31. The Lone Wolf, Ice Prince, and Dark Angel.

59 8 0
                                    


"Kenapa kita harus tetap mengikuti tes ini jika kita pada akhirnya akan langsung masuk?!"

"Aku paham jika kita harus tetap mengikuti ujian tulis, tapi ini?! Kenapa kita harus tetap ikut tes fisik?! Kita ini rank D!"

Aku menempatkan headphone ku, berniat untuk mengabaikan omelan Shiro dan Al.

Hari ini adalah hari test masuk akademi yang berarti hari pendaftaran berakhir kemarin.

Saat kami mendaftar kemarin dan memperlihatkan surat rekomendasi dari Whitelock-san (jangan salahkan aku, aku lupa siapa nama depan guild master), orang yang bertugas terlihat terkejut dan sedikit curiga sampai kami bertiga memperlihatkan kartu guild kami.

"Ok, baiklah. Kalian hanya tinggal mengisi formulir ini untuk menyelesaikan pendaftaran. Kalian tidak perlu membayar untuk ini, dan kalian dipastikan masuk. Namun, kalian tetap harus mengambil ujian besok, untuk menentukan kelas kalian."

Aku mengambil formulir itu dan melihat apa saja yang perlu kami tulis.

"Untuk bagian nama, bolehkah kami menyingkatnya?" Al bertanya, dia tidak suka dipanggil dengan hanya nama depannya saja.

"Maaf, kalian diharuskan untuk mengisi nama asli kalian dengan lengkap." Orang yang bertugas berhenti sebelum bercondong kedepan dan setengah berbisik pada kami.

"Tapi tenang saja, jika kalian ingin merahasiakan nama asli kalian, kalian tinggal menulisnya di kolom catatan dibalik formulir dan menuliskan nama yang ingin kami gunakan untuk memanggil kalian. Dan tolong jangan sebarkan informasi ini, ini sedikit rahasia."

"Kenapa kau memberitahukan hal ini kepada kami jika ini rahasia?" (Shiro)

Namun orang itu hanya tersenyum dan tak bilang apapun. Senyum palsunya itu sedikit membuatku tidak nyaman.

"Rival barukah?" Al mengatakan itu sambil melirik ke arahku. Aku membalas seringainya dengan lirikan tajam.

"Kalian berdua, hentikan. Isi saja formulir kalian."

"Wow, ini hari Shiro memimpin ya?" Lagi-lagi Al memancing Shiro. Merasa kesal dengannya, aku mengajukan proposal kepada Shiro.

"Shiro, bagaimana kalau setelah ini kita seret serigala ini ke perpustakaan kota? Aku yakin kita bisa menemukan kakakmu disana."

"Aku setuju." Mendengar Shirota menyetujui usulanku sebelum Al sempat memprotes ku, Al bisa dibilang berusaha agar tidak. Namun itu sia-sia.

Pada akhirnya kami berdua benar-benar menyeretnya ke perpustakaan, menyerahkan dia pada Kurona (dia benar-benar menikmati memberikan banyak soal pada Al), sebelum kami berdua pergi ke bagian perpustakaan yang berbeda.

Sementara aku dan Kurona adalah kutu buku sementara Shiro pada dasarnya itu jenius sehingga tidak perlu banyak usaha untuk memahami sesuatu, Alfaro lah satu-satunya yang perlu dorongan dalam belajar khususnya.

Dan fakta Al melakukan segalanya cara untuk menghindari duduk diam di perpustakaan membuat apa yang kami berdua lakukan ini memuaskan. Dua burung sekali tembak.

[End Flashback]

Okelah.

Cukup sudah dengan apa yang kami lakukan agar Al belajar.

Ujian tulis kami telah selesai 90 menit yang lalu tanpa terjadinya sesuatu yang berarti, dan sekarang tes fisik dimulai.

Tidak seperti ujian tulis dimana banyak partisipan berada dalam satu ruangan, tes kali ini berbeda.

Para partisipan dikelompokkan dalam grup yang masing-masing berisi lima sampai tujuh orang (kebanyakan kelompok yang berisi tujuh orang itu adalah anak bangsawan dan sejenisnya) yang nantinya akan dipanggil ke lapangan dimana tes mengambil tempat.

