"Enak, Sha?"
Aesha mengangguk. Dia sudah lama tidak makan Mie Gacoan. Kebetulan, Sagara mengajaknya. Jadi, untuk mengobati rasa rindunya dengan makanan yang satu ini, dia menyetujui ajakan Sagara.
"Makasih udah ajakin aku makan, ya. Udah lama banget ga makan ini."
Sagara tersenyum simpul. Setidaknya dia tidak ada kegiatan apa pun hari ini dan bisa menemani Aesha keluar. Seumur hidupnya dia pernah melihat perempuan bersedih. Adiknya pernah sedih perkara laki-laki. Ibunya juga pernah bertengkar dengan ayahnya. Dan sekarang berlaku yang sama dengan orang yang ada di depannya.
Sagara tidak bisa menjamin bahwa ke depannya Aesha akan merasa senang atau kesedihannya hilang. Sagara sejak tadi tidak bisa memalingkan pandangannya dari Aesha, hanya untuk memastikan perempuan itu tetap baik-baik saja.
"Nanti rencana mau jalan ke mana, Sha?"
"Ke mana aja, Gara. Aku cuma kangen kota. Cuma mau keliling-keliling aja. Serah Gara mau lewat mana."
"Oke, Sha. Gue sambil mikir juga mau lewat mana. Mau sampai jam berapa, Sha?"
"Jam 6 aja. Jangan kelamaan nanti mama nyari aku."
"Oke, Sha. Aman. Makan dulu sampe kenyang terus nanti kita cari angin."
Aesha menghabiskan sisa beberapa sendok dari makannya lalu menyeruput habis minumannya. Tidak lupa dia membersihkan mulut dan tangannya.
"Yok."
Semakin sore Mie Gacoan semakin ramai. Tempat ini memang tidak pernah sepi. Jadi, untung-untung bisa dapat tempat langsung makan di sini, Sagara dan Aesha termasuk orang yang beruntung.
Sagara sudah memikirkan ke mana saja dia akan pergi berkeliling. Seandainya juga sore ini jalanan lenggang, mungkin mereka akan mengunjungi banyak tempat. Tapi, sepertinya sore ini lumayan macet.
"Sha, pakai dulu helm-nya."
"Oh, iya. Makasih Gara. Sorry ngerepotin."
Sagara tertawa canggung. "Ya... gapapa, Sha. Kan memang gue mau keluar sama lu juga."
Aesha ikut tertawa canggung. Apa maksud dari kalimat itu? Aesha kadang lupa satu fakta kalau orang yang dia ajak keluar hari ini kemungkinan besar menyukainya. Meskipun beberapa waktu yang lalu, Sagara hanya mengatakan kata 'sayang' itu bisa bermakna ganda. Mungkin seperti Sagara yang sayang kepada keluarganya, teman-temannya, tidak ada yang tahu juga.
"Sha, lewat Tugu dulu, ya. Kalau ditutup duluan nanti gue yang nangis."
Aesha terkekeh. Jalanan melewati Tugu memang selalu ada satu arus jalan yang ditutup apalagi menjelang malam. Tidak tahu juga apa alasan pastinya. Sagara hanya ingin melewati Tugu lalu ke arah barat.
"Sha, jujur gue kaget banget lu motong rambut tiba-tiba. Meskipun beberapa bulan yang lalu, lu sempat ngomong kalau lu mau potong rambut karena ribet diurus."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA
FanfictionLakuna Bersua ; Bifurkasi Rasa, Jake ENHYPEN © senaraisendu, 2021 cover by A03PHL