*Hachoo*
"Kau tidak apa-apa Al?" (Shiro)
"Yah, aku tidak apa-apa. Hanya saja aroma disekitar sini terlalu pekat..."
Ah... Benar juga.
Saat ini aku, Shiro dan Al sedang berbelanja sementara Kurona kembali ke asrama.
"Apa kalian sudah membeli semua yang kita butuhkan?" Aku mengarahkan keduanya ke gang terdekat agar kami bisa bicara dengan tenang tanpa menghalangi jalan orang lain.
"Kurasa begitu. Tunggu, aku akan cek dulu."
Al memindahkan tas kertas berisi buah yang dibelinya ke tangan kanan dan mengambil secarik kertas dari saku celana kirinya.
Shiro juga melakukan hal yang serupa. Menutup kembali tas kertas berisi daging kering yang sedari tadi dia makan sebagai snack dan menarik secarik kertas dari saku jaketnya.
"Ok, sepertinya sudah semua." Alfaro bilang setelah memasukkan kertas miliknya kedalam saku dan kembali memegang tas kertas miliknya dengan kedua tangannya.
"Aku rasa aku juga sudah." Shiro kembali membuka tas kertas miliknya dan kembali memakan cemilannya.
Aku dan Al memandang saling memandang sebelum mengalihkan perhatian kami ke Shiro.
"Apa?" Shiro menyadari tatapan heran kami dan mengangkat satu alisnya.
"Bukan apa-apa." Kami berdua menjawab bersamaan dan mengalihkan pandangan kami kearah berlawanan.
Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang menggerutu di gang sebelah kami. Namun suara itu berganti dengan teriakan yang tertahan dan tidak lama kemudian suara seseorang/sesuatu terjatuh dengan suara *thump* yang terdengar jelas.
Kami bertiga saling pandang. Mempertimbangkan apa yang sebaiknya kami lakukan.
Jika saja kami ingin mengecek apa yang barusan terjatuh, kami hanya tinggal berjalan sedikit sebelum berbelok kekanan dimana suara itu berasal.
Jika saja kami tipe karakter utama, kami mungkin akan langsung berlari menuju ke sumber suara itu. Melihat apakah orang yang menggerutu tadi baik-baik saja.
•
•
•
Tapi sayangnya kami bukan.
Berpikir secara rasional, kami memilih meninggalkan tempat itu dan kembali menelusuri pasar.
Mungkin saja suara barusan berasal dari orang mabuk siang-siang karena depresi atau apalah itu dan menghajar orang yang dianggapnya menghalangi jalan.
Atau mungkin orang yang menggerutu itu dibunuh oleh seorang assassin.
Aku berpikir bahwa lebih mungkin yang terakhir. Al sepertinya berpikiran sama denganku.
Shiro? Aku tak tahu. Dialah yang pertama berbalik kearah kerumunan dan berjalan sebelum kami berdua.
Tapi kami sepakat tentang satu hal.
Apapun yang terjadi di gang antar bangunan itu, kami tidak ingin ikut campur.
Apapun itu. Kami tidak ingin perhatian yang tidak diperlukan.
Kami terus berjalan diantara kerumunan, sambil sesekali mengomentari bangunan disisi jalan sampai akhirnya kami sampai di penginapan dan menuju kamar yang kami sewa.
Sesampainya dikamar dengan tiga tempat tidur yang kami tempati, Al menempatkan apa yang kami beli di meja samping tempat tidurnya sebelum melemparkan dirinya ke kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no kuroi tenshi ni naru
FantasySemua baik-baik saja sampai suatu hari sekolah tempatku belajar di bom oleh teroris dan semua orang yang berada di lantai dua tewas, termasuk diriku. Aku kira hidupku berakhir disana. Namun kenyataanya kematianku disana adalah awal dari perjalananku...