20. Berangkat dan membahas senjata

169 27 3
                                    

Hari berganti. Kami meninggalkan penginapan dan berangkat segera setelah berpamitan dengan pemilik penginapan. Apa kalian alasan kami tidak berpamitan dengan Cloude-san dan Endra-san? Tentu saja itu karena...

"Kenapa kalian mengikuti kami?" Sambil berjalan, Al bertanya kepada dua orang yang mengikuti kami.

"Kami tidak mengikuti kalian. Hanya saja tujuan kita ada di arah yang sama." (Cloude)

Yah. Mereka ikut dengan kami. Lebih tepat jika mengatakan mereka mengambil misi yang sama dengan kami. Mereka memutuskan untuk mengambil misi itu dengan alasan ingin menjalankan misi bersama Leo Sensei. Dan juga kami, pikirku.

"Kalau dipikir-pikir ini baru pertamakali aku melihat kalian dengan setelan lengkap kalian."

Endra-san mengatakan itu setelah melihat penyamaran dan pedang Kurona.

"Maksudku, aku hanya pernah melihat kalian menggunakan armor kalian. Dan selain Ravael, aku tidak pernah melihat diantara kalian yang membawa senjata."

Itu benar. Selain aku, tidak ada yang membawa senjata sebelumnya. Bukannya tanpa alasan atau sombong atau apa.

Hanya saja, Al selama ini hanya mengandalkan teknik tangan kosong dan cakarnya sebagai senjata, Kurona menyimpan pedangnya di sihir ruang miliknya, sementara Shiro hanya mengandalkan sihir es miliknya.

Jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk membawa senjata kemanapun mereka pergi. Itu tidak termasuk pisau lipat yang selalu ada di saku mereka atau pisau tersembunyi yang ada di bagian bawah sepatu kami.

Namun kali ini berbeda. Ini adalah kali pertama kami menjalankan misi dengan kelompok lain. Akan jadi mencurigakan jika kami tidak membawa senjata (senjata tersembunyi tidak masuk hitungan).

Kurona menempatkan kedua pedang kembarnya di pinggangnya. Kurona mengatakan bahwa dia sendiri yang membuat kedua pedang itu dari bahan dan komposisi yang sama, tapi entah kenapa mereka memiliki warna yang berbeda.

Shiro yang biasanya tidak membawa senjata–karena dia bisa menciptakan senjata es dari udara hampa–kali ini membawa sebuah tombak berwarna biru.

"Tombak yang indah." Aku berkomentar.

"Ya, nee-san membuat ini dari kristal mana es, yang kudapat dari hadiah ulang tahun dari teman masa kecilku."

"Eh, kristal mana es ya. Kudengar itu adalah salah satu kristal mana yang langka karena hanya bisa ditemukan di tempat dengan salju abadi."

Seperti namanya, kristal mana merupakan mana alam yang mengkristal. Dan bila digunakan sebagai bahan pembuatan senjata, itu bisa menambahkan atribut elemen pada senjata sesuai dengan kristal mana yang digunakan. 

"Itu hebat. Itu sangat cocok dengan sihir milikmu."

"Terimakasih. Ngomong-ngomong darimana kau membeli gauntlet itu?" Shiro menanggapi pujian Al dan menanyakan gauntlet yang sedang Al dipakai.

"Ini pemberian dari kakak ku. Dia mendapat gauntlet baru dari kakak perempuan kami, jadi daripada tidak terpakai, dia memberikan ini padaku."

"Aku tak tau kau punya dua kakak."

"Itu karena kau tak pernah bertanya, Noah."

Aku terdiam. Itu benar. Aku tak pernah menanyakan hal pribadi terutama keluarga. Karena aku tidak ingin ditanya balik soal hal itu.

"Kenapa kau tak pernah memakainya?" Aku bertanya sekali lagi. Meski aku tau jawabannya.

"Karena perawatannya merepotkan." Itu benar. Perawatan senjata adalah hal paling sulit dilakukan bagi Al. Dia bahkan sering lupa untuk membersihkan pisau yang dia gunakan untuk menguliti binatang.

Berbeda dari maniak senjata yang sedang berjalan di depanku ini. Dia sangat memperhatikan senjatanya dan rajin membersihkan serta mempertajam senjatanya.

"Apa kau memikirkan hal buruk tentangku, Rael?"

"Tidak, tidak ada." Aku mengelak. Lagipula, yang aku pikirkan adalah Al, bukan kau, Kurona.

"Ngomong-ngomong Ravael, kau membawa busur, tapi kau tak membawa anak panah?" Cloude-san bertanya padaku yang membawa busur tanpa membawa anak panah satupun.

"Itu tak perlu. Aku bisa menciptakan anak panah sihir dengan sihir anginku."

"Jadi itu busur sihir ya."

"Umm... bisa dibilang begitu, mungkin." jawabku agak ragu.

Ini adalah busur yang terbuat dari salah satu tanduk monster pertama yang ku bunuh, tanduk minotaur. Dimana tanduk yang satunya kami jual ke guild.

"Yah... ini sedikit berbeda dari busur sihir. Karena ini adalah busur yang hanya bisa digunakan oleh diriku, sama seperti dagger milikku."

"Kenapa kau menekankan kata 'diriku'?" Cloude-san bertanya padaku.

Ketiga temanku tau, dan karena itu mereka melihat ke arahku. Menunggu jawaban dariku.

"Entahlah." Aku memalingkan muka. "Aku sendiri tidak tau." Aku sadar, karena itu aku berbohong.

Dan mereka bertiga hanya tersenyum kaku mengingat tentang hal yang aku sembunyikan dari dua orang ini.

Kami terus berjalan dan akhirnya kami sampai di titik kumpul. Disana terlihat beberapa petualang sedang berkumpul. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang ikut misi ini sama seperti kami.

Dan sebelum kami sampai, kami mengingatkan Cloude-san dan Endra-san untuk memanggil kami dengan nama petualang kami.

"Itu bukan masalah besar, iyakan End?" Dan Endra-san mengangguk, menyetujui kata-kata Cloude-san.

Dan begitulah. Setelah kami sampai, beberapa saat kemudian kelompok terakhir datang. Dan saat hari mulai terang, kami berangkat meninggalkan kota.

Saat aku duduk di bagian belakang gerbong dari sebuah kereta kuda, aku tak sengaja melihat kearah pulau melayang yang ada ditengah-tengah Hutan Gaia.

Perasaan ini, apa ini? Seolah-olah aku merasa akan meninggalkan rumah yang sudah sangat lama kutinggali.

Ini benar-benar aneh mengingat aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Karena aku tidak pernah tinggal di tempat yang sama dalam waktu yang lama.

Setidaknya saat aku tinggal dan masih hidup di bumi.

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang