuroi tenshi ni naru
FantasySemua baik-baik saja sampai suatu hari sekolah tempatku belajar di bom oleh teroris dan semua orang yang berada di lantai dua tewas, termasuk diriku. Aku kira hidupku berakhir disana. Namun kenyataanya kematianku disana adalah awal dari perjalananku...