5. Kota Mati

963 98 0
                                    

Kami melanjutkan perjalanan kami dengan Kurona memimpin di depan. Setelah beberapa lama berjalan, aku mendengar suara air yang cukup deras.

"Sepertinya ada air terjun atau sungai besar didepan."

"Jangan khawatir, kita memiliki Shiro, jadi menyeberangi sungai bukanlah masalah besar."

Aku benar-benar tak mengerti maksud Kurona sampai akhirnya kami sampai di tepi sungai. Sungai yang mengalir tenang walaupun berada di bawah sebuah air terjun. Cukup indah bagiku.

"Shiro."

"Aku tau." Shiro melangkah kedepan dan berdiri di tepi sungai.

"Baiklah,aku mulai. [Ice Walker]." Ketika Shiro melangkahkan kakinya ke permukaan air, seketika permukaan air disekitarnya membeku dan menciptakan area es.

"Ayo."

"Apakah ini sudah aman?" Ucap Kurona meragukan.

"Apa ini takkan membuat kita jatuh?"

Saat membayangkan bagaimana rasanya terjatuh kedalam sungai yang dingin, tanpa sadar aku melayang beberapa sentimeter dari permukaan tanah.

"Tentu saja aman! Bagaimana mungkin aku mencelakai diriku sendiri dengan membuat lintasan yang bisa membuatku jatuh kedalam sungai yang dingin? Kau tau kan, kucing tidak suka berendam dalam air apalagi air dingin!"

"Iya, iya..." Kurona melangkah mengikuti adiknya yang telah berada di tengah tengah lintasan es buatannya.

"Ravael, ayo!" Kurona memanggilku.

"Um." Aku mengangguk lalu mengikuti langkah mereka berdua.

Setelah melintasi sungai dan mengikuti jalan setapak, akhirnya kami sampai di tujuan dengan matahari yang mulai tenggelam di telan malam.

Apa yang kulihat adalah sebuah kota yang hancur dan menyisakan banyak puing-puing bangunan. Sepertinya dulu pernah terjadi pertempuran besar disini.

Kami memasuki kota dan berjalan kearah pusat kota, lebih tepatnya seperti alun-alun kota. Disana terdapat dua buah pohon yang berdiri sejajar yang dimana di permukaan jalan yang melintas diantara keduanya terdapat bekas ukiran mirip lingkaran sihir. Dibelakangnya terdapat sebuah air mancur yang sudah tak berfungsi lagi.

Ini pertama kalinya aku kemari, tapi entah mengapa aku merasakan perasaan nostalgia yang kuat. Seolah-olah aku sudah mengalami berbagai hal dalam waktu yang lama ditempat ini.

"...pada akhirnya aku kembali..." Ucapku hampir tak bersuara.

"Sebaiknya kita bermalam disana saja." Ucap Shiro sambil menunjuk sebuah bangunan bertingkat dua yang sebagian dindingnya hancur seperti habis terkena ledakan.

"Apa kau yakin?"

"Yup. Walaupun sebagian dindingnya hancur, atap bangunan itu masih lebih baik daripada bangunan yang lain. Setidaknya kita tidak akan tanpa sengaja berbuat sesuatu yang membuat langit-langit bangunan roboh dan menimpa kita"

"Baiklah, kita akan bermalam disana." Ucap Kurona menyetujui usulan Shiro. "Daripada diluar sini."

Kami memasuki bangunan bertingkat tiga itu dan benar apa yang dikatakan Shiro, atap dan langit-langit bangunan ini masih cukup baik.

"Bagaimana caramu bisa tau kondisi bangunan ini dari kejauhan." Tanyaku pada Shiro.

"Dengan insting seekor harimau."

"Insting apanya... jangan hiraukan dia Rael... dia tau karena dia sempat menjelajahi tempat ini kemarin lusa."

"Baiklah."

Kurona mengeluarkan dua buah kantung tidur dari [Dimensional Storage] miliknya. Lalu dia juga mengeluarkan setumpuk kayu bakar untuk dijadikan api unggun juga sebuah kotak kecil tertutup.

"Apa itu?"

"Kantung tidur dan api unggun."

"Bukan itu madsudku."

"Oh, kotak ini? Ini cuma kotak berisi daging kelinci dan almiraj yang kami buru tadi pagi, untuk persediaan."

Dari apa yang kuliat, almiraj sendiri memiliki tampilan luar mirip bahkan sama persis dengan kelinci pada umumnya, hanya saja almiraj memiliki sebuah tanduk di kepala depannya yang sedikit menghadap keatas

Kurona menyalakan api unggun sementara aku dan Shiro menyiapkan daging kelinci untuk makan malam kali ini, sate kelinci.

Setelah makan malam, kami memutuskan untuk berjaga bergiliran. Kurona pertama, aku kedua dan Shiro terakhir.

"Baiklah sudah diputuskan. Sekarang kalian berdua cepatlah tidur. Hush... hush..." Ucap Kurona sambil melambaikan tangannya, mengusir kami agar kami berdua tidur.

Aku dan Shiro pun tidur memakai kantung tidur yang dikeluarkan Kurona sebelumnya dan Kurona sendiri sekarang berjaga di sekitar api unggun.

"Nah, ku harap perlindungan kota ini masih berfungsi seperti kemarin." Aku mendengar Kurona mengatakan hal itu sebelum aku benar-benar tertidur.

===============================

Cukup sekian cerita kali ini. Mungkin next time bakal gak cuman dari sudut pandang Ravael doang, kemungkinan juga dari sudut pandang orang ketiga atau bahkan karakter lain

See Nya~

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang