Seperti bangunan guild yang ada di manga yang pernah kubaca, tempat ini memiliki bar dilantai pertama. Kami mengamati suasana sejenak, banyak petualang yang sibuk memilih quest maupun merekrut anggota untuk party mereka, ada yang mabuk meski ini masih siang. Kami putuskan untuk mengabaikan keramaian yang ada di depan papan quest dan kami langsung menuju meja resepsionis.
"Oh, kalian sudah selesai ya!" (resepsionis)
"Ah, ya." Aku agak ragu untuk menjawab. Jujur saja aku tak tau apa yang harus ku katakan.
"Silahkan teteskan darah kalian diatas kertas yang telah kalian isi tadi sebagai tanda persetujuan."
"Baiklah..."
Kami mengambil jarum yang disediakan dan menusuk salah satu jari kami dengannya. Setelah itu menempatkan darah yang keluar dari luka tusukan itu ke kertas formulir tadi.
"Untuk ujiannya, tolong tunggu sebentar untuk peserta lain."
"Peserta lain?" (Shiro)
"Ya. Mereka orang yang mendaftar beberapa hari yang lalu, namun karena suatu alasan, mereka menolak untuk mengikuti ujian hari itu dan memilih mengikuti ujian hari ini."
"Itu aneh. Memang apa yang berbeda dari ujian hari ini dengan hari yang lain?" (Alfaro)
"Ujian hari ini adalah ujian berkelompok, sedangkan ujian di hari yang lain adalah ujian perorangan. Benarkan, resepsionis-san." (Kurona)
"Ya, itu benar. Untuk itu para peserta diperbolehkan untuk membentuk sebuah party empat orang atau lebih. Apakah kalian berempat akan membentuk sebuah party?"
"Tentu saja." (Kurona)
"Kalau begitu, jika kalian mau aku akan sekalian mendaftarkan party kalian."
"Terimakasih resepsionis-san." (Shiro)
"Tentu, juga panggil saja aku Claire oke? Selain itu, apakah kalian sudah memiliki nama untuk party kalian?"
"Baik Claire-san, untuk nama party kami...." (Rafael)
===============================
Setelah selesai urusan kami disana, kami menuju salah satu meja yang berada di pojok ruangan untuk menunggu peserta ujian yang lain datang.
Disana kami bertemu dengan dua orang yang kami temui sebelumnya saat kami (lebih tepatnya aku dan Kurona) menjual tanduk Minotaur.
Waktu itu ada seseorang (gadis) yang menggoda Kurona dan mengajaknya (memaksanya) bergabung di party mereka.
Orang itu hampir saja dihajar oleh Kurona karena menggodanya, namun dia beruntung karena Kurona berhasil dihentikan oleh dua orang ini. Mereka adalah petualang peringkat B dan C.
Setelah kejadian itu, kami sempat bertemu beberapa kali dan tanpa kami sadari, kami menjadi dekat dengan mereka.
"Yo, kita bertemu lagi!"
"Hai kalian berempat!"
"Ah, hai Cloude-san, Endra-san!." (Alfaro)
"Halo." (Ravael/Kurona)
"Ah! Cloude-san! Endra-san!" (Shiro)
Sementara Shiro masih bertukar kepalan tangan dengan Endra-san, kami bertiga langsung duduk di sekitar meja Cloude-san.
"Kalian akan mengikuti tes itu hari ini kan?! Semoga beruntung kalian berempat!"
"Terimakasih Cloude-san." (Kurona)
"Apa kau tau tentang sesuatu mengenai ujian ini, Cloude-san?" Shiro duduk di dekat ku saat aku bertanya pada Cloude-san.
"Umm... Aku tak tau bagaimana cara menjelaskannya, tapi yah... Sebut saja ujian ketahanan. Pada dasarnya mempertahankan kewaspadaan selama mungkin sampai terbitnya matahari. Ujian ini bertempat di hutan kecil disisi kota. Selama malam hari kalian diperbolehkan tidur, tapi aku tak menyarankannya karena pengawas ujian akan melakukan serangan dadakan secara acak pada malam hari. Dan jika kalian tidak dapat bersaksi cepat terhadap serangan, entah karena tertidur atau lengah, kalian akan gagal dalam ujian ini."
"Wah, terima kasih atas infonya Cloude-san!" (Alfaro)
"Itu bukan apa apa. Lagipula berkat itu, aku jadi ingat tentang seseorang yang ku temui saat aku mengambil ujian ini. Partner ku saat itu, dia orang yang cukup kuat. Namun setelah melewati tengah malam, dia tersungkur di tanah, bukan karena serangan, namun ia tak bisa melawan rasa kantuknya dan tertidur saat tengah berlari."
SFX: *kohok* *cough*
Setelah Cloude-san menceritakan kisahnya, tiba tiba ada suara disisi lain meja. Endra-san dengan salah satu tangan menggebrak meja dan tangan yang lain memukul dadanya, dia baru saja tersedak.
"Umm... Cloude-sama... Bisakah kau berhenti menceritakan hal itu pada semua pemula yang kau temui?..." Pinta Endra-san pada Cloude-san dengan ekspresi yang sangat bermasalah.
"Aku akan berhenti jika kau sudah bisa menghilangkan kebiasaan 'tidak bisa terjaga melewati tengah malam'-mu itu."
"Haaa???!"
Mendengar suara aneh yang barusan dibuat Endra-san barusan membuat kami seketika tertawa.
"Hei sudahlah!! Berganti tertawa!!!"
Setelah itu kami ngobrol tentang berbagai hal, seperti cerita Cloude-san bertemu Endra-san, Shiro yang sering jatuh karena ceroboh dan banyak hal lainnya.
================================
Sementara itu, ditempatkan lain...
"Leo, bagaimana pendapatmu tentang mereka."
Di lapangan tempat para pahlawan dunia lain dan para ksatria dilatih, sang pangeran kedua dan guru dari para pahlawan berdiri mengamati beberapa yang pahlawan berlatih menggunakan senjata.
"Kurasa mereka sudah cukup menguasai teknik senjata yang mereka gunakan, terutama sang Hero, Aldanoah. Meski begitu, kurasa akan sangat ceroboh bila kita langsung menerjunkan mereka ke dalam dungeon."
"Aku setuju. Bagaimana pendapatmu bila kita masukkan mereka ke dalam akademi petualang? Ditempat itu selain mendapat ilmu pengetahuan, mereka bisa belajar tentang sihir juga."
"Akademi petualang?! Maksudmu akademi yang itu!"
"Ya, Akademi Raisen. Tempat pertama kali kita bertemu. Dan Yang Mulia juga berencana untuk menjadikanmu guru disana."
"Aku?! Menjadi guru disana?! Bukannya aku menolak perintah raja atau semacamnya, hanya saja, apakah aku pantas untuk menjadi guru disana?" Leo yang terkejut menurunkan nada bicaranya seiring dengan ketidakpercayaan dirinya.
"Kau tak perlu khawatir, aku sebenarnya juga akan bekerja disana. Jadi jika kau perlu sesuatu, kau bisa meminta bantuan padaku. Aku harus pergi, sampai jumpa disana Leo!!!" Ucap pangeran Ian sambil berlari pergi.
"Dasar, dia benar-benar belum berubah. Masih saja tidak mendengarkanku." Leo hanya bisa menghela nafas terhadap kelakuan sahabatnya yang begitu bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no kuroi tenshi ni naru
FantasíaSemua baik-baik saja sampai suatu hari sekolah tempatku belajar di bom oleh teroris dan semua orang yang berada di lantai dua tewas, termasuk diriku. Aku kira hidupku berakhir disana. Namun kenyataanya kematianku disana adalah awal dari perjalananku...