7. Leo dan Ian

663 81 0
                                    

Pagi itu aku sedang berjalan jalan di area kastil. Aku berhenti di sebuah lorong terbuka yang berada di sisi lapangan pelatihan bagi para penjaga istana.

"Leo-sensei"

"Hm?" Aku menengok ke samping, kearah Elena yang memamggilku. "Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Aku cuma ingin tau sesuatu."

"Apa?"

"Kenapa Leo-sensei menolak untuk ikut kelompok pahlawan untuk mengabulkan permintaan raja? Dan mengapa raja memanggil sensei dengan sebutan "nak" bukan pahlawan seperti kami?"

"Ah... itu..." Aku mengingat kejadian kemarin dimana aku dan 24 orang murid sma kelas 2 dipanggil ke dunia ini sebagai pahlawan dan dibawa menghadap sang raja.

~~~

"...Saya mohon, bantulah kami untuk menaklukkan sang raja naga merah..." Sang raja memohon sambil menundukkan kepalanya.

Semua orang yang melihat pun kaget dan mencoba untuk menghentikan sang raja, namun tidak ada yang berani untuk menegur raja.

"Yang mulia saya mohon, angkatlah kepala anda. Seharusnya kamilah yang menundukkan kepala kami untuk menghormati anda dan bukan sebaliknya." Aku angkat bicara.

Sang raja mengangkat kepalanya.

"Tentu saja kalian boleh menolak kalau kalian tidak ingin. Jika kalian membantu kami, kami akan memberikan peralatan sihir sesuai dengan bakat kalian."

Setelah sang raja mengatakan hal itu, anak anak mulai berdiskusi untuk menentukan pilihan mereka. Semuanya setuju untuk membantu.

"Kami bersedia untuk membantu yang mulia untuk menaklukkan sang raja naga merah." Aldanoah Rama, sang ketua kelas sekaligus pemegang job Hero mengatakan hal itu mewakili seluruh teman kelasnya.

Mengalihkan pandangannya dari anak-anak, raja beralih memandang ke arahku. Seakan telah menyadari sesuatu, sang raja bertanya padaku.

"Apakah kau juga akan ikut, nak Rogue?"

Aku yang tak menyangka sang raja akan memanggil ku dengan nama itu kaget dan terdiam sesaat.

"Nak?" Raja kembali memanggil ku.

"Maaf yang mulia, saya menolak." Anak anak kaget mendengar ucapanku.

"Begitu .. walaupun aku sudah menduga kau akan menolaknya, tetap saja aku masih berharap kau menerima misi ini."

"Saya-" sebelum aku berkata, sang raja menyela ku.

"Aku tau kira kira apa yang kau cari. Kami akan membatumu, jadi tolong bantulah kami. Tak perlu sebagai pasukan penakluk."

"Baiklah yang mulia, saya akan menerima tawaran anda dan sebaliknya, saya juga akan berusaha untuk membantu anda."

~~~

"Itu mungkin karena umurku sebaya dengan pangeran Ian, mungkin? Oleh karena itu raja memanggil ku dengan "nak". Dan alasan mengapa aku menolak permintaan untuk menjadi pasukan penakluk, tentu saja aku tak berbakat dalam pertempuran."

"Begitu..." Elena terdengar tak yakin dengan jawaban yang ku berikan.

"Satu lagi sensei, mengapa kau secara diam diam bertemu dengan pangeran Ian semalam di lapangan pelatihan?"

"Apa-" Tiba-tiba seseorang berteriak dibelakangku.

"Rogue! Mari bertanding melawan ku!" Dia adalah Ian, sang pangeran kedua kerajaan ini. Berdiri gagah di lorong pinggir lapangan pelatihan sambil mengangkat pedangnya ke arahku.

Saat kami bertemu untuk pertama kali (kemarin) setelah sekian lama, dia terlihat sangat tenang. Walau akhirnya aku tau dia sama sekali tidak berubah.

"Hah... baiklah. Elena aku akan bermain sebentar dengannya, kau duluan saja."

Elena cemberut dan menggembungkan pipinya. Dia membalikkan tubuhnya dengan cepat.

"Pembohong..."

Elena mengatakan sesuatu dengan suara sangat pelan yang hampir tak terdengar. Aku tak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Apa?"

"Bukan apa apa!" Dia lalu berlari menuju arah yang berlawanan dari tempat pangeran Ian berada, meninggalkan aku disini sendiri bersama pangeran Ian.

"Baiklah kali ini apa, Ian?"

"Ayo bertanding pedang. Hanya tehnik dan tanpa sihir."

"Bukankah kau sendiri tau, aku tidak bisa menggunakan sihir penguatan senjata, jadi tanpa kau bilang pun aku takkan menggunakan sihir." Ucapku sembari menarik pedang dari sarungnya yang tergantung di pinggangku.

"Karena itulah ku bilang "tanpa sihir", aku tau kau unggul dalam sihir identifikasi dan sejenisnya namun kau tak memiliki sihir penguatan senjata, jadi aku takkan menggunakan sihir dalam melawanmu kali ini." Pangeran Ian berjalan ke tengah lapangan dimana aku berdiri.

"Tapi kali ini aku akan melawanmu dengan sungguh sungguh, jadi lawanlah aku dengan sungguh sungguh."

"Apa aku pernah bermain main ketika bertanding melawanmu Ian?"

"Tidak."

"Kalau begitu kau tak perlu mengatakan itu. Kau adalah rivalku, aku takkan bermain main dalam menghadapimu." Aku memasang kuda-kuda, Ian juga.

"Sudah siap?" Ian bertanya dan aku mengangguk.

Kami menghitung bersamaan

"Satu, dua, tiga! Mulai!"

Kami saling menerjang satu sama lain.

Dan duel diantara kami pun berakhir dengan hasil seri dengan kami berdua jatuh terlentang setelahnya. Walau begitu aku merasa sangat senang bisa berduel melawannya lagi.

=========================================

Yah.... Walau ceritanya agak gak jelas dan penataan kata² nya amburadul....

Terima kasih banyak bagi kalian yang masih membacanya sampai akhir

Walau agak terlambat tapi....

SELAMAT TAHUN BARU 2020

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang