========={Raven's POV}=======
Aku tidak tau harus mulai dari mana.
Pertama, melihat orang itu membuat inderaku kacau.
Kedua, keberadaannya membuktikan tentang adanya human experimentation.
Ketiga, sepertinya dia adalah sebuah keberhasilan. Tidak ada tanda tentang reaksi negatif terlihat darinya.
Dan keberhasilan berarti satu hal.
Sebuah keberhasilan ini tidak mungkin hanya mengandalkan beberapa kegagalan.Kemungkinan puluhan bahkan ratusan percobaan harus dilakukan untuk mencapai sebuah hasil, dan lebih banyak hasil untuk menciptakan keberhasilan yang lebih sempurna.
Yang disisi lain berarti semakin banyak percobaan yang dilakukan, semakin banyak manusia menjadi korban.
Dan membayangkan satu hal itu membuat perutku terasa mual.
"...Damn it. Aku tak ingin membayangkan seberapa banyak kegagalan yang mereka ciptakan, dan mereka kemanakan para kegagalan itu." Meski aku mengatakan hal ini dengan pelan, amarahku dengan jelas tersampaikan.
Untuk beberapa saat sepertinya temperatur sekitar terasa turun beberapa derajat. Entah itu memang terjadi secara alami ataupun akibat dari Shiro yang setiap kali dia emosional, dia secara tak sadar selalu membuat udara disekitarnya dingin
Aku tidak terlalu peduli dengan hal disekitar kami.
Tidak. Aku bukannya tidak peduli.
Ini terjadi lagi.
Ini lebih seperti aku terjebak dalam pikiranku sendiri yang seperti ruang boss disebuah labirin ini.
"Heh, ruang bos dungeon kah?"
Aku melihat kebawah, darimana suara itu berasal, dan menemukan makhluk berwujud burung di pangkuanku, yang membuatku sadar bahwa saat ini aku tidak berada di dunia nyata, melainkan di alam bawah sadar milikku.
"Tempat ini lebih seperti tempat final boss, Ravael."
Aku terdiam mendengar apa yang burung itu, serpihan dari diriku itu, katakan. Sementara serpihan diriku yang lain seperti berusaha menelan tawanya, namun gagal.
"Apa maksudmu dengan final boss?" Aku bertanya pada burung itu, namun yang kudapat adalah suara menahan tawa dari serpihan diriku yang lain.
Aku menengok kearah dimana dia berdiri jauh dibelakang, menatapnya dengan pandangan tidak terkesan.
"Hah, apa kau ini benar-benar tidak sadar diri?" Dia lantas berjalan sampai dia berada di sampingku.
Apa maksudmu-
"Pertama, ruangan ini gelap. Kedua, tidak ada pintu keluar dari sini. Ketiga, kaulah pemilik tempat ini. Keempat, hanya ada kau dan pecahan jiwamu disini. Dan terakhir, kau ditahan di sebuah tahta menggunakan rantai hitam ini."
Dia menyelesaikan kata-katanya dengan mengetuk ringan salah satu rantai yang mengekangku dengan kepalan tangannya.
"Bukankah jika dilihat dari perspektif luar kau ini terlihat seperti final boss labirin yang ditahan/disegel di tahtanya?"
"Tapi aku bukan final boss. Sedikitpun bukan." Aku mengerutkan kening sementara dia menghela nafas.
"Kami tahu itu dan kau pun tahu. Para malaikat mungkin semuanya tahu, namun bagaimana dengan yang lainnya?
High rank demon mungkin tahu. Tapi bagaimana dengan para low rank?
Manusia dan demi-human? Kemungkinan besar mereka tidak tahu dan akan langsung menyerang mu jika mendapatimu dalam situasi seperti ini, beranggapan bahwa kau itu adalah final boss."
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no kuroi tenshi ni naru
FantasiaSemua baik-baik saja sampai suatu hari sekolah tempatku belajar di bom oleh teroris dan semua orang yang berada di lantai dua tewas, termasuk diriku. Aku kira hidupku berakhir disana. Namun kenyataanya kematianku disana adalah awal dari perjalananku...