"...Selamat datang para pahlawan di istana kerajaan kami..." Atau seperti itulah apa yang orang yang sedang berdiri didepan tahta, sang raja, katakan saat kami tiba di dunia ini.Sebelumnya aku sedang berada di kelas kami dan mengobrol dengan Elena.
"Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah sejak pagi tadi, tapi aku tak tau apa itu." Elena mengeluh padaku tentang firasat buruknya.
"Itu mungkin hanya perasaanmu saja, Elena." Aku menyangkalnya, meski aku sendiri merasakan hal yang mirip dengan apa yang dirasakannya.
Entah mengapa percakapan barusan mengingatkanku pada tragedi yang melibatkan salah satu temanku.
"Entah kenapa aku jadi teringat dengan dia. Saat itu aku juga memiliki firasat buruk yang lebih dari yang kurasakan kali ini."
"Kau benar." Aku ingat kau mengatakan firasat buruk mu padanya saat itu, dan meski dia mengikuti saran darimu, tapi takdir tidak memihak padanya.
"Dan orang-orang itu, yang memutuskan untuk memberi takdir itu padanya, tidak sekalipun menyesal atau memikirkannya. Mereka bahkan menahan kita yang ingin menyelamatkannya. Dan sekarang mereka benar-benar melupakan dia dan apa yang mereka perbuat padanya. Itu membuatku muak."
Aku mengatakan semua yang ada didalam kepalaku, dengan kebencian yang terlihat jelas terutama pada kalimat terakhir, pada Elena.
"Aku juga merasakan hal yang sama, Bayu. Tapi itu sia-sia. Orang-orang itu bahkan tidak menyadari kebencian kita pada mereka." Elena mengakhiri kata-katanya dengan hembusan nafas panjang.
Tak lama setelah itu bel yang menandakan berakhirnya jam istirahat pertama berbunyi dan pelajaran dimulai kembali. Semua kembali ke tempat duduknya masing-masing dan guru memasuki kelas. Setelah beberapa lama, tiba-tiba muncul gambaran yang mirip dengan lingkaran sihir dibawah kami, namun hanya beberapa orang saja selain aku yang sadar akan hal itu.
Setelah itu muncul cahaya yang sangat terang dari lantai dibawah kami.
Dan saat pertama kali aku membuka mata setelah lingkaran sihir itu menyala terang dan membuatku menutup mata, aku sudah dalam wujud ini.
Wujud yang pernah ku gunakan sebagai avatarku dalam game yang sering kumainkan bersama dia, Alter Heroes: Ego. Seekor manusia rubah biru berekor lima.
Tapi anehnya, aku langsung bisa terbiasa, bahkan aku merasa lebih nyaman dalam wujud avatarku ini. Seolah-olah aku memang sudah terlahir dengan wujud ini.
-----
Sebulan berlalu. Aku saat ini sedang istirahat setelah menjalani misi dengan beberapa temanku(?) Sebagai seorang petualang. Saat aku berjalan menuju kamar ku, aku melewati kamar Rama dan Teito, dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka tentang sekelompok petualang yang terdiri dari ras demi-human langka.
"Kira-kira seperti apa mereka ya?" Aku memikirkan apa yang kudengar. Itu wajar mengingat aku juga termasuk demi-human langka. Dan itu juga mengingatkanku tentangnya.
"Apakah mungkin baginya untuk ada disini?" Sadar bahwa aku tanpa sadar mengatakan pertanyaan bodoh yang tak seorangpun bisa menjawabnya, aku hanya menertawakan diriku sendiri.
"Bodoh." Aku mengatai diriku sendiri setelah aku menertawakan diriku.
-----
Kemarin kami diberitahu Leo Sensei bahwa kami akan meninggalkan kota hari ini. Dan semalam Leo Sensei mengatakan bahwa kami akan berangkat pagi hari, dimana itu hari ini, secara mendadak.
"Setidaknya beritahu kami lebih awal jika kita akan menjalani misi seperti ini!" Elena mengomel disampingku, aku hanya diam mendengarkannya.
"Hmm?"
"Ada apa, Bayu?" Elena bertanya padaku, dan aku menunjuk kearah seseorang. Elena melihat kearah yang ku tunjuk.
"Birdman? Memangnya ada apa dengannya, Bayu?"
"Entah kenapa orang itu terasa familiar bagiku." Aku menjawab, menurunkan tanganku.
"Dia adalah anggota dari kelompok yang aku bicarakan sebelumnya." Keito tiba-tiba muncul dibelakang kami berdua, yang membuat kami berdua kaget.
"Keith! Bisakah kau muncul dengan cara normal! Kau seperti assassin lebih dari assassin asli milik kalian kau tau!" Elena berpaling padanya dan mengomeli archer itu. Namun sepertinya dia tidak berniat mendengarkan Elena. Keito lebih terlihat seperti menikmatinya.
"Kau mengenalnya?" Aku melempar pertanyaan pada Keito yang segera dijawab olehnya.
"Ya. Kami pernah bertemu dan ngobrol beberapa kali. Namanya sebagai petualang adalah Ravenell. Aku tidak tau apakah itu nama asli atau palsu."
Aku tahu apa yang dikatakan olehnya adalah kebenaran, kecuali bagian dia tidak tau tentang nama asli atau palsu. Dia tau itu nama asli, tapi tidak ingin orang lain tau bahwa dia tau.
"Apa kau sudah melihat statusnya?"
"Ya. Walau hanya nama (Ravenell), ras, dan satu title miliknya saja yang bisa kulihat. Aku masih belum bisa melihat skill dan sihir miliknya."
Aku penasaran dan bertanya pada Keito. "Apa ras nya?"
Keito diam sejenak. Ekspresinya berubah serius.
"Aku akan memberi tahu kalian berdua, jika kalian berjanji untuk tidak memberitahukan ini kepada yang lain." Keito bilang sambil melihat sekitar, memastikan tidak ada yang mendengar percakapan kami.
"Tentu. Lagipula kami berdua tidak mempercayai mereka, iyakan, Bayu?" Elena menjawab dan aku mengangguk.
Kami berdua tidak mempercayai tempat sekelas kami selain Keito dan Rama.
"Baiklah. Aku percaya kalian. Ikutlah denganku sebentar." Kami mengikuti Keito. Setelah agak menjauh dari kerumunan, Keito mengaktifkan sihir khusus [Wind Barrier: Soundproof] disekitar kami bertiga.
"Ini hanya jaga-jaga kalau ada yang berniat menguping pembicaraan kita." Keito mengatakan itu begitu melihat ekspresi heran Elena.
"Tentang yang tadi." Aku memintanya untuk melanjutkan.
"Ya. Tentang ras Ravenell kan? Sebenarnya dia adalah half, Half-Angel dan Half-Demon. Atau biasa disebut Angel of Darkness." Kami berdua terkejut, dengan alasan yang berbeda, dan Keito berhenti sebelum melanjutkan.
"Dia adalah yang salah satu yang tersisa dari ras Black-Winged Angel. Satu-satunya ras Angel yang bisa menjalin kontak dengan iblis. Dan beberapa dari mereka bahkan bisa menciptakan iblis menggunakan pecahan kekuatan mereka.."
"Tunggu! Menciptakan iblis?! Bukankah itu hal mustahil?!" Aku tanpa sadar sedikit meninggikan suara ku. Aku tidak berteriak, jujur.
"Apa yang kukatakan itu benar, Derry-kun. Leo Sensei sendiri yang bilang itu mungkin bagi Black-Angel, sebutan mereka, untuk menjalin kontak dengan iblis berkat sihir kegelapan yang dimiliki mereka. Dan Ravenell adalah Dark Angel, yang merupakan tingkat tertinggi ras Black-Angel. Sangat mungkin baginya untuk bisa menjalin kontrak dengan iblis." Keito kembali terdiam.
Aku ingat. Orang itu saat itu juga bermain di game itu sebagai Dark Angel, dan memiliki doppelganger sebagai summoned demon.
"Dan berdasarkan title yang dimilikinya, kemungkinan Ravenell menciptakan Doppelganger dirinya sudah dijamin."
"Title?" Kali ini Elena bertanya.
"The One Who Partnered with His Own Demon. Itulah yang tertera pada statusnya yang bisa kulihat." (Keito)
(One's) Own Demon, itu adalah title atau sebutan bagi doppelganger, iblis yang bisa menirukan makhluk hidup apapun yang setara atau lebih rendah tingkatannya dari dirinya.
Dan tentang title itu...
"Itu adalah title yang sama dengan milik orang itu... " Kata-kata itu keluar begitu saja dariku tanpa aku sadari.
----
Yey akhirnya up juga!
Welp! Please don't kill me!
I'm sorry for abandoning this story for a long time.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no kuroi tenshi ni naru
FantasySemua baik-baik saja sampai suatu hari sekolah tempatku belajar di bom oleh teroris dan semua orang yang berada di lantai dua tewas, termasuk diriku. Aku kira hidupku berakhir disana. Namun kenyataanya kematianku disana adalah awal dari perjalananku...