6. Dipanggil

808 91 1
                                    

"Urgh..." Aku terbangun karena merasakan sakit di kepalaku. Sepertinya kepalaku membentur sesuatu.

"Hm..."

Aku menengok dan mengamati sekeliling. Ini bukan kelas yang biasa kami gunakan, tapi yang pasti adalah tempat ini sangat besar dan indah layaknya istana di dalam novel...

"...Selamat datang para pahlawan di istana kerajaan kami..." Seorang pemuda dengan pakaian layaknya pangeran menyapa kami.

...Dan yang benar saja, ini benar benar sebuah istana dan kami dipanggil melalui proses pemanggilan pahlawan. Dengan kata lain, kami dipanggil ke dunia lain.

Semua orang saling memandangi satu sama lain, sepertinya mereka belum sadar tentang apa yang terjadi sebelumnya.

"Ini benar benar menyelamatkan hidup kami." Atau itulah yang aku pikirkan saat ini.

Ketika aku mengatakan hal itu, semua orang yang terpanggil bersamaku melihat ke arahku dengan tatapan bingung.

"Apa kalian ingat, terakhir kali kita sedang disandera oleh para teroris. Lalu salah satu dari mereka mengambil salah satu dari kita dan menjadikannya tameng hidup." Bayu mengatakan hal itu dengan entengnya, seperti tak terpengaruh.

Semuanya mulai mengingat kejadian terakhir kali mereka disandera lalu wajah mereka berubah menjadi pucat.

"Eh-hm. Baiklah para pahlawan sekalian, ijinkan aku mengenalkan diri. Aku pangeran mahkota Kerajaan Roman, Ian Franzio, akan memandu kalian untuk bertemu yang mulia raja."

"Untuk apa?" Elena yang ada di sampingku bertanya.

"Tentu saja untuk mendengarkan permintaan Yang Mulia. Yang Mulia juga akan memberikan penjelasan tentang dunia ini pada para pahlawan sekalian." Jawab pangeran Ian.

"Sebelum itu bolehkah aku bertanya satu hal?"

"Tentu saja."

"Kalian sebut apa dunia kalian ini?"

"Kami menyebut dunia kami ini "Spectra""

Ketika aku mendengar hal itu, seketika aku terdiam tak percaya.

"Tidak mungkin aku.... pulang?" Aku tak percaya ini. Apa ini benar benar nyata atau aku salah dengar?

"Leo-sensei?"

Aku mendengar seseorang memanggil ku. Itu Elena yang sedari tadi disampingku.

"Ah, bukan apa apa." Aku kembali ke kesadaran ku.

"Mari ikut aku." Sang pangeran berbalik lalu berjalan kearah pintu besar di hadapannya. Kami berjalan mengikutinya.

"Leo-sensei... itu..."

Elena melihat ke arah atas kepalaku dimana disana ada sepasang telinga bintang.

"Aku tak tau Leo-sensei memakai itu sebelumnya."

Apakah dia kira telinga itu palsu? Well, aku tak bisa menyalahkannya juga.

"Ini bukan aksesoris, ini asli. Lihat, aku bisa menggerakkan keduanya." Aku mengatakan hal itu sambil menggerakkan kedua telinga binatangku bergiliran.

"Lihat, banyak dari kita yang memilikinya juga." Aku mengatakan itu sambil menengok kebelakang belakang. Diantara kami ber-25, setidaknya ada 9 orang termasuk aku yang memiliki anggota tubuh tambahan (anggota tubuh binatang). Sebelumnya kami semua adalah manusia biasa, namun setelah sampai disini entah kenapa sebagian dari mereka berubah ras nya.

"Anu... sensei... bolehkah aku memegangnya?" Bayu yang entah sejak kapan berdiri dibelakangku bertanya sambil menunjuk ekor kucing ku.

Bayu sendiri juga berubah. Memiliki sepasang telinga rubah dan dua ekor. Rambut, telinga serta ekornya berwarna biru terang.

"Aku juga ingin menyentuh mereka." Elena menjadi tertarik untuk menyentuh kedua telingaku.

"Sigh... baiklah ku ijinkan. Tapi jangan memegangnya terlalu keras, itu menyakitkan." Aku memberikan izin pada mereka berdua dan lalu aku sedikit membungkukkan badan ku ketika berjalan.

"Baik, permisi." Elena mengatakan itu sebelum menyentuh telinga ku.

"Baiklah." Bayu meletakkan kedua tangannya dibawah ekorku.

"Wah... lembut."

"Kau benar Elena." Bayu mengatakan itu sambil mengelus ekor ku.

Ini mungkin terlihat aneh. Seorang mahasiswa yang sedang menjalani masa training alias magang sebagai guru pengganti, telinga dan ekornya sedang dipegang dan dielus oleh dua muridnya.

Pangeran Ian berhenti di depan sepasang pintu besar dengan banyak ukiran yang indah menghiasinya. Dia lalu berbalik menghadap kami.

"Di balik pintu ini adalah ruang tahta. Para pahlawan sekalian, harap persiapkan diri kalian."

Pangeran Ian berbalik menghadap pintu dan membukanya. Lalu kami mengikutinya masuk ke dalam ruang tahta.

"Tak kusangka kami secara kebetulan bisa memanggilmu kembali, Leonhard Panther." Ucap pangeran Ian setengah berbisik padaku. Aku yang ada tepat di samping kiri belakangnya pun membalasnya.

{Aku juga tak menyangka bisa kembali secepat ini.}

Aku membalasnya melalui telepati agar tak ada orang lain yang mendengar jawaban ku, karena aku tak ingin hal hal yang merepotkan terjadi.

Isekai no kuroi tenshi ni naruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang