Seminggu belakangan Aesha lebih fokus untuk mengerjakan segala hal terkait dengan kegiatan OSIS. Kebetulan sejak 2 bulan yang lalu dia dipercayakan untuk mengurus segala hal tentang dokumentasi, desain, dikarenakan perempuan itu cukup ahli di bidang seni lukis. Kreativitasnya juga patut diacungi jempol.
Karena sebulan terakhir dia habiskan dengan mengikuti persiapan olimpiade, akhirnya tugas diserahkan ke orang lain untuk sementara waktu. Aesha merasa tidak enak karena harusnya dia yang sibuk namun orang lain yang menanggung bebannya. Dia tidak perlu khawatir dengan dokumentasi, karena untuk bagian itu akan bekerja banyak di hari pelaksanaan.
Perempuan itu sudah duduk di lantai ruang OSIS untuk mengerjakan pernak pernik yang sudah didiskusikan oleh para pengurus, sesuai dengan ide awal mereka.
"Kak, kertas kartonnya kurang. Gimana, nih?"
Aesha yang sedang fokus dengan apa yang ada di tangannya langsung menoleh ke arah rekannya yang menyinggung soal kertas karton.
"Kurang? Kurang berapa?"
"Butuh banyak, sih."
Aesha terdiam sebentar. Dia memikirkan apa yang hadus dia lakukan.
"Kalian kurang bahan? Gue bantuin cari."
Dari belakang muncul Sagara yang namapknya sedang tidak memiliki banyak kerjaan.
"Ah, Gara. Gapapa, nih? Takut ngerepotin."
"Gapapa. Kan gue yang nawarin."
Aesha langsung berdiri dan merapikan roknya lalu bertanya kepada teman-temannya berapa banyak yang mereka butuhkan dan karton warna apa. Setelah itu langsung mengekori Sagara untuk keluar dari ruang OSIS.
Ini bukan pertama kalinya dia keluar dari sekolah ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Alasan paling utamanya tentunya OSIS, bukan untuk bolos. Dia tidak berbakat untuk bolos. Nyalinya tidak cukup besar untuk melakukan hal nekat seperti itu.
"Mau ke mana kalian?"
Sagara langsung menunjukkan badge OSIS-nya lalu berkata bahwa dia akan membeli bahan-bahan untuk keperluan OSIS. Sebenarnya satpam SMA Adhiguna juga tahu wakil ketua OSIS yang satu ini. Hanya memastikan saja kalau sewaktu-waktu orang penting ini justru melanggar aturan sekolah. Tidak menutup kemungkinan, kan?
"Mungkin paling lama sejam, Pak. Tungguin aja, Pak."
Akhirnya Sagara dan Aesha langsung berangkat. Ini masih jam 11 pagi. Harusnya toko untuk membeli segala bahan yang mereka perlukan sudah terbuka.
"Mereka minta banyak, Sha?"
"Mayan. Tapi harusnya gak kerepotan. Maaf ngerepotin."
"Dibilangin ga masalah. Sha, pakai helm dulu."
Mereka berdua sudah sampai di parkiran dan Aesha menunggu Sagara untuk mengeluarkan motornya yang kebetulan dia bawa ke sekolah pagi ini. Sangat kebetulan. Sagara tidak setiap hari membawa kendaraan pribadinya ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA
FanfictionLakuna Bersua ; Bifurkasi Rasa, Jake ENHYPEN © senaraisendu, 2021 cover by A03PHL