"Loh? Berangkat bareng?"
Saat Aesha sudah sampai di depan gedung tempat lesnya, Rangga juga ternyata sudah sampai di sana. Bedanya mungkin Rangga naik bus dan Aesha mendapat tumpangan dari Sagara.
"Seperti yang lu liat."
Rangga mulai melemparkan pandangan iseng kepada Sagara dan Aesha secara bergantian. Ternyata dua orang itu tidak bodoh untuk paham apa maksud dari pemuda yang satu itu.
"Ngaco. Gue pulang dulu."
"Iya, makasih ya Gara."
Dengan motornya, Sagara sudah meninggalkan lokasi.
"Tadi gue cuma bercanda. Yuk, masuk."
Aesha mengangguk dan langsung berjalan masuk ke dalam gedung bersama Rangga. Pemuda itu tak lupa juga bertanya mengapa Aesha bisa berakhir berangkat dengan Sagara ke sini dan tentu saja Aesha menceritakan semua hal. Karena menurutnya, tidak ada hal yang terlalu mencurigakan.
"Btw, ini random banget, Sha. Lu lebih susah afal muka atau nama?"
"Hmm... mungkin muka. Apalagi muka orang bisa berubah-berubah."
Rangga mengangguk. Nampaknya alasan dari Aesha terdengar masuk akal di telinganya.
"Tapi, kalau gue pribadi susah afal nama. Apalagi namanya panjang, beuh."
Menjadi informasi baru bagi Aesha ternyata pemuda itu tidak mudah menghafal nama. Apa jangan-jangan itu menjadi salah satu alasan mengapa Rangga sama sekali tidak mengingat dirinya yang dulu menjadi teman masa kecil Rangga?
"Oh, begitu. Ku pikir kamu gampang afal apa-apa."
Rangga tertawa ringan sebelum menanggapi, "Pinter-pinternya orang juga pasti masih ada batasannya."
Aesha mengangguk. Merasa tidak ada lagi yang diceritakan, dia langsung mengeluarkan peralatan tulisnya mengingat sembari dia berbicara dengan Rangga ternyata mereka sudah sampai di ruangan kelas. Seperti biasa, mereka belakangan ini memang suka duduk bersebelahan karena biasanya 1 jam terakhir dari kursus mereka suka habiskan untuk mengerjakan soal.
Memang pertemuan Rangga dan Aesha tidak bisa jauh dari tempat les, puluhan soal sains, selalu saja seperti itu.
Semenjak pertemuan terakhir mereka beberapa tahun silam-nyaris satu dekade kemarin-mereka sama sekali tidak pernah berinteraksi. Lagipula apa yang kamu bisa harapkan dari seorang anak kecil yang hanya bersama setahun. Tentunya mereka tidak akan bisa mengingat hal-hal detail, seperti kesukaan, ciri fisik, semua itu dapat berubah.
"Habis ini mau makan bareng, gak?"
"Aku pulang sendiri aja. Takut ngerepotin-"
"Kalau lu berkenan, temanin gue jalan-jalan bentar di gramed. Gue mau beli buku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA
FanfictionLakuna Bersua ; Bifurkasi Rasa, Jake ENHYPEN © senaraisendu, 2021 cover by A03PHL