Kamis, 11 Oktober 2018
Setiap pagi, Sagara selalu datang cepat dan tidak langsung ke kelas, melainkan ke ruang OSIS. Sepertinya safe place Sagara memang berada di ruang OSIS, bukan ruang kelasnya sendiri. OSIS memang selalu berkontribusi banyak untuk event-event dan kebetulan event yang paling dekat yang akan terealisasikan adalah pentas seni. Kalau bukan karena arahan kepada sekolah, OSIS juga tak perlu mengeluarkan effort lebih untuk acara ini. Mereka lebih memilih tidur, sejujurnya.
Seperti biasa, Sagara meletakkan tasnya dulu di dalam kelas sebelum melesat ke ruang OSIS. Kali ini dia harus mendesak Sadira-adik satu-satunya-untuk lebih cepat bangun dari biasanya. Perempuan itu kadang suka mengulur waktu. Sudah hampir beberapa kali Sagara nyaris dihukum karena terlambat masuk sekolah padahal dia sedang menyandang status sebagai orang penting di sekolah ini.
"Kamu tuh, ya. Kakak nyaris telat gara-gara kamu. Mau dikatain apa kakak kalau telat."
"Mundur OSIS aja, sih."
Untung Sadira masih jadi adiknya. Adiknya yang satu itu betul-betul tidak pernah sopan kepadanya tapi bisa bicara lemah lembut ke orang lain.
"Selamat pagi, Tuan Muda Sagara Lintang Hanggara."
Sagara akan menduga dia adalah orang yang paling pertama sampai di ruangan OSIS. Tapi, dari pertama kali dia memegang gagang pintu dia sudah tahu bahwa memang ada orang di dalam sana tapi dia tidak punya tebakan sementara. Ternyata, yang di dalam sana sudah ada Mahesa. Pemuda itu tidak sendiri, ada satu mantan anak MPK. Tapi, untuk apa orang itu di sini?
Ah, dia lagi.
"Pagi akang, teteh. Kak Anet ngapain di sini?"
Yang dipanggil dengan sebutan Anet hanya terkekeh pelan sebelum menyadarkan punggungnya ke kursi yang ada di belakangnya. "Gak ngapa-ngapain juga, sih."
Sagara ingin sekali protes mengapa orang yang tidak ada kepentingan justru malah nongkrong di ruang OSIS yang notabenenya adalah ruang khusus intuk pengurus OSIS untuk mengurus segala sesuatunya yang ada sangkut pautnya dengan OSIS. Kalah dibiarkan terus, bisa saja semua orang nongkrong ke tempat ini dan mengatasnamakan pengurus OSIS yang mengajak mereka.
Tapi, tentunya Sagara tahu pasti Mahesa yang mengundang puan berasma Anette itu untuk bercengkrama di ruangan ini. Toh, dia bisa apa?
"Mahesa, aku keluar dulu, ya. Keknya kelas dah rame."
Setelah memastikan Anette keluar dari kelas, Sagara langsung berjalan mendekat ke Mahesa.
"Bang, bukan mau menantang tapi cuma mau ngasih saran. Kalau semakin ke sini banyak uang bukan anak OSIS suka masuk buat nongkrong di sini. Nanti ruang OSIS malah jadi tempat nongkrong semua orang."
Kini sang ketua hanya menatap wakilnya dengan lamat. Dari tatapannya seakan-akan berbicara agar sang wakil melanjutkan kata-katanya.
"Cuma gitu bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA
FanfictionLakuna Bersua ; Bifurkasi Rasa, Jake ENHYPEN © senaraisendu, 2021 cover by A03PHL