Dan entah secara kebetulan atau apa, kami bertiga berada dalam satu kelompok dengan seorang anak bangsawan beserta dua pelayannya dan satu putra ksatria.

Yup, kelompok beranggotakan tujuh orang.

Hah... Haruskah kita berpura-pura tidak saling kenal? Aku benar-benar tidak ingin terlibat dengan anak bangsawan itu. Jika anak bangsawan itu tahu kita bertiga adalah petualang... Jika dia tau kami adalah Fallen Crowns...

"Rave... Aku bisa mendengar apa yang sedang kau pikirkan."

"Huh?"

"Kau tidak sadar kau mengatakan apa yang sedang kau pikirkan? Benar-benar tipe seorang Noah ya. Ah!"

Aku menendang mata kaki Alfa dengan ujung sepatuku. Ini mengingatkanku bahwa hari ini kami menyamar menjadi manusia.

"Jika saja bukan karena usulan Shiro, aku pasti sudah memukulmu menggunakan sayapku."

Memang benar pihak sekolah sudah mengetahui tentang identitas kami sebagai demi human, tapi tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga jikalau ada partisipan yang membenci demi human. Dan Raisen adalah kota di kerajaan manusia, yang berarti sebagian besar bangsawan dan penduduknya adalah manusia murni.

"Kurasa kita tidak perlu berpura-pura tidak saling kenal, Rave. Kita cukup berakting seperti kita bertiga adalah rival."

"Yang faktanya kita bertiga memang rival."

""Shut up Al.""

Kami bertiga lantas membicarakan tentang rencana akting kami kedepannya sambil menunggu giliran kami. Dan hasilnya adalah: kami cukup bertindak mirip dengan image yang selama ini orang pikirkan tentang kami.

Allen sang trouble maker dan attention seeker. Estora, si pemuda berhati dingin. Dan aku, Ravael yang tidak bisa ditebak. Cukup menarik bukan? Aku sendiri tidak sabar ingin melihat reaksi orang terhadap karakter kami.

Dan setelah lama menunggu akhirnya giliran kami dipanggil datang. Pengawas meminta agar kami bergiliran menunjukkan bakat sihir kami.

Si anak ksatria mendapat giliran pertama. Dia mengulurkan tangannya didepan bola kristal yang menunjukkan bakat sihir alami seseorang. Kristal itu menunjukkan bola cahaya berwarna merah didalamnya, yang berarti pemuda itu memiliki bakat pada sihir api.

Setelah menerima anggukan dari para pengawas, dia berbalik dan melancarkan serangannya pada target yang dilerakkan disana. Bisa dibilang dia cukup kuat meski hanya menggunakan sihir dasar [Fire Ball].

Dan selanjutnya adalah si anak bangsawan. Kami tidak terlalu memperhatikan dirinya selain fakta dimana dia memiliki sihir cahaya, yang orang nilai cukup langka (tapi tidak bagi kami, aku dan Al memilikinya dan kami satu party) dan dua tipe sihir lain.

Kami tak tahu kenapa orang-orang itu memanggil dia berbakat hanya karena memiliki tiga tipe sihir. Itu tidak selangka itu kan? Iyakan?

Setelah dia, giliran kedua anteknya. Kami benar-benar menghiraukan mereka. Mereka hanya orang dengan satu tipe sihir yang berusaha menjilat tuannya. Tipe orang cari muka, tipe orang yang paling kami benci.

Setelah orang-orang itu selesai, giliran Shiro berikutnya. Namun, dia berhenti ditengah jalan dan seperti ide buruk baru saja muncul di kepalanya.

"Pengawas, bolehkah aku mengambil ujian ini bersamaan dengan dua orang dibelakang? Aku ingin tahu sejauh apa serigala bodoh itu berhasil mengejarku."

Mendengar itu, Alfa langsung saja berteriak protes pada Shiro, yang memakai tatapan sombong miliknya, yang mengharuskan ku menarik kerah belakang jaket Al.

Dan yang paling mengejutkannya adalah para pengawas menyetujui usulan (/deklarasi perang) Shiro.

Damn, kami bakal mendapat banyak pesaing nantinya. Aku yakin itu.

Aku benci permainan peran ini bahkan sebelum kami memulainya.

===================

Well, sorry for not sorry.

Next chapter might have less words than normal.
Still exceed 500 words though.
(500 is my minimum)

20.8.2022

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang